Tapaccaucawata nityam dharmasatyarateria ca Matapitrcn-aharaliah pujanam Kaiyamanjasa
Artinya: Orang yang memberi hormat kepada ibu-bapaknya lebih-lebih pada guru nabe setiap harinya, namanya teguh melaksanakan tapa dan senantiasa menyucikan dirinya, tetap teguh berpegang kepada yang disebut dharma itu.
Alam beserta isinya telah ditata rapi, harmonis dan indah oleh Sang Pencipta kepada umat manusia, memberikan segala kenyamanan untuk dinikmati. Pesan-pesan yang tersirat,dalam hukum alam semesta ini menghendaki manusia agar memaanfaatkan isi alam ini dengan sebaik-baiknya: seimbang, harmonis dan serasi. Yang lebih penting adalah kesempatan dan ruang bagi manusia untuk memperbaiki kemanusiaannya, menebus segala dosa-dosanya yang pernah diperbuat. Tata tertib kehidupan telah ditentukan oleh Ida sang Hyang Widhi Wasa dalam sastra-sastra agama.
Tata tertib tersebut mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Ketiga hubungan ini dikenal dengan tri hita karana, yaitu tiga sebab yang membuat kehidupan manusia bahagia lahir bathin. Apabila pesan-pesan beliau dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik dan benar maka niscayalah dunia ini menjadi surga bagi penghuninya. Sebaliknya, apabila alam semesta dinikmati digariskan Tuhan. Maka dunia ini tidak ubahnya dengan neraka yang sangat menyengsarakan.
Putra sesana berarti aturan yang wajib dilaksanakan atau larangan yang harus dijauhi oleh seorang anak terhadap orang tuanya (guru nabenya), atau seorang siswa kepada gurunya dalam lingkungan rumah tangga atau pasraman (sekolah). Tata tertib ini penting artinya bagi umat manusia sebagai rambu-rambu di dalam rangka mengabdikan diri guna dapat mengantar dirinya memasuki tahapan kehidupan rohani yang lebih maju. Aturan-aturan tersebut berupa anjuran dan larangan yang harus diperhatikan oleh seorang anak (anak biologis lebih-lebih anak jnana) dan atau siswa agar terhindar dari segala cela serta dosa. Jadi putra sesana adalah ajaran moral dan etika dalam tata pergaulan dengan orang tua (guru nabe), dan anggaota masyarakat secara luas.
Putra sesana bila diartikan secara luas akan menyangkut hubungan siswa dengan catur guru yaitu rupaka (orang tua/guru nabe), guru pengajian (guru di sekolah), guru swadhyaya (pemerintah), dan guru wisesa (Tuhan). Dengan demikian, putra sesana mempunyai implikasi yang sangat luas di dalam kehidupan bermasyarakat, dimulai dari pendidikan di rumah melalui guru rupaka (orang tua). Apabila hubungan putra dengan catur guru tidak lagi berdasarkan putra sesana, maka akan terjadi pergeseran nilai-nilai masyarakat yang menyimpang dari-nilai agama, kesucian dan spiritual. Budi pakerti dan moral manusia mengalami degradasi yang tentu dapat membahayakan kehidupan bahkan peradaban manusia. Di sinilah pentingnya merenungkan kembali ajaran putra sesana seperti tertuang ke dalam lontar Putra Sesana, atau sesana-sesana lainnya. Di bawah ini disajikan alih aksara lontar Putra Sesana dan terjemahannya koleksi Geriya Agung Bangkasa, banjar Pengembungan, desa Bongkasa, kecamatan Abiansemal, kabupaten Badung-Bali.
Om Awignamastu.
a) Nihan putra sesana ngaran, tingkahing asewaka ring sane guru, guru nabe mwang irama rena. Den kadi asewaka ring sang Adhi Guru, kang genahing asewaka amet Sang Hyang Dharma, apan pada pranathannya, awya langgana ring sang rama rena, awya rnasa langga lawan ujar kang tan yogya, Art awya niasesa sing druwening sang ramarena, awya impiti sang rama rena, ring aspi, hena olah-olah daha sang rama rena.
awya kungkulan dening wawayangan, awya sambya rarasan,manawa kang ker plasatan dening idu, aja sinisin mwang ora ajajabur, awya nampa ring tangan kiwa, ke. awya nganggo sapanganggoning sang rama rena, margining tan wnang sang aja rama rena, agawe sarira, yeka agung set hutarme putra, ri sang rama rena, apan ses sang rama rena dadi kna sariran nira, kang yai sakeng bapa asung rasa, kang sakeng ibu asung padangawas, mangkana hutanging tak sang putra ri sang rama rena, mangkana mekramaning sang putra nita bhakti ring sang rama rena, apan agawe sariran nira.
Ika, yan hana wong mangkana kramannya, manut pranitining putra (sesana, yeka ingaranan putra ngaran, yan hana wong tan manut nitining putra sesana, langgana ring sang rama rena, amasesa ring druwen sang rama rena,yen hana kramaning putra mangkana padha lawan purisya ika, ikang purisya dukning, jro weteng, aselu mules, bedannya weh rasa, aweh lara ring so ibunya metwa ya kang tahi, pada agila tumonika, mangkana kramaning putra, kang tan panuta nit inikang putra sasana, pinada'akna kalawan tahi ika, yan putra I mangkana kramannyd; kang ian aniti t bhakti i-ing sang rama rena, agung papannya sewu tahun; kundya agni (prasuptena-narsanya dosanya. Kalingannya ila ila wong aturu rahina setata, palannya amanggih wyadi satata, surud salwiring guna kang maring rahayu, muwang kawiryan ilang mwang tipta kasaktyan, ilang sakelwiraning, raja sidrewe, mwang, saisinin pomahari, ilang ti sakelwiraning ulang kang maring rahayu, ilang dalaning tapa bratha, mwang Samadhi, mwang japa mantra, airnbuh twigna tanpa krana, ngaran, karanjingan dening bhutha dengen, matannyan tan iyogya tutan setata, kangetakna away imalupa, yenkena den ta mangiring, setata dalannya ngawalik, kang bala temahan hayu, kang hilang dadya teka, mang doh ikang wigna, mwang marana, mwang sasab, ring sira, tutan away ipal-ipal, ling ning putra sasana.
Ya, Tuhan, semoga tiada rintangan. Inilah yang dinamakan "Putra Sesana'', yaitu paraturan tentang tata cara berbhakti dari dan kepada seorang guru, guru nabe maupun terhadap orang tua. Demikian juga cara berbakti, kepada seorang guru utama yaitu:
- Tidak boleh menentang orang tua
- Kepada ibu tidak boleh mengucapkan kata-kata yang yang tak pantas diucapkan,
- Tidak boleh meninggalkan barang milik orang tua,
- di tempatan sepi, tidak boleh menginjak bayangannya,
- Tidak boleh sambil meludahi,
- Tidak boleh sinis
- Tidak boleh menjinjing dengan tangan kiri
- Tidak boleh memakai pakaian orang tua.
Kenapa demikian? Sebab orang tua itulah yang mengadakan badan inin ,Makaitu amat besarlah hutan,, si anak terhadap orang tuanya, sebab orang tua itulah yang menjadikan badan si anak. Dari ayah memberikan rasa dan dari ibu memberikan pandangan yang terang. Demikianlah hutang seorang anak terhadap orang tuanya. Maka itu si anak seyogyanya selalu berbahkti kepada orang tuanya, sebab beliau yang telah mengadakan badan si anak. Ada auran tingkah lakunya itu, mematuhi pedoman hidup yang disebut "putra sesana" itulah yang dinamakanputra. Sedangkan orang yang tidak memetuhi pedoman hidup "putra sesana- tersebut, berani menentang orang tua terhadap milik orang tua.Seorang anak yang dennkian itu ta ubahnya bagaikan kotoran (tahi). Kotor itu ketika masih berada craiam perut menyebabkan rasa mules, sakit perut sang ibu dan ketika sudah keluarnya kotoran itu menyebabkan semua orang benci melihatnya.4Demikianiah perilaku h seorang anak yang tidak mematuhi g pedoman hidup yang disebut -putra g sesana" diidentikkan sama dengan kotoran.
Adapun anak demikian itu, yang tidak berbhakti kepada orang tuanya akan mengalami kesengsaraan selama 1000 tahun direbus dalam api neraka akibat dari besar dosanya ituDikatakan amat berbahaya orang. Adi yang selalu tidur di siang hari, akan berakibat sering menderita sakit, dan menghilangkan sifat-sifat baik seperti kewibawaan, kesaktian akan hilang dan segala harta kekayaan serta seisi rumah akan hilang pula. Segala kebaikannya hilang: tapa, brata, yoga dan setnadhijuga akan hilang, demikian juga, japa dan mantra juga hilang. Lebih-lebih ingat lagi bencana secara tiba-tiba akan datang. Kerasukan oleh bhuta dengen (roh halus), ibil makanya tak patut dituruti. Ingatlah !tan jangan sampai lupa apabila mematuhi (putra sesana) ini, maka akan berbaliklah, yaitu yang jahat akan menjadi baik,yang hilang akan datang lagi serta senantiasa akan dijauhkan dari ancaman bencana dan penyakit maupun tua berbagai gangguan lainnya. Maka laka patuhilah dan percayalah akan kebenaran idap dari ajaran Putra Sesana ini
Demikianlah ajaran Putra Sesana yang berisi pedoman yang harus diperhatikan oleh seorang anak di dalam berinteraksi dengan orang tua mauapun kepada gurunya. Kiranya ajaran tersebut masih relevan, untuk kita renungkan ditengah-tengah kehidupan masyarakat rnoderenyang diwarnai dengan kemajuanyang pesat di bidang ilmu pengetahuan g dan teknologi. Kemajuan di bidang iptek belum otoinatis membawa kemajuan dibidang agama dan moralitas manusia.Oleh karena itu ajaran-ajaran moral danetika seperti tercantuin dalam sastra. sastra yang memuat sesana atau tata cara bertingkah laku kiranya perlu diperhatikan.Khasanah lontar-lontarwarisan budaya leluhur kita sarat dengan moral dan etika.
#tubaba@griyang bang#