Bahasa Bali bukan sekadar alat berkomunikasi. Tetapi, bahasa Bali mengandung nilai, norma, etika, dan moralitas adiluhung sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Hindu. Kaidah-kaidah linguistik dan para-linguistik melekat dalam susastra, keduanya merupakan sumber moralitas Hindu yang adiluhung. Demikian pula dengan aksara Bali, bukan sekadar huruf-huruf yang dirangkai menjadi kata, kalimat atau bahkan teks. Tetapi, aksara Bali mengandung makna simbolis maupun referal yang melekat dalam kearifan Hindu.
Oleh karena itu, berbahasa dan berkesusastraan Bali bukan hanya untuk pelestarian. Pemertahanan dan pengembangan bahasa Bali perlu dipikirkan secara kreatif, kritis, kolaboratif, dan komunikatif pada zaman milenial, zaman yang disibukkan dengan berbagai ‘gadget’ dengan berbagai tema yang menyita waktu dan perhatian generasi. Generasi sekarang disebut ‘Generasi Alpha’, yang lahir tahun 2010-sekarang. Generasi ini adalah lanjutan dari generasi Z di mana mereka sudah terlahir dengan teknologi yang berkembang pesat. Di usia mereka yang sangat dini, mereka sudah mengenal dan sudah berpengalaman dengan gadget, smartphone, dan kecanggihan teknologi. Selain itu, kebanyakan mereka terlahir dari keluarga dengan masa Generasi Y yang juga terlahir pada masa-masa awal perkembangan teknologi. Pola pikir mereka terbuka, transformatif, dan inovatif. Semoga, generasi sekarang ini dapat menyikapi perihal berbahasa dan berkesusastraan Bali dengan arif. Semoga, Swaha.
#tubaba@melajah sambilang mecanda//aksara bali//sing dadi maboya#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar