Kata Purnama berasal dari kata “purna” yang artinya sempurna. Purnama dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti bulan yang bundar atau sempurna (tanggal 14 dan 15 kamariah). Pemujaan dimaksudkan saat purnama ini ditujukan kehadapan Sanghyang Candra, dan Sanghyang Ketu sebagai dewa kecemerlangan untuk memohon kesempurnaan dan cahaya suci dari Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam berbagai wujud Ista Dewata. Biasanya pada hari suci purnama ini disebutkan umat Hindu menghaturkan Daksina dan Canang Sari pada setiap pelinggih dan pelangkiranyg ada di setiap rumah.
Pada umumnya di kalangan umat Hindu, sangat meyakini mengenai rasa kesucian yang tinggi pada hari Purnama, sehingga hari itu disebutkan dengan kata ”Devasa Ayu”. Oleh karena itu, setiap datangnya hari-hari suci yang bertepatan dengan hari Purnama maka pelaksanaan upacaranya disebut, ”Nadi”. Tetapi sesungguhnya tidak setiap hari Purnama disebut ayu tergantung juga dari Patemon dina dalam perhitungan wariga.
Contoh :
• Hari Kajeng Keliwon, jatuh pada hari Sabtu, nemu (bertemu) Purnama, disebut hari itu, ”Hari Berek Tawukan”. Dilarang oleh sastra agama melaksanakan upacara apapun, dan Sang Wiku tidak boleh melaksanakan pujanya pada hari itu (Lontar Purwana Tatwa Wariga).
• Bila Purnama jatuh pada hari Kala Paksa, tidak boleh melaksanakan upacara agama karena hari itu disebut, ”Hari gamia” (jagat letuh). Sang Wiku tidak boleh memuja.
Beberapa piodalan pada saat purnama :
- Pura Merajan Penataran Agung di Sidemen Karangasem, Piodalan Purnama Jiyestha
- Pura Penambangan Badung di Denpasar, Piodalan Purnama Kedasa
- Pura Bukit Mentik, Gunung Lebah Batur Kintamani, Piodalan Purnama Ketiga
- Pura Tirta Empul di Tampak Siring, Piodalan Purnama Kapat
- Ida Ratu Pasek di Besakih, Piodalan Purnama Kawulu
Makna Tilem
Hari Raya Tilem dirayakan ketika bulan mati, ketika langit gelap tanpa ada sinar bulan. Ditinjau dari pengetahuan Astronomi Bahwa pada bulan tilem itu posisi bulan berada diantara Matahari dengan Bumi sehingga suasana menjadi gelap gulita dimalam hari.
Upacara Tilem bermakna sebagai upacara pemujaan terhadap Dewa Surya, diharapkan semua umat Hindu melakukan pemujaan dan bersembahyangan dengan rangkaian berupa upacara yadnya. Umat Hindu meyakini pada saat hari Tilem ini mempunyai keutamaan dalam menyucikan diri dan berfungsi sebagai pelebur segala kotoran/mala yang terdapat dalam diri manusia, juga karena bertepatan dengan Dewa Surya beyoga/semedhi memohonkan keselamatan kepada Hyang Widhi.
Beberapa piodalan, upacara yadnya dan banyak hari raya juga berkaitan dengan tilem ini seperti yang disebutkan :
- Tawur Kesanga dirayakan tepat pada tilem kesanga.
- Siwa Ratri, dirayakan setahun sekali setiap purwani Tilem ke-7 (bulan ke-7) tahun Caka.
- Eka Dasa Rudra, dirayakan pada Tilem Kasanga setiap 100 tahun sekali.
- Upacara Panca Wali Krama ini dirayakan di Pura Besakih setiap 10 tahun sekali yaitu pada tahun saka yang berakhiran dengan angka “0”, panglong ping 15 (tilem) sasih kasanga.
- dll
Rahina Tilem mempunyai hubungan yang erat dan tidak terpisahkan dengan Rahina Purnama, dalam lontar Purwa Gama disebutkan saat datang purnama dan Tilem hendak lah manusia melaksanakan sembahyang dan upacara pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi untuk memohon penyucian diri, berkah dan juga kesejahteraan.
Hari suci tilem sebenarnya sudah dirayakan oleh nenek moyang kita sebelum pengaruh Hindu datang ke Indonesia, dari sumber-sumber yang dapat dipercaya Bahwa hari suci tilem erat kaitannya dengan keberadaan Dinasty Chandra. Dynasty Chandra menganggap Bahwa leluhurnya dahulu adalah berasal dari keturunan suci, yang diturunkan ke bumi sebagai Dewa Chandra atau Dewa Bulan. Sakti atau istri dari Dewa Chandra adalah Dewi Soma, Dewa Chandra dan Dewi Soma inilah yang kemudian menurunkan Wangsa Chandra. Dalam kurun waktu yang berabad-abad keturunan Wangsa dari Dinasty Chandra muncul kepercayaan bahwa Bulan Tilem adalah sebagai hari suci Wangsa tersebut. Kepercayaan ini kemudian dipercaya oleh Umat Hindu di Nusantara ini sebagai hari sucinya.
Pada waktu hari suci tilem umat Hindu berusaha mendekatkan diri kehadapan Brahman / Ida Sang Hyang Widhi Wasa , dengan melakukan persembahyangan berupa canang sari. Maksud dan tujuannya adalah dalam memuja Brahman atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan bunga-bunga yang menyimbolkan “ Wasana “, secara harfiah kita berserah diri di hadapanNYA yang merupakan sari dari keberadaan kita yang alami. Ketika kita mengambil bunga untuk persembahyangan kelima jari-jari tangan menjuntai ke bawah, hal ini menunjukkan Bahwa manusia masih terikat oleh keduniawian, dan masih terikat oleh benda-benda material, serta masih dipengaruhi oleh rasa emosional yang tinggi. Selanjutnya bunga-bunga tersebut juga dibawa keatas oleh jari-jari tangan yang tercakup, hal ini menyimbolkan Bahwa seseorang mempersembahkan karma wasananya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan kata lain kecenderungan yang mengarah pada hal-hal yang berbau duniawi kini diarahkan menuju Brahman atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Bulan tilem juga sering diistilahkan dengan hati atau pikiran manusia yang sedang menyusut , dengan perumpamaan yang berbasis pada kekuatan kala atau waktu. Jika pikiran seseorang sedang keruh , dirasuki oleh sifat-sifat angkara murka , maka diistilahkan dengan bulan yang dewatanya sedang menyusut menuju pada kegelapan ( Tilem ). Hal ini hampir dialami oleh setiap orang, sehingga pada bulan tilem banyak orang yang masih bingung dan meraba-raba dalam kegelapan karena manusia ada dalam pengaruh maya / kepalsuan. Pengaruh maya / kegelapan disimboliskan dengan bulan mati / tilem yang selalu bertarung dalam pikiran manusia , jika Atma Tatwa yang menang atau lebih dominan maka seseorang akan menjadi bijaksana , welas asih dan berbudi pekerti yang luhur, jika Maya Tatwa yang menang atau lebih dominan maka egonya muncul, ingin selalu lebih unggul, mudah sekali dihinggapi oleh sifat-sifat buruk. Hari suci tilem dirayakan dengan tujuan untuk menumpas kegelapan tersebut berupa hawa nafsu jahat yang disebut dengan sad ripu yaitu : kama ( hawa nafsu ), kroda ( kemarahan ), lobha ( ketamakan ), moha ( keterikatan ), mada ( kesombongan ) dan matsarya ( iri hati / kebencian ).
Sungguh merupakan suatu keberuntungan bahwasanya umat Hindu banyak mempunyai hari-hari suci dan tempat-tempat suci. Hal ini menandakan bahwa potensi untuk menuju kearah perbaikan karakter dan budi pekerti selalu ada, karena tempat-tempat suci lebih banyak mengandung energi fibrasi kebaikan , aura kedamaian dan ketenangan. Jika hati dan pikiran sedang diliputi oleh angkara murka maka seseorang dianjurkan untuk mengunjungi tempat-tempat suci tersebut. Tilem dirayakan oleh umat Hindu di Nusantara ini , namun ditiap-tiap daerah terdapat perbedaan dalam melakukan ritual upacaranya, namun perbedaan itu hanyalah kulit luarnya saja, karena inti ajarannya atau makna yang terkandung didalamnya tetap sama. Kenapa perbedaan itu harus ada , kenapa ritual umat Hindu tidak sama antara daerah yang satu dengan yang lain ?. Masalahnya umat Hindu sangat menghormati konsep Desa, Kala, Patra ( tempat, waktu, dan budaya/ adat istiadat setempat ). Namun hal ini sebenarnya tidak perlu dirisaukan dan dipermasalahkan.Para Rsi kita senantiasa menganjurkan agar jangan melihat perbedaan itu dari sisi luarnya , karena masing masing pribadi mempunyai pandangan yang berbeda beda. Ketika seseorang mau menerima perbedaan berarti orang tersebut mau membuka diri terhadap sesuatu yang ada diluar dirinya . Untuk itu pikiran harus mendapatkan pencerahan dari budi atau kemampuan untuk membedakan , dan tidak dari indra indra yang merupakan kekuatan yang membingungkan. Bila keinginan indrawi menodai pikiran maka mereka tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan., hanya melalui “ Prema “ Tuhan yang imanen yang sudah menjadi sifatnya sendiri dapat dikenal , kerinduan untuk mencapai kesempurnaan yang sudah menjadi sifatnya dalam kebenaran . Untuk itu singkapkanlah awan gelap ketidak tahuan dan egoisme yang menutupi permukaan , dan Tuhan akan senantiasa dekat, Tuhan akan senantiasa akan sayang dan senantiasa siap dengan nasehat spiritualnya yang akan menuju kesempurnaan.
Melaksanakan ritual upacara bagi umat Hindu adalah identik dengan kesukacitaan , kegembiraan dan nuansa religius serta keindahan. Pada saat upacara yadnya berlangsung rasa permusuhan dan dendam terhadap sesama saudara lenyap , yang terlihat padasaat itu adalah rasa kebersamaan , kerukunan dan kedamaian . Bau wangi pedupaan, harumnya bunga bungaan, , dentingan bajra sang Pendeta, syahdunya lagu lagu / kidung kidung pemujaan membuat suasana hati tentram dan damai.
Bulan yang tadinya bersinar terang tiba tiba berubah menjadi gelap gulita itu disebut dengan gerhana bulan. Tanda -tanda alam seperti ini sering dihubung-hubungkan akan terjadinya peristiwa yang luar biasa dibumi ini , misalnya selang beberapa hari atau beberapa minggu didaerah tertentu akan terjadi bencana alam , wabah penyakit , keributan antar masa dan sebagainya . Untuk mengantisipasi hal tersebut orang-orang bijaksasna yang mengetahui seluk beluk kejadian alam tanda-tanda alam, sepakat untuk melakukan yoga semadi , untuk mendoakan agar bumi ini terhindar dari bencana. Gerhana yang diidentikkan dengan seorang yang yang tadinya riang gembira tiba-tiba berubah menjadi murung dan sedih , karena ada salah satu anggota keluarganya yang tertimpa musibah . Orang yang demikian itu dikatakan hatinya diliputi oleh gerhana. Tradisi khusus di Bali jika terjadi gerhana bulan , maka orang sibuk membunyikan kentongan yang tujuannya adalah untuk mengusir Sang Kala Rahu yang menelan bulan .Mitos ini tertuang dalam Purana yang kemudian menjadi dongeng yang sangat populer . Kisah ini terjadi ketika para raksasa dan para dewa bekerja sama mengaduk lautan susu untuk mencari “ Tirta Amerta “ atau Tirta Kamendalu . Konon siapa saja yang meminum tirta amerta tersebut maka dia akan abadi ( tidak bisa mati ) . Maka setelah tirta itu didapatkan kemudian dibagi rata , dan yang bertugas untuk membagi amerta tersebut adalah Dewa Wisnu yang menyamar menjadi gadis cantik , lemah gemulai. Dalam kesepakatan diatur Bahwa para Dewa duduk dibarisan depan sedangkan pararaksasa duduk dibarisan belakang. Kemudian Raksasa yang bernama Sang Kala Rahu yang menyusup dibarisan para Dewa dengan cara merubah wujudnya menjadi Dewa. Namun penyamaran itu diketahui oleh Dewa Candra atau Dewa Bulan . Ketika tiba giliran Sang Kala Rahu mendapatkan “ Tirtha Keabadian “ disitulah Dewa Candra berteriak . Dia itu bukan Dewa, dia adalah raksasa Kala Rahu . Namun sayang tirtha itu sudah terlanjur diminum. Tak ayal cakra Dewa Wisnu menebas leher Sang Kala Rahu . Karena lehernya sudah tersentuh oleh tirtha keabadian sehingga Sang Kala Rahu tidak tersentuh oleh kematian. Wajahnya tetap hidup melayang- layang di angkasa . Sedangkan tubuhnya mati karena belum sempat tersentuh oleh Tirtha Kamendalu / Tirtha Amerta. Sejak saat itu itulah dendamnya Sang Kala Rahu terhadap Dewa Bulan tak pernah putus. Dia selalu mengincar dan menelan Dewa Bulan, tetai karena tubuhnya tidak ada maka rembulan muncul kembali ke permukaan , begitulah setiap Sang Kala Rahu menelan Dewa Bulan terjadilah Gerhana. Makna yang terkandung dalam mitos ini adalah Bahwa jika seseorang belum bisa melepaskan sifat- sifat keraksasaannya , maka dia itu belum boleh mendapatkan keabadian. Sang Kala Rahu yang tidak sabar menunggu giliran akhirnya harus kehilangan tubuhnya , sedangkan Dewa Candra yang menjadi sasaran kemarahan Sang Kala Rahu . Jika terjadi gerhana , maka dunia akan mengalami bencana atau musibah . Untuk menanggulangi hal ini hendaknya seseorang selalu eling dan waspada . Setelah terjadinya Gerhana orang – orang wikan membuat sesajen tertentu untuk mencegah sebelum bencana itu terjadi . Gerhana lebih banyak disoroti oleh para ilmuwan modern sebagai peristiwa alam biasa dan tidak perlu dibesar – besarkan . Namun bagi kalangan supra natural gerhana bulan tetap harus diwaspadai . Dengan kata lain hendaknya masyarakat berhati – hati karena peristiwa buruk sangat rawan terjadi.
Meskipun kepercayaan akan adanya peristiwa yang tidak diharapkan tetapi tetap harus diwaspadai . Tilem memberi kesempatan yang seluas – luasnya kepada umat Hindu untuk melakukan ritual pemujaan . Hendaknya hari suci tilem dimanfaatkan untuk memupuk nilai – nilai keimanan dalam diri setiap orang . Musnahkanlah sifat – sifat raksasa dalam diri , orang yang berilmu pengetahuan herndaknya seperti bulan yang memberi kesejukan dan penerangan bagi semuanya . Tilem , hari yang identik dengan kesucian , keharmonisan, dan kegembiraan. Tekadkan niat untuk selalu berada di jalan yang lurus, percaya Bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa akan senantiasa membimbing umatNYA, menuju kealam yang sunyata atau alam yang sesungguhnya . Alam yang tidak ada konplik , alam kebebasan , alam kebahagiaan yang abadi. Lakukanlah pemujaan yang setulus – tulusnya , perlihatkanlah Bahwa semakin hari semakin menyusut ego bhaktanya , jadi bukan kebijaksanaannya yang menyusut , melainkan keangkuhannya , kesombongannya dan keserakahannya .
Melalui siklus Purnama dan Tilem ini sesungguhnya alam mengajarkan kepada manusia tentang adanya yang jahat dan yang baik, yang gelap dan yang terang. Keduanya berputar mengelilingi kehidupan manusia secara berkala dan tak akan pernah berhenti dunia ini berakhir. Purnama dan Tilem ini juga mengajarkan kepada manusia bahwa ketika dalam keadaan senang maka janganlah terlarut dalam kesenangan yang melenakan itu, begitu pula ketika manusia sedang berada dalam keadaan terpuruk maka harus segera bangkit karena didepan cahaya akan menyambut.
Mantram Puja Saat Purnama dan Tilem
(Banten : 2 bh pras daksina , banten pekideh dan segehan )
A. Setelah persiapan upacara selesai , lalu manggala upacara mulai mengambil / mengatur sikap dengan cara sebagai berikut:
1. Cuci tangan
Mantra : Om Hrah phat astra ya namah
2. Berkumur
Mantra : Om Ung phat astra ya namah
3. Asana (sikap bersila)
Mantra : Om prasada sthiti sarira ciwa suci nirmala ya namah
4. Pranayama (mengatur pernafasan)
a. Puraka : Om Ang namah
b. Kumbaka : Om Ung namah
c. Recaka : Om Mang namah
5. Karasodana
Tangan kanan diatas menengadah : Om sudhamam swaha
Tangan kiri diatas : Om Ati sudhamam swaha
Mencucikan mulut : Om waktra sudhamam swaha
6. Membakar dupa
Mantra : Om Ang dhupa dipa astra ya namah
7. Menghirup asap dupa dengan cara tangan diasapi lalu dihirup berulang-ulang tiga kali
Mantra :
Om Ang Brahmamrtha dipa ya namah
Om Ung Wisnumrtha dipa ya namah
Om Mang Iswaramrtha dipa ya namah
8. Mensucikan bija :
Mantra :
Om Puspa danta ya namah
Om Kum kumara vija ya namah
Om Sri gandaswari amrtha bhyo ya namah swaha
9. Menuntun Atma dengan sikap tangan mudra didepan dada
Mantra :
Om Ang hrdhaya ya namah
Om Rah phat astra ya namah
Om Hrang Hring sah parama siwamrtha ya namah
10. Mohon Panugrahan Ciwa - Budha
Mantra :
Om nama Siwa ya, namo Budha ya,
nugrahi mami nirmala, sarwa sastra suksma sidhi,
Om Saraswati prama siddhi ya namah,
sarwa karya sudha nirmala,ya namah swaha
Om siwa sadha siwa parama siwa budha
Dharma sanggya ghana dipatya ya nama swaha
11. Dilanjutkan dengan mengambil kembang terlebih dahulu diasapi dengan dupa
Mantra :
Om puspa dantha ya namah swaha
Dilanjutkan dengan ASTRA MANTRA
Om Ung hrah phat astra ya namah
Om Atma tatwatma sudhamam swaha
Om Om ksama sampurna ya namah
Om Sri pasupati ung phat
Om Sriambawantu ya namah
Om Sukhambawantu ya namah
Om Purnam bhawantu ya namah swaha
B. PENGAKSAMA :
1. Selanjutnya kita dahului dengan memohon maaf kehadapan Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya.
Mantra :
--Om Ksama swamam Maha Dewa
Sarwa prani hitan karah
Mam mocca sarwa papebhyah
Palayaswa sada siwa
--Om Papoham papa karmaham
Papatma papa sambawah
Trahinam sarwa papebpyah
Kanacinmam ca raksantu
--Om Ksantawyah kayika dosah
Ksantawya wacika mama
Ksantawyah manasa dosah
Tat prasiddha ksama swa mam
C. MEMOHON TIRTA
1. Tirta pebersihan
a. Om hrang hring sah prama siva gangga amertha ya namah swaha
Om siva amertha
Om sada siwa amrtha
Om parama siva amrtha ya namah swaha
b. Apsu Dewa
--Om Apsu dewa pavitrani
Gangga devi namo stute
Sarwa kleca vinasanam
Toyana Pari Chudhyate
--Om sarwa papa vinacini
Sarwa roga vimocane
Sarva kleca vinacanam
Sarva bhogam avap nuyat
c. Pancaksara
--Om pancaksaram maha tirtam
Pavitra papa nacanam
Papo koti sahas ranam
Agadam bhavet sagaram
--Om pranayama baskara devam
Sarva klesa winasanam
Pranamia ditya siwartam
Bukti mukti warapradam
---Om gangga Saraswathi Sindhu
Vipaca kociki nadhi
Yamuna mahati crsthah
Sarayucca maha nadi
2. Mohon tirta untuk diri sendiri dengan sikap amustikarane
Om idhep bhatara panca tatagata, mwang bhatara ratna traya
umandali bhajradaka ya namah swaha.
Om Gangga sindhu Saraswati
Wipase kosiki nadi
Yamuna mahati trostah
Serayunca mahanadi
Om bhur bwah swah tirta maha pawitra yanamah swaha
(Perciki Tirta untuk Penganteb)
D. Ambil gentanya perciki dengan tirta, asapi dengan dupa dan ngastawa.
1. Mantra : -Om kara sadhasiwa stham
Jagatnatha hitangkarah
Abiwada wada niyam
Genta sabda prakasiate
-Om ganta sabda maha sretam
Ongkarem parikirtitam
Chandra nada windu nadakam
Spulingga siwa tatwamca
-Om gantayur pujyate Dewa
Abawa-bawa karmesu
Warada labde sandeyah
Waram siddhi nirsangsayam
2. Sesudah ngastawa genta pentil palit genta sebanyak tiga mantra :
Om – Om – Om
Kemudian genta itu di taruh
Mantra : Om ang kang kasolkaya yanamah
(Lakukan petanganan Astra Mantra)
E. Memohon tirta pengelukatan
1. Mantra : --Om Sang Bang Tang Ang Ing
Nang Mang Sing Wang Yang
Om Hrang Hring Sah parama Siwa
Gangga amerta yanamah swaha
--Om sarwa belikam prthiwi
Brahma Wisnu Maheswara
Anaking Dewa Putra Sarada
Sarvanastu ya namah swaha
--Om Sam Prajanam sarveda suddhamala
Suddharogah suddhadanda patakah
Suddhavignam suddha sakala
Dasa mala suddhadanda upata
--Om vasuputra tubyam namah swaha
Om siddhi guru srong sarasat sarva wighnam ya namah
Sarva klesa sarva roga sarva satru
Sarva papa vinasaya namah svaha
--Om Gangga sindhu Saraswati
Suyumuna gudawari narmada
Kaweri sarayu mahendra tanaya
Carmanwathi winukam
Bhadra netravati maha suranadi
Khyantan ca ya gandaki
Punya purna jalah samudra
Sahitah kurvantu te manggalam
--Om gangga muncar saking wetan, tinghalin telaga hojanira, jambanganira selaka, tinanceban tunjung putih, padyusan Bhatara Iswara,
--Om gangga muncar saking kidul tinghalin telaga hojanira, jambangannira tembaga, tinanceban tunjung bang, padyusan Bhatara Brahma,
--Om gangga muncar saking kulon, tingalin telaga hojanira, jambanganira mas, tinanceban tunjung kuning, padyusan Bhatara mahadewa,
--Om gangga muncar saking lor , tinghalin telaga hojanira, jambanganira wesi, tinanceban tunjung hireng, padyusanira Bhatara Wisnu,
--Om gangga muncar saking tengah , tinghalin telaga mumbul, ring sapta petala, muncar ring luhur, tinghalin telaga hojanira, jambangan nira amanca warna, tinanceban tunjung amanca warna , padyusanira Bhatara Siwa,
Bhatara Siwa ginawe panglukatan bebanten, wenang Bhatara Siwa anglukat, anglebur dasa mala, hinambelan dening wong campur, kaletehan dening hodak, keraraban dening roma kahiberan dening ayam, kelangkahan dening sona, menawita keraraban, katuku ring pasar, keprayascitha denira Sang Hyang Tigamurti Hyang, Sang Hyang Eka Jnyanasurya, Sang Hyang suci nirmala,menadyang luwiring bebanten, Om sri ya we ya namah.
F. Mantram buhu-buhu, tepung tawar, segau, kekosok, tetebus
1. Buhu-buhu
Mantra : --Om sweta tirtanca nityam, pawitram papa Nasanam,
Sarwa rogasca nagasca, sarwa kali kalasu wina sanam
--Om Rakta tirtanca, Om kresna tirtanca, Om sarwa tirtanca
yawe namo namah swaha
2. Tepung tawar , segau
Mantra : Om Sanjna asta sastra empu sarining wisesa
Tepung tawar amunahaken, segau angeluaraken
Sakuehing sebel kandel lara roga baktanmu
3. Kekosok
Mantra : Om Tresna taru lata kebaretan kalinusan dening angin angampuhang mala wigna . Om Sidhirastu ya namah swaha
4. Tetebus
Mantra : Om raga wetan angapusaken balung pila pilu
Angapusaken otot pilu, den kadi langenging Sang Hyang Surya mangkana langgenging angapusaken kang tinebus-tebas, Om Sampurna ya namah svaha.
5. Semua sesaji yang dipersembahkan diperciki dengan tirtha penglukatan
(dari tempat duduk)
Mantra : Om om sampurna ya namah
Om sudha, sudha, sudha, sudha, parisudha ya namah
Om sudha akasa, sudha bumi, sudha wighna, sudha mala ,
sudha papa klesa , Kasudha dening Sang Hyang Trilokanatha
Om sidhirastu tat astu svaha
Om pretama sudha , dwitya sudha, tritya sudha, caturty sudha
Sudha sudham wariastu
G. 1. Surya stawa
Mantra : Om Surya seloka nata sya, warada sya swarcanam
Sarwantah tasya sidantam, suda naya santyasam.
Om asita mandala mertyu, sitala satru nasanam,
kawi wisya rakta teja, sarwa bawa bawet bawat
2. Pesaksi dengan Pertiwi stawa :
Mantram : Om pertiwi sariram dewi, catur dewa mahadewi,
catur asrama batari, siwa bumi mahasidhi
Om ring purwa ksiti Basundari, siwa patni putra yoni,
Uma durga gangga dewi, brahma betari wisnawi
Om mahe swari hyang kumari, gayatri berawi gauri,
Arsa sidhi maha, Indra Nicambuni dewi
Om akasa siwa tattwa ya namah swaha
Om pertiwi dewi tattwa ya namah swaha
H. Banten Pekideh -(Pekideh memargi dengan Puja Wisnu Mantra) :
1.Mantra : Om ung Wisnu rahada Tritada
Sri Wisnu perajapati kesetra
Wiraha kalpa pertama kertayuga
Kalama sekala titha
Yuga natastra nitaya
Wedakti palem kamayuga
Sarwa dewa prayascitam kirisiyami
sobagian astu ya namah swaha
2. Menghaturkan sesajen (banten dihaturkan kesowang-sowang pelinggih).
Menghaturkan sesajen dalam bentuk pejati
Mantra : --Om Siwa sutram yadnya pawitram
Paramam pawitram prajapati jyogayusyam
Balamastu tejo paramam
Gohyanam triganam triganatmakam
--Om Namaste bhagawan agni
Namaste bhagavan ari
Namaste bhagawan isa`
Sarwa baksa utasanam
3. Tri bhuwana Mantram :
--Om paramah ciwa twam gohyah
Civa tatva parayanah
Civasya pranoto nityam
Candisaya namo stute
--Om nevadam Brahma Visnucca
Bhoktra deva mahecvaram
Sarva vya din alabhati
Sarva karyanta siddhantam
--Om jayarti jayam apunyat
Ya cakti yacam apnoti
Ciddhi sakalam apunyat
Parama Ciwa labhati
--Om bhoktra laksana yanamo Namah swaha
4. Ayu wreddhi
Mantra : --Om ayu vreddhi yaca vreddhi
Vreddhi prajna sukha criyam
Dharma santana vreddhin syat
Santute sapta vreddhayah
--Om yavan meru stitho devah
Yavad gangga mahitale
Candrarko gagana yavat
Tavad va vijayi bhavet
--Om dirghayur astu tad astu-astu svaha
I. Mensucikan sesajen .
1. Sesudah itu sesajen disucikan dengan ,
Mantra : Om Sang Hyang Tiga Murti Hyang
Sang Hyang Ekajnana cuntaka
Sang Hyang Suci Nirmalajnana
Makadi bhatara malingga ring
babanten kararaban, karampwan
denamel dening wang campur
kararaban roma , Kwaltikaning Cone
kaparodan ing wak , kapryascita den ira
Sang Hyang Tiga Murti Hyang
Sang Hyang Ekajnana cuntaka
Sang Hyang Suci Nirmalajnana
--Om criyo wai ya namo namah swaha
2. Selanjutnya muktiang sesajen kepada Sang Hyang widhi , para Deva dan Bhatara (ngayabang samian)
Mantra : --Om deva buktam maha sukam
Bojonam parama samertam
Deva baksia maha tustam
Bokte laksana karanam
--Om bhuktiantu sarwata dewa
Bhktiantu tri lokanam
Saganah sapari warah
Sawarga sadasi dasah
--Om deva boktra laksana ya namah
Om deva trapti laksana ya namah
Om treptia parameswara ya namah swaha
3. Ngayabang banten di pelinggih
-Om parama siwa tanggohyam
Siwa tattwa parayanah
Siwasya pranata nityam
Candisaye namostute
-Om niwidyam brahma winusca
Bhoktam dewa maheswaram
Sarwa wyadi nalabate
Sarwa karyanta sidantam
-Om jayarte jayamapunyat
Ya sakti yasa mapnoti
Sidhi sakala mapunyat
Parama siwa labhate
4. Ngayabang banten sor (segehan)
Mantra : --Om Ang Kang kasolkaya isana wosat
Om Swasti swasti sarwa bhuta kala
Suka ya namah swaha
Sonteng : Riwus sira amuktiaken segehan
muliha sira ring pasenetan nira sowang-sowang
Haywa ngrubeda , anyengkalen bhatara dewa ring kayangan sakti
Dilanjutkan dengan metetabuhan (arak berem)
Mantra : Om ebek segara, ebek danu, ebek banyu pramananing hulun
5. Memohon Sang Hyang Widhi agar berstana di Padmasana dengan sikap ambil kembang dan bija lalu diasapi dan dipegang dengan sikap mudra ditaruh didepan dada.
Mantra : Om Om anantasana ya namah
Om rm dharma singa rupaya svetha varna ya namah
Om rm jnana singa rupaya rakta varna ya namah
Om rm viragya singa rupaya pita varna ya namah
Om rm Iswara singa rupaya kresna varna ya namah swaha
Om Om padmasana ya namah swaha
Om I Ba Sa Ta A
Om Ya Na Ma Si Va
Om Mam Um Am namah
Om Om Dewa pratista ya namah
Om Sa Ba Ta A I
Om Na Ma Si Va Ya
Om Ang Ung Mang Namah
Selesai mengucapkan mantra bunga ditaburkan kedepan
6. Kemudian menghayat Sang Hyang Ciwa Raditya , Bhatara dan Dewa Maheswara memakai kembang dengan sikap Amustikarana
Mantra : Om Om anantasana ya namah
Om Om padmasana ya namah
Om padma pratistha ya namah
Om Om dewa pratistha ya namah
Om hrang hring sah parama siwaditya ya namah swaha
Mantra : Om Sang Bang Tang Ang Ing
Nang Mang Sing Wang Yang
Om Ang Ung Mang namah swaha
Om Mang Ung Ang
Om sri guru bhio namah
7. Menghaturkan sembah kepada Sang Hyang Siwa Raditya
Mantra : -Om Adityasia paramjyotih
Rakta teja namustute
Sivageni teja mayance
Siva Dewa wisiantakem
-Om padma lingganca pratista
Astadewa prakirtitam
Siwagraha sangyuktam
Ganaksaram sadasiwa
-Om Sa Ba Ta A I Na Ma Si Va Ya Ang Ung Mang
8. Menyambut para Dewa , Batara, ambil kembang dengan sikap Amustikarana
Mantra : Om pranamia sang linggam
Dewa linggam maheswara
Sarwa dewati dewanam
Tasme lingga ya we namah
9. Purnama / Tilem mantram :
Om Candra mandala sampurnam, candra byom te pranamyanam, Candra adipa param jyotir, namo candra namostute.
Om sidhi raga namostute, Dara gopati padanam, Wim sat sapto larang wita, Namas candra namostute.
Om Karma sakti jagat caksu, sarwa barana busitam, Swita panca kala runa, namas candra namostute.
Om kumuda atpala kastangca, Sarwari dipa manggalam, Dharma adharma sayam posyam, namas candra namostute.
Om loka yan te prakasita, Loka puja samam witam, Siwa lokam candra dhipam, Namos candra namostute.
Om Asta adi asrama nityam, asta dipa wasi karanam, asta kala ya sampurna. Namos candra namostute.
Om Hrang Hring Sah parama siwa candra amertha ya namah swaha.
10. Untuk Pura Ulun Danu (Sri Astawa):
Mantram :
Om Indra giri putri wiryam, sri gangga uma dewisca, saraswati wirya dewyam, amerta bumi suda jiwanama.
Om narmada bhoga mapnuyad, amertha warsa nugrahakem, surya nadi swarga tana , sarwa dewam namo myaham.
Om amertha kamandalu nityam, perastitam tu sarwa jiwam, uma dewi laba bakti, amartha bumi sudatmakam.
Om sri gangga dewi pratista, jagra bhawa suda wiryam, nirmala amertha jiwitam, sarwa roga winasanam.
Om gangga gori maha wiryam, sarwa papa winasanam, roga pati durga dewi, gangga dewi sariranam.
Om sarwa jagat suddha nityam, amertha bumi nugrahakam, sarwa kali paraharanam, sarwa dukka wimoksanam. Om sidirastu ya namah swaha.
11. Menghaturkan asep kepada para Dewa dan Batara
Mantra : Om Ang Brahma sandhya namo namah
Om Ung Wisnu sandhya namo namah
Om Mang Iswara sandhya namo namah
12. Puja Tehenan
Mantra : Om kaki penyeneng nini penyeneng
Om Bbrahma, Wisnu,Iswara
Surya candra lintang terenggana
Om awang-awang-uwung-uwung
Sidirastu yanamah suaha
13. Puja Jagatnata
Mantra : Om Ang Brahma Perajapati sretah
Suyambu weradem guru
Om brahma sekayam usiyatha
Om rang ring sah Brahma praja pati Ya nama namah swaha
14. Pengaksma Jagatnatha
Mantra : Om ksamaswamam Jagatnatha
Sarwa papa nirantaram
Sarwa karya minda dehi
Prenamya misora isanam
--Om ksama swamam maha yasta
Yastha surya gunatmakam
Winasaya sesatem papem
Sarwa seloka darpayana
--Om gring dewa arcanaya ya namah swaha
Om gring dewa tarpana ya namah swaha
J. Dilanjutkan dengan persembahyangan bersama .
1. Puja Tri Sandhya
2. Muspa Panca Sembah
a. Sembah tangan kosong
Mantra : Om Rah phat Astra ya namah swaha
Om Atma Tatwatma sudhamam swaha
b. Sembah memakai kembang kepada Ciwa Raditya
Mantra : --Om Aditya sya paramjyotir
Rakta teja namustute
Sweta pangkaja madhyasta
Basjkaraya namustute
--Om Pranamya baskara dewam
Sarwa klesa winasanam
Pranamya ditya siwartham
Bukti mukti warapradam
--Om Hrang hring sah parama ciwa ditya ya namah swaha
c. Sembah memakai kembang/ kewangen ke Dewa Samodaya
Mantra :--Om Namo Dewaya adhisthanaya
Sarwa wyapinesiwaya
Padmasanaya ekaprathisthaya
Ardanareswarya ya namah swaha
--Ung Akasem nirmalam sunyem
Guru Dewa bhyomantarem
Ciwa sekala sampurnem
Reka ungkara ye namah swaha
d. Sembah memakai kewangen untuk memohon waranugraha
Mantra :--Om Anugraha manohara
Dewa datha nugrahaka
Hyarcanam sarwa pujanam
Namah sarwa nugrahaka
--Om Dewa dewi maha sidhi
Yajnanga nirmalatmaka
Laksmi sidhisca dirgayuh
Nirwighna suka wredinca
--Om Ghring anugraha arcanaya namo namah swaha
Om Ghring anugraha manuharaya namo namah swaha
--Om ayu vreddhi yaca vreddhi
Vreddhi prajna sukha criyam
Dharma santana vreddhin syat
Santute sapta vreddhayah
e. Sembah tangan kosong
Mantra : Om Dewa suksma Paramecintya ya namah swaha
Om Ang Ksama sampurna ya namah swaha
Om Santhi Santhi Santhi Om
3. Memohon tirta Wangsuhpada
-- Om Namaste bagawan gangga, namaste sita lambwapi,
salilam wimalam toyam, swambu tirtha bojanam
---Om subeksa asta asteya, dosa kilbi sana sane
pawitram semaha tirtha, gangga tirtha maha nadhi
---Om bajra reni maha tirtha, papa soka wina sanam
Nadi puspa laya nityam, nadi tirtha ya praya
---Om tirtha nadi kumbasca, warna dewa mahatmanam
Muninam manggala sumcaya, wiyapica dewa akasah
---Om sarwa wigena winasantu , sarwa klesa winasantu
sarwa papa winasaya, sarwa roga winasanam
4. Metirtha
Dilanjutkan dengan matirtha dan mabija
a. Matirtha ( dipercikan tiga kali di kepala)
Mantra : Om Budha pawitra ya namah
Om Dharma maha tirtha ya namah
Om Sanggya maha toya ya namah
b. Diminum tiga kali
Mantra : Om Brahma pawaka ya namah
Om Wisnu amertha ya namah
Om Iswara jnana ya namah
c. Diraup tiga kali di kepala
Mantra : Om Sampurna ya namah
Om Sadhasiwa paripurna ya namah
Om Paramasiwa sukma ya namah
d. Memakai kembang ditelinga
Mantra : Om Sri asmara ya namah
e. Mabija
Mantra : Om Wija -wija kara ya namah
1. Penutup
--Om Hinaksaram hina padam
Hina mantram tathaiwaca
Hina bhaktim hina wrdhim
Sada ciwa namo stute
--Om mantra hinam kriya hinam
Bhakti hinam Maheswara
Yat pujitam Mahadewa
Pari purnam tad astume.
2. . Puja Pralina
Mantra : Om A Ta Sa Ba I
Om Na Ma Si Wa Ya
Om Ang Ksama sampurna ya namah swaha
3. Rangkaian upacara oleh Manggala ditutup dengan parama santhi
Mantra : Om santhi santhi santhi Om
Tidak ada komentar:
Posting Komentar