“titiyang bukan siapa-siapa”
Kalimat tersebut sering diucapkan oleh berbagai orang di berbagai kondisi. Seringkali, kalimat tersebut bisa disama-artikan dengan “titiyang tidak peduli”.
Sore hari ini titiang dipanggil menghadap Ida Sinuhun Putri, dengan tidak sengaja titiang diajak diskusi di Gedong Geruda Saru. Singkatnya, titiang hanya bisa matur “titiang sudah tahu permasalahan ini dari dulu, tapi titiang bukan siapa-siapa.”
Ada dua makna yang bisa titiang utarakan dari kalimat “titiang bukan siapa-siapa”. Yang pertama, memberikan kesan ketidakpedulian titiang terhadap masalah, konflik, atau topik yang sedang dibicarakan ring kapurusab. Yang kedua, memberikan kesan bahwa pengaruh ucapan ataupun tindakan titiang tidak berdampak besar atau terlihat dengan mudah.
Makna yang kedua biasanya lebih populer dipahami dibandingkan makna yang pertama. Makna yang pertama memiliki prasangka yang negatif dibandingkan yang kedua, (mungkin) karena itulah makna yang kedua bisa jadi lebih populer dibandingkan yang pertama.
Ucapan “titiang bukan siapa-siapa” tapi bermakna kedua hanya bisa terjadi jika sudah ada upaya yang sudah dilakukan. Jika belum ada upaya mengatasi konflik yang terjadi sama saja dengan bilang “titiang tidak peduli”.
Jadi, jika titiang berbicara “titiang bukan siapa-siapa” memiliki arti bahwa titiang sudah berusaha untuk mengubah atau memberikan ide atau solusi konflik tetapi upaya tersebut tidak berdampak besar pada permasalahan yang dihadapi.
Tulisan ini hanya mengingatkan bahwa kepedulian itu harus disertai tindakan (ANUT RING SESANA). Sapasira ja tidak bisa bersikap peduli dan berbicara “titiang bukan siapa-siapa” jika m belum ada upaya untuk mengubah kondisi tersebut. Jika sudah berusaha tapi tidak ada respon yang memuaskan, bisa jadi ..... ? memang bukan siapa-siapa, dan pantas jika bilang “.......? bukan siapa-siapa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar