Minggu, 20 September 2020

BHASMA TIGA PUJA HITANING RAT DI PURA KAHYANGAN DHARMA SMRTI

BHASMA TIGA PUJA HITANING RAT DI PURA KAHYANGAN DHARMA SMRTI

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd
BHASMA TIGA PUJA : Alat Pembersih Diri

Om Paramam Pavithram, Hyang Sinuhun Vibhuthim;
Paramam Vichithram, Lila Vibhutim;
Paramaartha, Ishtaartha Moksha;  
Pradhanam, Hyang Sinuhun, 
Vibhuthim Idhamasrayami.

Artinya:
Om Hyang Widhi, hamba berlindung dengan Tirtha Pawitram dan Vibhuti (Abu) suci Dewa Siwa dalam wujud Ida Bhatara Hyang Sinuhun
Tirtha dan Abu Suci yang luar biasa ini, menganugerahkan pembebasan
Yang merupakan tujuan akhir (moksha) yang ingin hamba capai.
Hamba bersujud dan  berserah diri padaMu Siwa Yang Maha Suci dalam wujud Ida Bhatara Hyang Sinuhun

Bhasma terbuat dari serbuk cendana yang sangat halus. Serbuk ini diperoleh dengan menggosok-gosokkan kayu cendana yang dibubuhi air di permukaan sebuah periuk atau dulang dari tanah liat. Hasil gosokan (asaban) itu kemudian diendapkan. Inilah bahan bhasma.

Kata bhasma sendiri secara harfiah berarti abu atau serbuk. Kata "bhas" dalam kata bhasma tidak sama dengan kata baas dalam bahasa Bali yang berarti beras. Karena kata Bhasma adalah kata dalam bahasa Sansekerta. Pemakaiannyapun berbeda. Kalau wija umumnya dipakai oleh orang yang masih berstatus walaka, sedangkan bhasma hanya dipakai oleh Sulinggih yang berstatus sebagai anak lingsir. Kata wija berdekatan artinya dengan kata Walaka dan Kumara yang berarti biji benih atau putera.

Bhasma Mantra adalah salah satu
bagian dalam teks Bhūwana Kosha yang
menerangkan perihal bhasma [abu]. Abu yang dimaksudkan adalah Ongkara sebagai hasil pembakaran Brahma mantra ke dalam Api Dampati. Api Dampati itu tersusun atas dua pasangan yakni Ongkara [Purusha] dan Ukara [Pradhana]. 

Ongkāram  rudram  ityuktam, umāswāhā  tathewa  ca,  uswāhā brāhmā  ongkāram,  swāhā  patni japedwuhdhaḥ.  nihan  tattwa  sang hyang ongkāra, yan sang hyang rudra sira ongkāra, sang hyang  ukāra sira umā,  yan  sang  hyang  brāhmā  sira ongkāra,  sang  hyang  ukāra  sira swāhā,  ya  dampati,  nga,  kawruhana sang pandhita.

Artinya:
[Inilah hakikat ke-Itu-an Sang Hyang Ongkāra,  jika  Sang  Hyang  Rudra adalah  Ongkāra,  Sang  Hyang  Ukāra adalah Umā, jika Sang Hyang Brāhmā adalah  Ongkāra,  Sang  Hyang  Ukāra adalah  Swāhā,  itulah  pasangan namanya, pahamilah oleh Pandhita].

Bhasma Mantra sendiri adalah
badan dari Shiwa. Ajaran ini disampaikan
oleh Shiwa kepada Uma. Praktiknya dapat
ditemukan dalam ritual pemujaan yang
dilakukan oleh para Pandhita atau sadhaka.

Pengertian bhasma tidak hanya berhenti pada abu. Bhasma tersebut pada tahap selanjutnya dibagi menjadi dua pengertian, yakni sakala bhasma dan niskala bhasma. Bhasma Sakala adalah tubuh, sedangkan bhasma niskala adalah jñāna.

"śarīrang kuṇḍam ity uktaṃ, try-antaḥ-karanaṃ indhanam; sapta-oṃ-kāra  mayo  bahnir, bhojananta udindhitaḥ"  

Artinya:
[Badan ini adalah tungku api,  bahan bakarnya adalah ketiga bagian tubuh dalam  diri,  api  berisi  sapta  omkara yang telah terbakar dalam pembakaran.

Mantra  tersebut adalah  mantra atma kunda, sloka 2 [dua] yang digunakan Pendeta sebagai  siwi  karana.  Siwi karaṇa  adalah proses  pensucian  badan  untuk  dapat menyemayamkan  Ishwara.  Siwi karana dilakukan dengan berbagai tahapan sebelum sampai pada tahapan dagdhi karana. Tahapan tersebut diawali  denganPersiapan  ketiga  dalam  mengetahui hakikat  Ongkara  menurut  Bhuwana  Kosha adalah  Siwa  Karana.  Kata  Siwa  Karana familiar  dalam  pelafalan  masyarakat  Bali pada umumnya, terutama untuk menyebutkan perlengkapan  yang digunakan  oleh Sulinggih dalam  melakukan  pemujaan.  Kata  tersebut berarti  benda,  dan  bukan  praktik  dalam memahami  Ongkara.  Maka  dari  itu, tampaknya yang dimaksudkan  sebagai Siwa Karana  adalah  Siwi  Karana  sebagaimana dijelaskan di atas. Keterangan yang diberikan oleh  Puja  perihal  Siwi  Karana  ini  adalah sebagai berikut:  Siwi Karana adalah proses pensucian badan  untuk  dapat  menyemayamkan Ishwara. Proses Siwi pada hakekatnya telah  dimulai  dari  proses  ngili  atma yang kemudian diikuti dengan proses dagdhi karana dan amṛti karana yang ditutup  dengan  ongkara  sudhi,  satu proses  persiapan  untuk  melakukan Siwi Karana.

Bhasma dalam hal ini adalah lambang Sunya atau Siwa. Dengan pemakaian bhasma itu Sulinggih bersangkutan menjadikan dirinya Siwa (Siwa Bhasma), disamping sebagai sarana untuk menyucikan dirinya (Bhasma sesa)/pembersihan diri.


Jika membersihkan diri dengan daun pahalanya seribu, dengan tanah pahalanya seratus ribu, dengan air pahalanya satu juta, dengan basma pahalanya seratus juta. Tetapi, jika diri dibersihkan dengan pengetahuan, maka pahalanya tak terhitung.

Patra soca phalam devi, 
sahasramva dine dine,
Prtivi, socamva sahasram, 
jalamvayutam evaca
Bhasma soca phalam dadyat, 
sahasra koti tat phalam,
Aprameyam jnana socam.
(Bhuvana Kosa, VIII. 2-3)
Teks di atas menyebutkan ada lima jenis sarana pembersih dengan kemampuan membersihkan yang berbeda-beda pada diri orang. Diri yang dimaksudkan mungkin badan beserta dengan kelengkapannya, baik badan kasar, halus maupun badan penyebab. Kelima jenis sarana tersebut dapat membersihkan dengan tingkatan tertentu dan tingkatan tersebut diurut berdasarkan angka.

Adapun kelima jenis pembersih tersebut adalah daun, tanah, air, basma dan pengetahuan. Membersihkan diri dengan daun nilainya hanya seribu, sementara dengan tanah nilainya seratus ribu, dengan air satu juta, dengan bhasma seratus juta dan dengan pengetahuan nilainya tanpa batas.

Mengapa kelima jenis ini digunakan sebagai sarana pembersih? Mengapa mesti daun? Mengapa mesti tanah? Bukankah tanah justru yang menyebabkan kotor? Mengapa tiba-tiba bisa menjadi pembersih? Secara umum orang memahami bahwa alat pembersih itu hanya air. Jenis alat pembersih lain yang mendukung kualitas kebersihan tersebut adalah sabun dan zat tertentu yang semuanya bisa dibilas dengan air.

Mungkin yang dimaksudkan dengan alat pembersih tersebut berhubungan dengan kualitas spiritual yang dimunculkan. Dalam agama lain juga ada disebutkan bisa menggunakan tanah untuk membersihkan diri ketika sedang tidak ada air atau sedang berada di gurun untuk tujuan sembahyang. Ini tentu berhubungan dengan kualitas bhatin dibandingkan kebersihan kulit. Demikian juga, mengapa arahnya spiritual? Hal ini dapat diperkuat dengan disebutkan basma juga digunakan sebagai alat pembersih yang tingkatannya berada di atas air. Basma digunakan dalam praktik agama Hindu, seperti penggunaan bija pada saat selesai sembahyang. Orang yang membersihkan diri dengan basma dikatakan kualitasnya berlipat satu juta kali.

Uniknya, ada jenis alat pembersih yang tidak bisa dilihat sama sekali tetapi dia ada sebagai sebuah kualitas, yakni pengetahuan. Nilai yang didapat dari pengetahuan ini jumlahnya tak terbatas. Teks ini menyebut bahwa membersihkan diri dengan pengetahuan merupakan yang paling utama. Mungkin kalaupun ada lagi disebutkan mengenai alat pembersih disamping yang disebutkan di atas, nilainya tidak akan sepadan dengan pengetahuan. Kata “tak terbatas” pada pengetahuan menunjukkan nilai yang tidak bisa dihitung. Artinya, nilainya melampaui hitungan angka. Ketika angka yang tertera tidak bisa disebut berapa, maka itulah tak terbatas. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hanya pengetahuan yang dapat membersihkan diri seseorang secara sempuna.

Bagaimana pengetahuan itu dapat membersihkan diri seseorang? Bagaimana cara kerjanya? Khusus untuk alat pembersih ini tidak bisa berhubungan dengan badan, tetapi langsung pada mental dan gugusan sistem yang bekerja di dalamnya. Di dalam sistem ini terdapat berbagai hal yang berhubungan dengan memori, vasana dan berbagai turunannya. Pada ranah sistem inilah pengetahuan bekerja. Di dalam sistem ini juga avidya (kegelapan), mala (kekotoran), raga (ketertarikan), dvesa (kebencian), abhinivesa (keterikatan) bernaung. Dengan pengetahuan, semua jenis kekotoran ini bisa dibersihkan secara sempurna dan akhirnya seseorang bisa meraih kebebasan sejati. Selain pengetahuan, apapun bentuknya tidak akan mampu membersihkannya, karena kekotoran tersebut posisinya sangat kuat melekat pada diri setiap orang. Sebagian besar orang dibuat tidak berdaya dengan semua kekotoran tersebut.

Pengetahuan itu ibarat api yang mampu membakar bahan bakarnya secara penuh. Karena hal inilah, mungkin, Adi Sankaracharya akhirnya berkesimpulan bahwa hanya pengetahuan yang dapat membebaskan orang dari samsara, tidak dengan yang lainnya. Bahkan, Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba pun mengajarkan hal serupa. Jadi, oleh karena pengetahuan mampu membersihkan semua jenis kekotoran yang ada pada diri seseorang, maka nilainya dinyatakan tak terbatas. 

Bhasma Tiga Puja

Om wicakrame prthiwim esa etām
ksetrāya wisnur manuse dasasyan
druwāso asya kirqya janāsa
uruksitim sujanimā cakāra

Artinya:
Om Sang Hyang Widhy Wasa, Engkau Hyang Wisnu yang membentang di bumi ini, menjadikan tempat tinggal bagi manusia. Kaum yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Mu. Yang mulia telah menjadikan bumi tempat yang lega bagi mereka.

Bhasma Tiga Puja ini dilaksanakan tepat pada bhudha pahing kuningan hari pemujaan kepada dewa wisnu adalah tegak piodalan di Pura kahyangan dharma smrti, dirayakan pada rentetan hari pamacekan agung di pura kahyangan dharma smrti linggih Ida Bhatara Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba Pelopor Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana ring Pundukdawa, Dawan Klungkung. Itu merayakan pertemuan yang diadakan antara Ida Bhatara Hyang Sinuhun dan sulinggih garis parampara, kapurusan, oka dharma dan para pangubhakti semua, yang menurut tradisi, mendahului kebiasaan pelafalan disiplin oleh para umat sedharma secara berkala. Pada hari itu, umat sedharma merayakan terciptanya komunitas yang ideal dan teladan, itulah mengapa kadang-kadang disebut Hari Pemujaan Dewa Wisnu/Hari Pemujaan air anugrah kehidupan mengacu pada konsep wasu dewa kutumbhakam. 

Istilah Puja Bhasma Tiga ini juga digunakan untuk perayaan, yang berarti 'menghormati kebersamaan dalam kehidupan. Akhirnya, menyebut hari itu sebagai Hari Semua Orang Suci Lintas Pasemetonan.

  • Ppradaksina
Dengan tangan beranjali beranjali mengelilingi objek pemujaan dengan searah jarum jam (dari kiri ke kanan) sebanyak tiga kali. dan pikiran terpusat pada Ida Bhatara Hyang Sinuhun.

TEMPAT MELAKSANAKAN PUJA  
Di Pura Kahyangan Dharma Smrti
Pura Kahyangan Dharma Smrti merupakan tempat meletakkan simbol-simbol/lambang-lambang kesucian agama Hindu, seperti :
- Patung Ida Bhatara Hyang Sinuhun melambangkan penghormatan kepada Sang Pemersatu umat dan Pelopor Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa

- Lilin melambangkan penerangan dhamma Hyang Bhatara Sinuhun.

- Dupa yang melambangkan keharuman Dhamma Ida Hyang Bhatara Sinuhun.

- Bunga, melambangkan anicca atau ketidakkekalan.

- Air, yang dianggap memiliki sifat-sifat seperti : dapat membersihkan noda-noda, dapat memberikan tenaga kepada makhluk-makhluk, dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan, selalu mencari tempat yang rendah (tidak sombong)

-Buah, melambangkan buah dari kamma-kamma kita, selain itu sebagai lambang dari rasa terima kasih.
Padmasana Lingga/Padmasana Stupa
Bentuk stupa melambangkan pemikiran terpusat.
Merupakan tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 

Pelinggih Gedong Dalem Kawitan
Memliki fungsi untuk menyimpan relik orang suci, dan merupakan budaya dari leluhut, bangunannya selalu ganjil dan ujungnya runcing.

Pelaksanaan puja dilakukan jauh sebelum berdirinya Pura Kahyangan Dharma Smrti. Para umat Hindu biasanya juga melakukan penghormatan (puja) kepada Tuhan dengan mempersembahkan bunga, lilin, dupa, dan lain-lain. Namun, Tuhan sendiri berkata bahwa bentuk penghormatan yang paling tinggi adalah dengan cara bhakti.

Salah satu bentuk pengamalan beragama Hindu adalah berbhakti kepada Sang Hyang Widhi. Di samping itu pelaksanaan agama juga di laksanakan dengan Karma dan Jnana. Bhakti, Karma dan Jnana Marga dapat dibedakan dalam pengertian saja, namun dalam pengamalannya ketiga hal itu luluh menjadi satu. Upacara dilangsungkan dengan penuh rasa bhakti, tulus dan ikhlas. Untuk itu umat bekerja mengorbankan tenaga, biaya, waktu dan itupun dilakukan dengan penuh keikhlasan.

Kegiatan upacara ini banyak menggunakan simbol-simbol atau sarana. Simbol-simbol itu semuanya penuh arti sesuai dengan fungsinya masing-masing. Berbhakti pada Tuhan dalam ajaran Hindu ada dua tahapan, yaitu pemahaman agama dan pertumbuhan rohaninya belum begitu maju, dapat menggunakan cara Bhakti yang disebut ”Apara Bhakti”. Sedangkan bagi mereka yang telah maju dapat menempuh cara bhakti yang lebih tinggi yang disebut ”Para Bhakti”. Apara Bhakti adalah bhakti yang masih banyak membutuhkan simbul-simbul dari benda-benda tertentu. Nah sarana-sarana itulah merupakan visualisasi dari ajaran-ajaran agama yang tercantum dalam kitab suci.

Upakara atau banten tersebut dibuat dari berbagai jenis materi atau bahan-bahan yang ada, kemudian ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga berwujud aturan atau persembahan yang indah dilihat, mempunyai fungsi simbolis dan makna filosofis keagamaan yang mendalam. Dalam pustaka Bhagawadgita Bab IX sloka 26 menyebutkan tentang unsur-unsur pokok persemambahan itu adalah : 
Patram Puspam phalam to yam yo me bhaktya prayacchati tad aham bhaktyupahrtam asnami prayatatmanah

Artinya :
Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan padaKu daun, bunga, buah-buahan atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari hati suci, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.

Dalam kitab-kitab yang lainnya disebutkan pula Api yang berwujud “dipa dan dhŭpa” merupakan sarana pokok juga dalam setiap upacara Agama Hindu. Dari unsur-unsur tersebut dibentuklah upakara atau sarana upacara yang telah berwujud tertentu dengan fungsi tertentu pula. Meskipun unsur sarana yang dipergunakan dalam membuat upakara adalah sama, namun bentuk-bentuk upakaranya adalah berbeda-beda dalam fungsi yang berbeda-beda pula namun mempunyai satu tujuan sebagai sarana untuk memuja Sang Hyang Widhi.

Dari sloka diatas dapat dilihat hal-hal sebagai berikut : Daun; dapat berupa janur, ron, tlujungan/daun pisang dan daun yang lainnya yang disebut dengan plawa, sirih, daun pilasa dan sebagainya. Buah; dapat berupa buah-buahan seperti : kelapa, padi,tingkih,pangi,pinang,pisang, jenis kacang-kacangan serta semua jenis buah-buahan yang dapat dimakan. Bunga; dapat berupa segala bentuk dan jenis bunga-bungaan yang harum, segar dan yang ditetapkan dan diperkenankan untuk banten. Air; berupa zat cair seperti : air untuk pembersihan segala sarana banten, air kelapa, arak-berem-tuak, madu, empehan/susu, air kumkuman dan lainnya. Api/Gni; yang berfungsi sebagai pembakar sarana upakara berupa kemenyan, majagau,serbuk kayu-kayuan seperti cendana,dupa,lilin, dan lainnya.

Mantra :
Om Aghorebhyo 
Ath Ghorebhyo 
Ghor Ghoratrebhya
Sarve Sarvebhyo 
Namaste Astu Rudruperbhyah.

1- Jika Abu Sudah Siap, Kemudian Keluarkan Bagian Putih Dari Abu Itu Dan Sisihkan, Bagian Putih Ini (Bhasma) Digunakan Untuk Beribadah.

2- Gambarkan Tiga Garis Horizontal Pada Lingga Dewa Siwa Dengan Abu Ini, Yang Disebut Tripundra.

3- Tengah Dan Anamika Menggambar Dua Garis Dengan Dua Jari Dan Menggambar Garis Tengah Berlawanan Arah Dengan Ibu Jari.

4- Setelah Menerapkan Siwa, Saat Mengucapkan Mantra Dewa Siwa Panchakra "Namah Shivaya" 3 Kali, Anda Harus Meletakkan Tripundra Di Kepala Pertama, Kedua Lengan, Di Jantung Dan Pusar, Dll.

5- Sekarang Duduklah Di Depan Siwa Dan Ucapkan Mantra Ini Sebelas Kali. Dikatakan Bahwa Dengan Melakukan Ini, Sri Mahakal Memberikan Dirinya Darshan Dan Memenuhi Semua Keinginan.

1. OM ISTHRAYA NAMAHA
Yang permanent / kekal. Ruang Arca Dewa Shiwa dalam kuil seslalu dalam satu posisi.

2. OM PRABHVE NAMAHA
Shiwa sebagai pemilik / penguasa alam sesta.

3. OM I ISTHRANAVE NAMAHA
Dengan melantunkan nama nama suci ini, kita memanggil sang Ilahi untuk hadir dan mendirikan kediamannya secara pweemanent dlm diri kita.

4. OM BIMAYA NAMAHA
Shiwa adalah yang paling berkuasa.

5. OM PRAVIRA YA NAMAHA.
Shiwa sebagai penyelamat dan pelindung kita.

6. OM VARAYA NAMAHA
Karena Shiwa akan mengabulkan permohonan para bhakta Beliau, juga dipanjatkan dengan hati yang murni

8. OM SARVA ATHANE NAMAHA
Kuil Dewa Shiwa tak terhitung jumlahnya dimana mana.

9. OM SARVAKIYATAYA NAMAHA
Shiwa akan melindungi para bhaktanya

10, OM SARVASHRI NAMAHA
Shiwa adalah ilahi agung yang meliputi segalanya.

11. OM SARVA KARAYA NAMAHA
Shiwa adalah pelaksana pelaku dan dari karya karya besar.

12. OM BHAVAYA NAMAHA
Shiwa mendengarkan keinginan keinginan batin, yang palin dalam dalam pribadi kita

13. OM JATINE NAMAHA.
Shiwa yang memiliki jalinan rambut besar.

14. OM CHARMANE NAMAHA
Shiwa memakai sandang dari kulit harimau.

15. OM SHIKHANDANE NAMAHA
Shiwa mengikat rambut / konde untuk mengendalikan gangga

16. OM SARVAGAYA NAMAHA
Shiwa adalah pengedalai dari segala gerakan objeck/benda dalam alam raya.

17. OM SARVABHAVNAYA NAMAHA.
Shiwa adalah ayah, ibu, saudara dan teman teman kita.

18. OM HARAYA NAMAHA.
Shiwa menghancurkan sifat sifat buruk kita

19. OM HARNA KIYAYA NAMAHA
Shiwa menghancurkan mereka yang jahat.

20. OM SARVABHUTAHAYARA NAMAHA.
Shiwa menghancurkan mereka yang jahat.

21. OM VIRTAYE NAMAHA
Shiwa melakukan semua pekerjaan demi kebaikan para bhakta beliau.

22. OM PRIBAVE NAMAHA.
Shiwa adalah pelayan dari para bhakta beliau, akan tetapi beliau adalah penguasa dari segalanya.

23. OM NIVARTAYE NAMAHA
Shiwa tidak mengambil apapun dari pihak bhakta beliau, apapun yg kita persembahkan kepada Shiwa, beliau mengembalikan kepada kita berlipat.

24. OM NIYATAYA NAMAHA.
Kemurahaan hati shiwa adalah mulia dan sejati

25. OM SHASTAVTAYA YAMAHA
Shiwa adalah yg slalu kekal dan stabil

26. OM DHURVAYA NAMAHA
Shiwa adalah dhurwa atau kutub utara dan selatan yang memberikan ke stabilan pada bumi

27. OM SHAN SHAN VASNE NAMAHA
Shiwa diumpamakan sebagai seekor sapi jantan lambat dan mantap tetapi stabil

28. OM BAG VATE NAMAHA
Shiwa adalah penyelamat umat manusia pada waktu banjir bah atau pralaya

29. OM KHECHARAYA NAMAHA
Tunggangan Shiwa nandi juga, melangkah dengan mantap dan perlahan seperti tuannya.

30. OM GO-CHARAYA NAMAHA
Hormat kami kepada nandi dan semua sapi

31. OM ARADNAYA NAMAHA
Hormat kami pada pose meditasi dewa Shiwa.

32. OM ABHIVADIYAYA NAMAHA
Sembah hormat kami kepada suara agung / megah dari damaru beliau.

33. OM MAHKARMANE NAMAHA
Sembah dan hormat kami atas karya megah dewa Shiwa.

34. OM TADASWANE NAMAHA
Sembah hormat sujud kami kepada posisi duduk dewa Shiwa.

35. OM BHUTA BHAVANAYA NAMAHA
Bukan hanya para dewa tetapi para siluman juga memberi hormat kpd dewa Shiwa.

36. OM UNMATVESH PRACHANAYA NAMAHA
Shiwa yg berpakaian sederhana, tetapi memiliki sifat Ilahi

37. OM SARVALOKA PRAJAPATYE NAMAHA.
Shiwa, Dewa semua mahkluk di tiga alam

38. OM MAHARUPAYA NAMAHA
Shiwa pemilik banyak rupa/wujud

39. OM MAHAKARYAYA NAMAHA
Shiwa pelaku banyak mahakarya.

40. OM VIRKHARUPAYA NAMAHA
Shiwa sebagai pemilik nandi tunggangan kendaraan beliau

41. OM MAHAYASHSE NAMAHA
Shiwa pemilik sifat Ilahi yang agung

42. OM OM MAHAT MANE NAMAHA
Semua asura memuliakan Shiwa

43. OM SARVA BHUTATMANE NAMAHA
Shiwa sebagai wujud rupa/universal

44. OM VISVA RUPAYA NAMAHA
Shiwa sebagai wujud rupa universal.

45. OM MAHA HANVE NAMAHA
Shiwa adalah penghacur utama /agung

46. OM LOKAPALAYA NAMAHA
shiwa menjaga semua orang ditiga alam

47. OM ANTER HITATMANE NAMAHA
Kita harus memahami dan bermeditasi kepada keindahan hati/bathin beliau.

48. OM PRASADAYA NAMAHA
Shiwa adalah pemberi prasad atau mengabulkan permohonan kepada para bhakta.

49. OM HYAGAROBHAYE NAMAHA
Shiwa sebagai pelindung Ibu pertiwi

50. OM PAVITARAYA NAMAHA
Shiwa adalah yang Murni

51. OM MAHTE NAMAHA
Shiwa membantu para bhakta, meningkat kewujud hidup yg lebih tinggi / mulia

52. OM NIYAMAYA NAMAHA
Shiwa membatu para bhakta yg memuja beliau dgn penuh disiplin

53. OM NIYAMAYA SHRITARA NAMAHA
Karenas Shiwa sendiri adalah kedisiplinan

54. OM SARVA KARMANA NAMAHA
Shiwa yang merancang semua pekerjaan yang dilakukan oleh 4 warna shg semua pekerjaan sama mulianya dimata Tuhan

55. OM SWIWAM BHUTAYA NAMAHA
Shiwalah yang mengendalikan masa lampau kita.

56. OM AEDYE NAMAHA
Shiwa hadir dimasa awal sebelum penciptaan

57. OM ANDI KARAYA NAMAHA
Shiwa adalah pencipta seluruh alam raya.

58. OM HIDAYE NAMAHA
Shiwa adalah sumber dari segala peraturan, dan aturan dlm kosmos/alam semesta ini

59. OM SHAHASRA KHIYAYA NAMAHA.
Segala hal yang akan tercipta akan berjumpa/ bertemu, berakhir dan akhirnya menyatu melebur bersama Shiwa, ini dilembangkan dengan linggam.

60. OM VISHALA KHIYAYA NAMAHA
Shiwa penghacur agung dlm Trimurti

61. OM SOHAYA NAMAHA
Shiwa bahkan hadir dalam nafas kita.

62 OM NAXTRA SADIKAYA NAMAHA

Shiwa adalah pengendali semua bintang di alam raya ini.

63. OM CHANDIRYA NAMAHA
Shiwa adalah pengendali bulan

64. OM SURYAYA NAMAHA .
Shiwa adalah pengendali matahari, karena matahari ada dalam tubuh kita

65. OMSHANYE NAMAHA
Shiwa adalah pengendali shania atau saturnus.

66. OM KETWE NAMAHA
Shiwa adalah pengendali Ketu.

67. OM GRHAYA NAMAHA
Shiwa adalah pengendali semua planet

68. OM GRHAPATAYE NAMAHA
Shiwa adalah penguasa semua planet-planet ini atas organ organ dan emosi manusia Yaitu matahari. mengendali mata kanan, bulan matakiri, dan jantung kita, darah adalah Mars. lidah adalah mercurius. kepala dan otak oleh yupiter. organ organ produksi dan kekayaan oleh venus. kekuasaan dan kemuliaan oleh Saturnus dan penyeakitpenyakit oleh Rahu dan Ketu.

69. OM WARAYA NAMAHA
Shiwa yg berkuasa dan mruah hati / penuh olas asih.

70. OM AATRAYE NAMAHA
Shiwa hadir disini bersama kita nkarena beliau ada dimana mana.

71. OM AATRAYA NAMASKARTRE NAMAHA
Sembah sujud kepada shiwa yg kekal dan abadi.

72. OM HIGRA BAN PARINAYA NAMAHA
Shiwa hadir disudut kecil sekalipun, dalam hutan hutan yg terlebat.

73. OM AANDHAYA NAMAHA
Shiwa hadir diawal penciptaan

74. OM DHINA SANDHIKAYA NAMAHA.
Shiwa memberikan pengetahuan kpd manusia pertama yg terlahir / dilahirkan

75. OM SAMVATSRAYA NAMAHA
Shiwa pengendali empat yuga yaitu, satya yuga, treta yuga, dwapara yuga, dan kali yuga yg sekarang ini.

76. OM MANTRAYA NAMAHA
Shiwa adalah penerima semua mantra yg dilantunkian / diucapkan.

77. OM PRAMANAYA NAMAHA
Shiwa adalah penguasa agung.

78. OM PARAMA TAPES NAMAHA
Shiwa adalah penguasa agung meditasi.

79. OM YOGINE NAMAHA.
Shiwa adalah yogi Ilahi.

80. OM YOJYAYA NAMAHA
Kita berdoa kpd dewa Shiwa, untuk menanamkan energy dlm diri kita agar menjadi yogi sejati seperti beliau.

81. OM MAHA BIJAYA NAMAHA
Shiwa adalah benih ilahi, pelindung alam semesta, bagaikan kulit sekam yang melindungi bagian dalam sebuah biji / benih

82. OM MAHA RETSE NAMAHA
Memuja Shiwa adalah memuja tuhan menuju Moksha

83. OM MAHA BALAYA NAMAHA
Shiwa adalah yang paling berkuasa, yg dapat membebaskan kita dari cengkraman kematian untuk mencapai memperoleh moksa.

84. OM SUARNA RETSE NAMAHA.
Shiwa membimbing para bhakta beliau melalui jalan emas menuju moksa.

85. OM SARVA GYAYA NAMAHA
Shiwa memiliki ilmu pengetahuan yg tak terukur / tak terkira

86. OM SUBIJAYA NAMAHA
Shiwa adalah biji benih murni, yang pemujanya dapat membuat kita menjadi murni.

87. OM BIJA VAHNAYA NAMAHA
Shiwa menanamkan benih ketekunan dlm bhakti dihati para bhakta beliau

88. OM MAHA TAPSE NAMAHA
Shiwa adalah mediator agung / ilahi

89. OM GHOR TAPSE NAMAHA.
Shiwa melakukan meditasi besar.

90. OM AADINAYA NAMAHA.
Shiwa penguasa yg ada, bahkan sebelum penciptaan.

91. OM DASHA BAHVE NAMAHA
Shiwa ádalah dewa bertangan sepuluh

92. OM ANIMI SHAYA NAMAHA
Shiwa hádala yang luhur/suci, Shiwa tidak memiliki nama, krna tidak ada nama yg sungguh dapat melukiskan shiwa.

93. OM NILA KHATAYA NAMAHA
Shiwa yang berleher biru.

94. OM UMAPHATAYE NAMAHA
Shiwa pendamping Uma / Parwati

95. OM VISVA RUPAYA NAMAHA
Shiwa wujud yang universal

96. OM SUVAYAM SHERSHTHAYA NAMAHA
Estela memuja Shiwa seseorang tidak perlu memuja dewa lain.

97. OM BALA VIRAYA NAMAHA
Shiwa memegang senjata-senjata ampuh

98. OM ABALAYA NAMAHA
Shiwa melindungi yg tak berdaya.

99. OM GANAYA NAMAHA
Shiwa melimpahkan rahmat besar kepada parabhakta beliau.

100. OM GANA KARITRE NAMAHA
Shiwa melakukan karya besar bagi umat manusia.

101. OM GANAPATHAYE NAMAHA
Shiwa adalah dewa para gana dan para guna.

102. OM DIGYASASE NAMAHA.
Shiwa adalah dewa dari empat penjuru.

103. OM KAMAYA NAMAHA
Shiwa yang suci, luhur, mulia, harus dipuja sebelum melaksanakan pekerjaan apapun.

104. OM MANTRE VIDE NAMAHA
Shiwa adalah sumber dari semua mantram

105. OM PARAMAYA NAMAHA
Shiwa yang berkelimpahan dalam segala hal.

106. OM MANTRAYA NAMAHA
Shiwa adalah penerima semua mantram yang kita ucapkan

107. OM SHARVARHAWAKARYA NAMAHA
Shiwa adalah pelaku semua pekerjaan dialam semesta.

108. OM HARAYA NAMAHA.
Shiwa adalah penghapus semua dosa dosa kita.

Agaknya perlu juga dikemukakan di sini bahwa wija/bija tidak sama dengan bhasma. Kadangkala antara wija/bija dan bhasma itu pengertiannya rancu. Wija tersebut dari beras sedangkan bhasma terbuat dari serbuk cendana yang sangat halus. Serbuk ini diperoleh dengan menggosok-gosokkan kayu cendana yang dibubuhi air di atas sebuah periuk atau dulang dari tanah liat. Kemudian hasil gosokan (asaban) itu diendapkan. Inilah bahan bhasma. Kata bhasma sendiri secara harfiah berarti abu atau serbuk. Kata “bhas” dalam kata bhasma tidak sama dengan kata baas dalam bahasa Bali yang berarti beras. Karena kata Bhasma adalah kata dalam bahasa Sansekerta. Pemakaiannyapun berbeda. Kalau wija umumnya dipakai oleh orang yang masih berstatus walaka, sedangkan bhasma hanya dipakai oleh Sulinggih yang berstatus sebagai anak lingsir. Kata wija berdekatan artinya dengan kata Walaka dan Kumara yang berarti biji benih atau putera.

Bhasma dalam hal ini adalah lambang Sunya atau Siwa. Dengan pemakaian bhasma itu Sulinggih bersangkutan menjadikan dirinya Siwa (Siwa Bhasma), disamping sebagai sarana untuk menyucikan dirinya (Bhasma sesa).

"Om Idham bhasma param guhyam
Pavitram papa nasanam
Sarva klesa vinasaya
Sarva rogha vinasanam”.

Om-Hyang Widhi
Idham-ini
bhasma-abu suci
param-utama
guhyam-rahasia, mistik
pavitram-penyucian
papa-dosa
nasanam-menghancurkan
Sarva-berbagai
Klesa-penderitaan
Vinasaya-menghancurkan
Sarva-berbagai
Rogha-penyakit
Vinasanam-menghancurkan

Artinya: Abu suci ini adalah rahasia yang paling utama. Yang memberikan kesucian dan menghapuskan segala dosa. Yang menghancurkan segala penderitaan. Serta menghancurkan segala penyakit.

Abu sisa dari sebuah ritual upacara Agni Hotra atau Homa disebut dengan Bhasma. Bhasma artinya abu, dan para pengikut Siwa atau penganut Siwaisme akan memakai abu suci tersebut di kening atau diantara kedua alis mata atau melumuri seluruh tubuhnya dengan abu sisa dari upacara Homa ini. Abu sisa dari sebuah ritual Agni Hotra atau Homa diyakini sangat suci dan memiliki berbagai khasiat positif. Bhasma ini diyakini memberikan penyucian diri, perlindungan serta penghancuran  segala dosa dan penyakit. Bagi mereka yang sudah terbiasa dan meyakini ritual tradisi dari Weda ini biasanya juga menggunakan abu Homa ini sebagai penyucian dan perlindungan pekarangan rumah.

#Narayana Puja

atha nityo narayanah brahma narayanah

sivas ca narayanah sakras ca narayanah

kalas ca narayanah disas ca narayanah

vidisas ca narayanah urdhvas ca narayanah

adhas ca narayanah antar bahis ca narayanah

narayana evedam sarvam yad bhutam yac ca bhavyam

niskalanko niranjano nirvikalpo nirakhyatah

suddho deva eko narayanah

na dvitiyo'sti kascit

sa visnur eva bhavati

sa visnur eva bhavati

ya evam veda ity upanisat

terjemahan bebas dari Narayana Puja

Narayana adalah yang abadi

Brahma, Siwa, Indra, waktu, arah, tujuan, atas dan bawah, dalam dan luar semua berawal dan bermuara pada Nya (Narayana).

Narayana adalah segalanya, masa lalu, kini dan masa yang akan datang.

suci dan bersih dari segala dosa

Narayana adalah Tuhan yang sejati, tanpa pembanding.

Dia adalah Wisnu, sebagaimana tersirat dalam weda.


#Puja Wisnu Mantra :

Mantra : Om ung Wisnu rahada Triada
Sri Wisnu perajapati kesetra
Wiraha kalpa pertama kertayuga
Kalama sekala titha
Yuga natastra nitaya
Wedakti palem kamayuga
Sarwa dewa prayascitam kirisiyami
sobagian astu ya namah swaha


2 komentar:

  1. Tityang mtr suksma Jero Mangku Gede Atu Baba, izin salin
    Sampunapi carane tiyang bisa mengikuti terus nggih..?

    BalasHapus
  2. Salam rahayu Jero Mangku Gese Atu Baba, tiyang selalu memgikuti unggahanny. Mtr suksma

    BalasHapus