Dalam kehidupan spiritual di Bali kita mengenal istilah asuci laksana yang artinya membersihkan diri dengan melaksanakan perbuatan mulai dalam rangka menempuh tahapan moksartham. Pertanyaannya adalah kapan hal itu seharusnya dimulai...?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita kembali dahulu mengingat tahapan hidup kita yang disebut Catur Asrama yaitu:
Brahmacari, Grhasta, Wanaprasta, dan Bhiksuka.
Keempat asrama ini adalah merupakan satu kesatuan sehingga untuk dimulai melaksanakan asuci laksana itu bukanlah pada tahapan bhiksuka melainkan mulai awal brahmacarya.
Menyadari hal tersebut begitu penting maka agama Hindu menekankan pendidikan susila sejak awal kehidupan.
Sila atau perbuatan yang baik akan menyebabkan tentramnya dunia. Susila juga adalah merupakan bagian dari tiga kerangka dasar agama Hindu (Tattwa, Susila, Acara).
Pentingnya melaksanakan suci laksana ini didasari dari kitab Sarasamuccaya yang mengatakan bahwa manusia dapat menolong dirinya sendiri dengan senantiasa melakukan perbuatan baik (cubhakarma). Pada bagaian ini Sarasamuccaya mengatakan;
.... “salwiring duhka hetu, ring paperangan kunang, tar teka juga ikang bhaya ..... Apan ikang cubhakarma rumaksa sira”
Artinya dari berbagai penyebab kesengsaraan, di medan perang sekalipun seorang tidak akan terkena malapetaka, sebab dirinya sudah dilindungi oleh perbuatan baiknya sendiri” makanya asuci laksana itu sangat urgen diterapkan oleh semua umat manusia untuk mencapai kedamaian dunia yang dimulai dari kedamaian hati.
Kaitannya dengan kebutuhan kesehatan jasmani, asuci laksana juga merupakan pokok permasalahan untuk melindungi diri dari terpaan penyakit baik penyakit fisik maupun penyakit rohani. Orang yang sehat jasmani senantiasa memelihara kesehatannya dengan Tri Upastambha, melakukan diet dengan baik, beraktivitas sesuai kebutuhan dan mengatur istirahat tidur yang cukup, akan bisa membuat raga jasmaninya menjadi sehat. Sudah tentu faktor pikiran mempengaruhi kesehatan rohani. Orang yang asuci laksana mulai dari alam pikiran, berfikir yang positif, mensyukuri segala anugerah, terbuka dengan kondisi diri, rajin mendekatkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, akan membuat suasana pikiran menjadi tenang, baik untuk memelihara kesehatan. Kesehatan diperlukan agar kita bisa menjalankan kehidupan Catur Asrama dengan baik, kehidupan bahagia di alam sana (paraloka) yang kita tuju. Tanpa memiliki kesehatan fisik maupun rohani, niscaya semua itu bisa terlaksana.
Selengkapnya asuci laksana tersebut diajarkan dalam brata Yama dan Niyama yang lumrah disebut Dasa Sila (1. Ahimsa, tidak menyakiti, (2. Brahmacarya, tidak ingin kawin, (3. Sathya, tepat janji, (4. Avyavaharika, tidak pamerih, (5. Asthenia, tidak suka mencuri, (6. Akroda, tidak marah, (7. Guru Susrusa, hormat terhadap guru, (8. Aharalaghava, makan sederhana, (9. Apramada, tidak melecehkan, (10. Sauca, suka hidup bersih. Merupakan ajaran universal yang perlu diketahui.
Hidup dengan asuci laksana lambat laun akan menjadikan kita sebagai seorang utama. Ada empat kriteria orang utama yaitu: sukleng rna (terbebas dari segala hutang), tidak hanyut dalam sanjungan, tidak runtuh dalam hinaan orang dan bisa sederhana ketika keadaan sulit
(Sutasoma I).
Asuci laksana merupakan pedoman hidup yang perlu senantiasa dilaksanakan. Melaksanakan satu poin saja dari Dasa-Sila misalnya ahimsa dengan sepenuh hati, maka kesembilan sila yang lain akan secara otomatis terlaksana. Begitu pula kalau kita menekankan pada Sauca, Aharalagawa dan lain lain. Kesimpulannya terletak pada kesungguhan kita berbuat. Kalau perbuatan itu dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab dan merupakan bagian dari panggilan hati, tidak ada tekanan dalam menjalankannya, maka niscaya hidup dengan asuci laksana dapat dilaksanakan dengan baik dan secara fisiologis akan mendatangkan kebahagiaan, kesehatan lahir dan bathin.
#tubaba@anglaraken asuci laksana#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar