Selasa, 31 Agustus 2021

Sesayut Pageh Urip di Hari Pagerwesi (Tapa, Bratha, Yoga lan Samadhi)

Pagerwesi adalah hari raya yang dirayakan pada Budha Kliwon wuku Shinta. Bermakna melambangkan suatu perlindungan yang kuat. Hari Raya Pagerwesi dalam Weda Hindu disebutkan bahwa para sulinggih sebagai adi guru loka yaitu guru utama dari masyarakat.

Dalam Parisada Hindu Dharma, yaitu lebih ditekankan dengan melakukan upacara; Ngarga dan Mapulang Lingga. Dan pada tengah malam umat dianjurkan untuk melakukan meditasi (tapa, bratha, yoga dan samadhi).

Yadnya (Banten) yang paling utama yaitu untuk Para Pendeta adalah “Sesayut Panca Lingga” sedangkan untuk umat adalah Sesayut Pageh Urip serta perlengkapan tetandingan bantennya Daksina, Suci Pras penyeneng, dan Banten Penek.

Meskipun hari raya Pagerwesi sebagai pemujaan (tapa, bratha, yoga dan samadhi) bagi para Pendeta namun umat kebanyakan pun wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan.  Dan Bagi umat kebanyakan yadnya (banten) disebutkan adalah; natab Sesayut Pageh urip, Prayascita, Dapetan.  Tentunya dilengkapi Daksina, Canang, dan Sodan.

Dalam hal upacara, ada dua hal banten pokok yaitu Sesayut Panca Lingga untuk upacara para pendeta, dan Sesayut Pageh Urip bagi umat kebanyakan.

Makna Filosofis yang terkandung dalam hari raya ini, sebagaimana telah disebutkan dalam lontar Sundarigama, Pagerwesi merupakan hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru, manifestasi Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagai guru sejati yang diiringi oleh Para Dewata Nawa Sanga lainnya.


Hari Raya Pagerwesi ini dalam Babad Bali, yang sebagaimana dijelaskan pada hari ini kita menyembah dan sujud kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, Hyang Pramesti Guru beserta Panca Dewata, kita sujud kepada-Nya, merenung dan memohon agar hidup kita ini direstui-Nya dengan; kesentosaan, kemajuan dan lain-lainnya.

Widhi-widhananya dipersembhakan banten:

Yoga suci, peras penyeneng sesayut panca-lingga, sesayut pageh urip, penek rerayunan dengan raka-raka, wangi-wangian, bunga, kembang, asep dupa arum, yang dihaturkan di Sanggah Kemulan (Kemimitan). Yang di bawah dipujakan kepada Sang Panca Maha Bhuta; Segehan atau segehan Agung manca warna (menurut urip) dengan tetabuhan arak berem.

#tubaba@griyangbang//sesayut pageh urip#


Jumat, 27 Agustus 2021

Tetingkes Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati

Tetingkes Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati 
Tetingkesnya dilakukan mempergunakan bahan-bahan: air, bija, menyan astanggi dan bunga.

Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om, puspa danta ya namah.
Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, dengan mantram“Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami“. Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).

Ambil beras kuning dengan mantram : “Om, kung kumara wijaya Om phat“.
Masukkan kedalam sesangku.

Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika, dengan mantram:
Mantra Artinya

Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantu sadam. Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah,cantik dan maha mulia.

Semoga kami dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.

Om, Pranamya sarwa dewanca
para matma nama wanca.
rupa siddhi myaham.

Om, kami selalu bersedia menerima restuMu ya para Dewa dan Hyang Widhi, yang mempunyai tangan kuat. Saraswati yang berbadan suci mulia.

Om Padma patra wimalaksi padma kesala warni nityam nama Saraswat. Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang indah bercahaya. Dewi yang selalu indah bercahaya, kami selalu menjungjungMu Saraswati.

Sesudahnya bunga itu dimasukkan kedalam sangku. Sekian mantram permohonan tirta Saraswati. Kalau dengan mantram itu belum mungkin, maka dengan bahasa sendiripun tirta itu dapat dimohon, terutama dengan tujuan mohon kekuatan dan kebijaksanaan, kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.

Setangkai bunga diambil untuk memercikkan tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-banten sebanyak 5 kali masing-masing dengan mantram.

Om, Saraswati sweta warna ya namah.
Om, Saraswati nila warna ya namah.
Om, Saraswati pita warna ya namah.
Om, Saraswati rakta warna ya namah.
Om, Saraswati wisma warna ya namah.

Kemudain dilakukan penghaturan (ngayaban) banten-banten kehadapan Sang Hyang Aji Saraswati

Selanjutnya melakukan persembahyangan 3 kali ditujukan ke hadapan :
Sang Hyang Widhi (dalam maniftestasinya sebagai Çiwa Raditya).
Sang Hyang Widhi (dalam manifestasinya sebagai Tri Purusa)
Dewi Saraswati.

Ucapkan mantra berikut:
Mantramnya Artinya

Om, adityo sya parajyote rakte tejo namastute sweta pangkaja madyaste Baskara ya namo namah.

Om, rang ring sah Parama Çiwa Dityo ya nama swaha. Om, Tuhan Hyang Surya maha bersinar-sinar merah yang utama. Putih Iaksana tunjung di tengah air, Çiwa Raditya yang mulia.

Om, Tuhan yang pada awal, tengah dan akhir selalu dipuja.
Om, Pancaksaram maha tirtham, Papakoti saha sranam Agadam bhawa sagare. Om, nama Çiwaya.

Om, Pancaksara Iaksana tirtha yang suci. Jernih pelebur mala, beribu mala manusia olehnya. Hanyut olehnya ke laut lepas.
Om, Saraswati namostu bhyam,
Warade kama rupini,
Siddha rastu karaksami,
Siddhi bhawantume sadam.

Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan maha mulia, semoga kami dilindungi sesempurna-sempurnanya, semoga selalu kami dilimpahi kekuatan.

Sesudah sembahyang dilakukan metirtha dengan cara-cara dan mantram-mantram sebagai berikut :

Meketis3 kali dengan mantram:
Om, Budha maha pawitra ya namah.
Om, Dharma maha tirtha ya namah.
Om, Sanghyang maha toya ya namah.

Minum 3 kali dengan mantram:
Om, Brahma pawaka.
Om, Wisnu mrtta.
Om, Içwara Jnana.
Meraup3 kali dengan mantram :
Om, Çiwa sampurna ya namah.
Om, Çiwa paripurna ya namah.
Om, Parama Çiwa suksma ya namah.

Terakhir melabahan/prasadam Saraswati yaitu makan surudan Saraswati sekedarnya, dengan tujuan memohan agar diresapi oleh wiguna Saraswati.

#tubaba@griyangbang#

Kamis, 26 Agustus 2021

LETAK PADMASANA

LETAK PADMASANA

Berdasarkan lokasi (menurut pengider- ider) terbagi menjadi 9 jenis berdasarkan lontar Wariga Catur Wisana sari, Letak Padmasana menurut arah mata angin (pengider-ider bhuwana) ada sembilan macam yaitu:
  1. Padma Kencana, timur (purwa)
  2. Padmasana, selatan (daksina)
  3. Padmasari ,barat (pascima)
  4. Padma Lingga, utara (uttara)
  5. Padma Asta Sedhana, tenggara (agneya)
  6. Padma Noja, barat daya (nairity)
  7. Padma Karo ,barat laut (wayabya)
  8. Padma Saji ,timur laut (airsanya)
  9. Padma Kurung, tengah-tengah Pura (madya)
Pemilihan letak Padmasana berdasar pertimbangan letak Pura dan konsep “hulu – teben”.Dalam membangun Padmasana, jika memakai Timur sebagai hulu, tidak masalah karena di mana-mana arah timur selalu sama. Tetapi jika memakai Gunung sebagai hulu maka ada perbedaan hulu teben. Misalnya:
Di daerah Den Bukit (Buleleng) di mana hulunya (Gunung) adalah arah selatan maka sesuai letaknya dibangun Padmasana.

Sebaliknya di selatan “bukit” (Gunung) mulai dari Pancasari ke Bali selatan di mana hulunya adalah arah utara maka sesuai letaknya dibangun Padma lingga.

Di daerah Karangasem bagian timur di mana hulunya (Gunung) ada di bagian barat, maka sesuai letaknya dibangun Padma sari.

Demikian seterusnya. Pemilihan letak Padmasana juga ditentukan oleh lokasi tanah pekarangan, misalnya untuk perumahan di kota-kota besar di mana sulit memilih letak tanah sesuai dengan konsep hulu – teben seperti di Bali, maka jika membangun Padmasana silahkan memilih alternatif yang terbaik di antara kesembilan jenis lokasi seperti tersebut di atas.

MEMILIH LOKASI PADMASANA

Bila ingin membangun Padmasana untuk penyungsungan jagat artinya yang permanen dan akan digunakan selamanya serta untuk kepentingan rekan sedharma dalam jumlah besar, perlu memperhatikan pemilihan lokasi yang tepat dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam Lontar Keputusan Sanghyang Anala, yang ditulis berdasarkan wahyu yang diterima oleh Bhagawan Wiswakarma.Selain untuk membangun Padmasana, aturan ini juga dapat berlaku untuk membangun Pura, Sanggah Pamerajan, dan perumahan.Pilihlah lokasi yang baik dan hindari sedapat mungkin lokasi yang tidak menguntungkan seperti pelemahan hala dan karang kebaya-baya.Apabila keadaan memaksa, lakukan usaha-usaha pangupahayu agar terhindar dari pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh kekurang sempurnaan keadaan lokasi.

PEMBAGIAN HALAMAN PADMASANA

Untuk Pura yang besar menggunakan pembagian halaman menjadi tiga, yaitu:
  • Utama Mandala
  • Madya Mandala
  • Nista Mandala

Ketiga Mandala itu merupakan satu kesatuan, artinya tidak terpisah-pisah, dan tetap berbentuk segi empat; tidak boleh hanya utama mandala saja yang persegi empat, tetapi madya mandala dan nista mandala berbentuk lain.

Utama mandala 
adalah bagian yang paling sakral terletak paling hulu, menggunakan ukuran Asta Bumi; 

Madya Mandala 
adalah bagian tengah, menggunakan ukuran Asta Bumi yang sama dengan utama Mandala; 

Nista Mandala adalah bagian teben, boleh menggunakan ukuran yang tidak sama dengan utama dan nista mandala hanya saja lebar halaman tetap harus sama.
Di Utama mandala dibangun pelinggih-pelinggih utama. Di madya mandala dibangun sarana-sarana penunjang misalnya bale gong, perantenan (dapur suci), bale kulkul, bale pesandekan (tempat menata banten), bale pesamuan (untuk rapat-rapat), dll. Di nista mandala ada pelinggih Lebuh yaitu stana Bhatara Baruna, dan halaman ini dapat digunakan untuk keperluan lain misalnya parkir, penjual makanan, dll.
Batas antara nista mandala dengan madya mandala adalah Candi Bentar dan batas antara madya mandala dengan utama mandala adalah Gelung Kori, sedangkan nista mandala tidak diberi pagar atau batas dan langsung berhadapan dengan jalan.

CARA MEMBANGUN MANURUT SASTRA AGAMA HINDU

CARA MEMBANGUN MANURUT SASTRA AGAMA HINDU

(Katattwaning Ngawangun Manut Sastra Agama Hindu)
Om Swastyastu,
Pawangunan Krama Hindune utamine ring Bali dahat mitatasang parindikan tata cara ngawangun madasar antuk daging-daging Sastra Agama Hindu, pamekas dasar utama Sanghyang Aji Weda. Palemahan Ida nenten pateh manggeh sekadi napi sane kaunggahang ring Catur Weda sakewanten sampun nyuti rupa manados sari-sarining “Aksara Aji” pawangunan sakadi Hasta Kosala, Hasta Kosali, Hasta Bumi, Wiswakarma, Asta Patali, Aji Janantaka, Taru Pramana, Bhamakertih, Satkertih, Caturlokapala, Astamandala, miwah Lontar Tattwa lan sastra siosan sane muat indik pawangunan. Punika kamanggehang minakadi sepat siku-siku anggen gaguat nepasin sang eling ngamargiang tatuek dasar agama. Palemahan Wedane punika nenten lempas taler mikukuhang indik catur dresta miwah sima manut kewentenan masor singgih manut sasananing sang ngamargiang pawangunan. Duaning pecak rihin agama Hindune ngeranjing ring Bali antuk sukerta boyoja sangkaning ngicalang budaya lan adat sane wenten. Sakewanten budaya lan adat punika kapramananin antuk jiwa agama Hindu. Punika nyihnayang adat lan budaya Baline mateja kadi nunggil ring agama Hindu tan sidha kapasahang. Tejan Baline sane madasar kasucian sekala niskala mawasta taksu. Witning sutejan taksun jagate ngawinang sida nginggilang Baline kaloktah ring dura nagara. Keajegan agama Hindune manut kadi kecaping Sanghyang Aji Aksara utama maprawerti ring pawangunan Bhuana Agung lan Bhuana Alit sekala niskala, pinaka dasar pamikukuh ngajegang Bali nguwub ngider Bhuana.
Madasar antuk pramana agama Hindu sakancan dresta lan sima sane wenten ring adat soang-soang genah, manggeh werdhi sayan nincap satata nginggilang kasukertan jagat. Agama Hindune satata sida nginutin aab jagat nenten obah yen sida ngambekang antuk pikayun sane degdeg landuh miwah asri. Duaning agama Hindune pinaka jiwa pramananing sakancan wenten ring jagate, mawinan sida wicaksana ring prawertining pakibeh jagat.
Pamikukuh agama Hindune ring Bali, wantah kainggilang ring Desa Pakraman madasar antuk awig-awig miwah pararem desane. Keasrian lan kasukertan desane sandang pisan satata tincapang mangdane sida manggihin santa jagadhita. Silih tunggilnyane nganinin indik pawangunan sekala niskala. Pawangunan inucap satata madasar antuk :
1. Tri Hita Karana luire :
a. Parhyangan Paiketan para janane ring Ida Sanghyang Widhi miwah sawatek Prabhawan idane, mangdane satata inggil tur sida rahayu patut ngaryanang genah suci minakadi Pelangkiran, Sanggah, Merajan, Panti, Paibon, Kahyangan Tiga/Desa, Kahyangan Jagat, Dang Kahyangan, Sad Kayangan miwah sane lianan.
b. Pawongan paiketan para janane miwah sane lianan. ring sakancan sarwa mauripe mangda sida Salunglung Sabayantaka Paras Paros Sarpanaya, patut kakaryanin genah pasayuban minakadi umah, miwah badan wewalungan.
c. Palemahan paiketan para janane ring sarwa pranine mangdane sida Asri, Werdi ajeg sarwa tumuwuhe ring jagate, mangda pakibeh jagate degdeg landuh Tata Tentrem Kerta Raharja. Patut nandur miara saluiring karang paumahan dagingin tatamanan, nandur pala bungkah, pala wija, pala gantung miwah tetanduran upakara lan sarwa sekare mangda sayan asri pekantena nyane.
Wantah tatiga sane sida ngawinang kauripane sukerta tata tentram kerta raharja, gemah ripah loh jinawe, landuh kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinuku. Pakilitan pasemetonan kramane sayan rumaket, riantukan sayan nincap pakelinge ring sane tatiga ngawinang mangguh bagia sekala niskala. Kaasrian Palemahane ngawinang sayan seger waras para buron, miwah janane sami ri kala nitening kauripan manut tatujon santa jagadhita. Pakeling ngiket angga ring Sanghyang Widhi patut tajepang madasar Sanghyang Aji Saraswati mapawayangan ring sastrane utama, ngawinang para jana Hindune satata ngarcana Widhi ring saparipolahing laksanane patut.
2. Tri Mandala utawi Tri Angga luire :
a. Utama Mandala/Angga genah sane kasuciang, kapingitang linggan taksune.
b. Madyama Mandala/Angga genah pakubonan, umah, pasayuban, pasirepan taler patut madaging genah suci marupa plangkiran pinaka linggih taksune.
c. Kanista Mandala/Angga genah teba, badan ubuh-ubuhan minakadi; celeng, siap miwah sane lianan, patut kagenahin pangayengan ring Ida Sanghyang Rare Angon.
Sinanggeh utama mandala sakancan Parhyangan, genah suci Bhuana Agung pinaka uluning jagat, uluning desa pakraman miwah uluning pakarangan. Madyama Mandala sakeluwiring paumahan genah pakarangan pakubon janane miwah sato sane pinaka pasayuban nunas kahuripan lan amrta panglantur pramaning sekancan sane maurip. Kanista Mandala wantah genah mupulang mendem sakeluwiring reged minakadi teba, setra mangda asri, anut, adung pakantenane nenten nyungkaning sakancan sane maurip. Kawentenan Tri Mandalaning Desa Pakraman sahanan Parhyangan genah suci desane pinaka Utama Mandala. Pakubon genah karang paumahan para krama desane pinaka Madyama Mandala. Setra genah nyilibang sahanan kakaonan lan rasa nenten becik sakeng para warga desane pinaka Kanista Mandala.
Ring karang paumahan ungguaning Tri Mandala luire : Utama Mandala genah Merajan, Sanggah miwah genah suci siosan patut genah paumahan manut kadi ungguaning Catur Lokapala. Kanista Mandala genah sakancan regede patut kakaryanang teba. Yening ring Tri Angga Prabhu utawi sirah pinaka Utama Angga, soring kanta luhuring ceking pinaka Madyama Angga, soring ceking kantos cokor sinanggeh Kanista Angga.
Ring wangunan Utama Angga: kakereb wangunan, Madyama Angga: sesakan wangunan, miwah Kanista Angga: sendi, bebataran pinaka dasar wangunan. Sepat pematut wantah pinaka pikamkam para janane midabdabin pawangunan manut Kanista, Madya, Utama genah ring Bhuana Agung miwah Bhuana Alit. Duwaning kasucian Bhuana Agung lan Bhuana Alite patut kainggilang miwah katengetang manut genah masor singgih, mangdane sayan mateja taksun jagate sidha rahayu.
3. Rwabhineda Tattwa minakadi :
a. Luan/Singgih patut kainggilang kapingitang mangdane sayan nincap kasucian sakala niskala, sakadi genah suci patut ring luan kaja kangin, kaja utawi kangin.
b. Teben/Sor sakancan sane sinanggeh reged lan mala, patut genahang ring teben mangda nenten ngaletehin kasucian turmaning nenten awor genahe patut kelod kauh, kelod utawi kauh. Kaja kangin kainggilang genah sane mautama mawasta “Ersanya” patut genah Parhyangan utawi Pelinggih Dewa.
Yening ring katatwan sekala niskala indik kasukane sinanggeh swarga genahe ring sakala utamine jagat Bali sane kadasarin tata linggih taksu ngider Bhuana kawangun Pura Besakih linggih Sanghyang Sambhu. Besakih mawit sakeng bawos Basuki duk pamargin Ida Rsi Markandya nasarin jagat Baline maarti selamat. Sakeng irika ninjo indik tata genah panyengker jagat Baline antuk Asta Dewata, Asta Dala utawi Asta Mandala/Asta Bumi nganinin sasukatan manut Asta Wara. Punika pinaka dasar wenten pengider-ider Dewata Nawa Sanga kakaryanang Pelinggih Dewa ring Gununge miwah pasisin segarane. Kelod kauh utawi Wayabya mawasta teben genah sakancan pangleburan regede. Yen ring kawentenang duhkitane mawasta naraka utawi kawah jambangan awanan genahe ring pasih Ulu Watu. Punika martos matenggek batu wantah janmane sane sigug, bengkung, tan uning ring sukat angga patut nemonin naraka loka. Regede kalebur antuk Sanghyang Dorokala, Kingkara balan Ida Sanghyang Yamadipati dados suci awanan pinaka pelinggih Sanghyang Rudra panglebur sahananing mala, papa, klesa, reged bhuana agung miwah bhuana alite. Regede sane katanem kasingidang metu amrta ngamertaning sarwa tumuwuhe, baburon miwah i manusa. Yening ring etika utawi susila agama Hindune iwange tan patut sinahang ngangge pangunadika mangda nenten ngaletehin pikayun sameton tiosan.
Kakalih sane pakantenane satata matungkas ring jagate manut sor singgih, luan teben, sukla caruban, suci reged, kawon becik, kawah swarga, wahya adyatmika, sekala niskala, dewa raksasa, iwang patut miwah sane lianan. Makekalih punika patut satata anut pemargi sasana lan tata cara ring kawentenan genah, nuju kadegdegan jagat (keseimbangan). Yening eling ring ketatwan Rwabhineda janten sida nginggilang kasucian, mendem karegedan sane satata rumaket tan sida pasahang. Kadegdegan miwah kalanduhan sakala niskala pinaka pangaptin lan tatujon sakancan mauripe sami. Sakewanten yening regede mamurti huru-hara ikang jagat ngawinang kabiahparan, bengbeng kayun, tan sida molah maprawerti manut tatujon kahuripane wantah bancana nibanin jagate sane nenten surud-surud.
Ring tata cara ngalimbakang sor singgih miwah luan teben satata inggil kamargiang anggen ngeraksa taksu utawi tejan jagat bhuana agung miwah bhuana alit. Sane sinanggeh luan ring Bali wenten kakalih minakadi genah Sanghyang Baskaradipati / Surya, endag utawi kangin miwah genah kaja. Kaja mateges gunung, ring dija ja gununge utawi tegehe irika pinaka luan. Duwaning gunung manut Smrti agama Hindu ring tattwa miwah purana pinaka pelinggih Hyang Widhi mateja Sanghyang Gana dewaning kerahayuan mangraksa sakancan mauripe mangda nenten manggihin biahpara.
Sane sinanggeh teben wantah kelod miwah kauh. Kelod mateges laut utawi pasih, miwah kauh genah Suryane masurupan. Patemoning segara ukir pinaka pamurtian Rwabhineda ngawinang jagate metu kahuripan kadi patemoning Purusa Pradhana. Sane sinanggeh suci patut ring luan, sane singanggeh reged patut ring teben. Gunung pinaka luan (kaja) makadi Lingga Acala, Segara ring teben pinaka Bhaga Acala wantah kawentenan kiwa tengen Bhuana Agunge patut wenten makekalih adung patemon manut sasana.
Kangin kabawos luan utawi huluning jagat, duwaning wantah Sanghyang Surya sida nyantenang lemah peteng jagate. Genah pangriin tejane pinaka ulu wantah pateh kadi ring bhuana alit tejan janmane magenah ring ulu surya kalih. Nenten tios wantah teja ngawinang jagate galang apadang, tatas, tetes, ring daging-daging sastra agama pinaka sasuluh manah tejan janane maurip. Kauh pinaka teben, minakdi kajantenang Sanghyang Surya masurupan utawi engseb nyatenang jagate peteng. Peteng patut genah suwung, suwunge genah madurgama, tenget, macihna ngeresin manah sang mangantenang. Ring kawentenane peteng patut yatnain mamargi mapan sering ngaregedin sang tuna yatna, tuna eling ring kasujatian panepas iwang patut.
Rikalaning peteng manah jatmane sidha ngaregedin sarira. Punika suksman luan teben ring bhuana agung miwah bhuana alit. Yening jagi ngawangun sarira bhuana agung mapelemahan wangunan, tetangunan, minakadi wangunan Parhyangan genah ngarcana Widhi, wangunan pawongan genah pasayuban nunas kahuripan, patut titenin antuk pamastika panepas kaweruhan dados manut sane patut, miwah dados sakewanten nenten patut. Dados sane patut madasar Tattwa, Smrti, Sima, Drsta, Ajah-Ajah Sastra agama Hindu. Sakewanten dados sane nenten patut wantah madasar kamomoan kayun antuk kawiryan, kabyuhan, kawibhuhan Raja brana sakama-kama sane nenten langgeng. Yening dadose sane nenten patut margianga janten keni pamastun bhisaman Sanghyang Sinuhun manut sastra agama. Punika awinan tata cara ngawangun patut plapanin antuk sasuluh sastra sane nginutin luan teben miwah suci reged. Tatujone mangda sida ngraksa kasukertan taksun jagat Baline sakala niskala satata inggil, ajeg miwah sida katincapang.
4. Tri Loka minakadi :
a. Bhur Loka: pinaka dasar wangunan sanistane antuk pendeman manut sor singgih, anggah ungguh wangunan sane kekardinin. Sekaluwir wangunan patut madaging dasar wangunan antuk padagingan pinaka pamikukuh bongkol wangunan. Sakalane dasar taulan wangunan janten kapanggih antuk pangaksian niskalane madasar antuk pikayun, pawilangan masor singgih manut kawentenan mangdane suka rahayu.
b. Bhuah Loka: angga wangunan minakadi kakuwub manut kawentenan genah, wastan wangunan masor singgih anut pamargi.
c. Swah Loka: kereb wangunan sane ngayomin ngraksa sakeng luhur mangdane sida maurip kalingganing antuk dewata manut tatujon, kuwub lan genah wangunan.
5. Catur Lokapala inggih punika ngawangun pakarangan utawi wangunan nyatur desa genahnyane pinaka pangraksa jiwa pranamaning sang ngawangun miwah sakancan wentene ring pakarangan inucap. Tatuwek Tattwane wantah nginggilang indik kawentenang Catur Dewata minakadi :
a. Kaja, Dewa Wisnu: genah Gedong.
b. Kangin, Dewa Iswara: genah Bale Dangin, Bale Gede/Sumanggen,
c. Kelod, Dewa Brahma: genah Paon/Peratengan.
d. Kauh, Dewa Mahadewa: genah Loji.
Mawit sakeng katatwane punika mawinan wenten genah wawangunan nyatur ring pakarangan. Riantukan sami para janane mrihang kasukertan mangdane sida kaswecanin, keraksa, keemban antuk Sanghyang Catur Lokapala. Katengetan ngwangun pakarangan miwah wangunan manut tata cara Arsitektur Bali manggeh ring sakancan rarincikan kantos puput satata nginggilang ngastawa miwah ngelinggayang Sanghyang Widhi manut kadi Prabhawan Idane sane karcana ring Istadewata.
6. Paduraksa manut Pamucun Genah Pakarangan. Paduraksa mapiteges nyikiang pangraksa mangdane satata mapaiketan sakeng genahe sane nyatur dados asiki. Pamucu mapiteges nganutang ring tata cara, tata laksana, tata krama manut kapatutan daging sepat siku-siku. Nyiku wantah lengkonge sane anut beneng malih nganutin adunganya. Yen sampun nyiku martos sampun adung, anut, pastika, janten. Kasujatianya pastika sampun wenten sane nyengker, ngraksa ngicening panaweng mangda rumasa degdeg landuh. Aran genah manut kadi pamucun karang paumahan luire :
a. Kaja Kangin mawasta Sari/Sri Raksa patut genah suci Parhyangan, Merajan utawi Sanggah.
b. Kelod Kangin mawasta Guru/Aji Raksa patut genah toya, jineng, ketungan, paon.
c. Kelod Kauh mawasta Rudra Raksa patut genah WC, Teba, Kandang.
d. Kaja Kauh mawasta Kala Raksa patut genah Panunggun Karang/Sedahan Karang miwah ketungan.
7. Asta Dewata, Asta Bumi, Asta Dala, utawi Asta Wara.
Asta Dewata wantah akutus Dewane sane patut ngraksa Bhuana Agung miwah Bhuana Alite. Palemahan utawi kawentenan para dewatane kengin magenah ngider Bhuana patemoning Catur Lokapala miwah paduraksa/pamucun karang dados Asta Bumi/Asta Dala minakadi kutus wawidangan pah-pahan jagat. Pangraksane ngider Bhuana Agung mangdane nemu katentreman, kasantosan miwah karahayuan sang ngenahin wawidangan inucap. Sakeng katattwan indik pangraksan jagat punika wetu raris pah-pahan genah wangunan ring pakarangan. Luir pamargin ngenahang wawangunan ring pakarangan manut Asta Bumi, Asta Dewata, Asta Dala manados Asta Wara kanggen wilangan genah minakadi :
a. Sri magenah kaja kangin patut genah Suci, Parhyangan, Sanggah, Merajan pangawit nyukat pinaka ulununing pakarangan.
b. Indra magenah kangin wilangan tampakan sakeng Gedong patut rauh ring Indra genah Bale Dangin, Bale Gede, Sumanggen anggen genah ngupakara Manusa Yadnya miwah Pitra Yadnya.
c. Guru magenah kelod kangin wilangan tampakan sakeng merajan patut rauh ring sri utawi uma patut genah sumur utawi tower pinaka Linggih Hyang Wisnu, Jineng Linggih Dewi Sri. Patut genahne mejajar sakeng kangin ngawuhang duwaning samian tan patut kacaruban antuk reged.
d. Yama magenah Kelod, sakewanten yening wilangan tampakan sakeng Gedong utawi Bale Daja patut rauh ring Brahma/Yama genah paratengan linggih Sri Suci tan dados anggen genah sirep jatma makurenan, mangda nenten ngaletehin.
e. Rudra magenah kelod kauh patut genah badan wawalungan utawi teba wilangan sakeng Gedong rauh ring Rudra.
f. Brahma magenah kauh sakewanten yening wilangan tampakan sakeng bale dangin ke loji utawi bale dauh patut rauh ring Sri.
g. Kala kaja kauh, wilangan tampakan sakeng gedong patut rauh ring guru pelinggih Panunggun Karang utawi Sedahan karang.
h. Uma magenah kaja wilangan tampakan sakeng panyengker ka Gedong patut rauh ring Uma, sakeng Merajan ka Gedong patut rauh ring Guru. Gedong simbol gunung mawinan pinaka ulun umah, linggih Wisnu dwaning manut katattwan Adiparwa maosang wantah Sanghyang Wisnu sida ngamolihang Amrta ri kala pamuteran Mandaragirine.
i. Mekarya kori angkul-angkul wilangan tampakan patut rauh ring Kala linggahnyane sakeng aling-aling ka pamesuan.
Paembang sukat wangunan sakeng panyengker sanistane, rauh ring Guru mateges bobot, muat, mangda nenten embet, pinaka genah pamargin niskala lamakane nenten caruban karegedan, katawengan antuk umah/pawongan. Sakeng panyengker yening polih sakeng sisi kangin ka Bale Dangin rauh ring Indra, sakeng sisi kelod ka Paon/Paratengan rauh ring Yama, sisi kauh ka Loji rauh ring Brahma, sisi kaja ka Gedong rauh ring Uma manut Genah Asta wara. Sami wilangan Astawara ngangge tampakan ngariinin sakeng Sri rauh Uma kadagingin panikel manut genah lan tatujon sami patut mapangurip atampak ngandang.
Genah Wangunan manut Pakarangan Sikut Mepek Arsitektur Bali madasar antuk Asta Bumi/Astadala/Asta Dewata/Asta Wara.
Conto Karang Marep Kauh.
yukat genah pamedal mapedum 9 (sanga) patut ngrupet kateben manut kawentenan luire punika :
1. Karang mapamedal majeng kangin sukat pamadale sakeng kaler, rauh ring sisi kelod, wilangane 1. Akasing prih ala, 2. Kinabhaktian ayu, 3. Werdhi guna ayu, 4. Danateka ayu, 5. Brahmastana ala, 6. Danawerdhi ayu, 7. Nohan ayu, 8. Istri jahat ala, 9. Nistayusa ala.
2. Karang mapamedal majeng kelod sukat pamadale sakeng kangin ke sisi kauh wilangane 1. baya agung ala, 2. tanpa anak ala, 3. suka mageng ayu, 4. hudan mas ayu, 5. brahmastana ala, 6. dana werdi ayu, 7 sugih baya ala, 8. teka werdi ayu, 9. kapaten ala.
3. Karang mapamedal majeng Kauh sukat pamadale sakeng sisi kelod kantos kaler wilangane 1. baya agung ala, 2. musuh makweh ala, 3. werdi mas ayu, 4. werdi guna ayu, 5. danawan bares ala, 6. brahmastana ala, 7. kinabhakten ayu, 8. utangan ala, 9. karogan ala.
4. Karang mapamedal majeng kaler ngawit nyukat sakeng sisi kauh ke sisi kangin, wilangane 1. karogan ala, 2. tanpa putra ala, 3. wijara kler/gering/wicara ala, 4. kadwan/kadalih ala, 5. brapanganan/danawan ala, 6. brahmastana ala, 7. suka agung ayu, 8. kasyasih/kawisesan/bagia asih ayu, 9. kagengan baya ala.
Nyukat pakarangan ngeriinin sakeng kangin ngauhang, sakeng kaler ngelodang. Sukate jimbarne kangin kauh langkungan malih asiki wilangan depaane ring kaler kelod, antuk pangurip pateh Ahasta Musti manut sukat depa alit utawi depa agung. Sakewanten manut genah yening tan prasida kanutang malih antuk kawentenan. Nyukat genah pamedal patut murwa daksina sakeng kangin ngelodang (arah jarum jam) dwaning wantah nyujur kauripan. Manut katattwan Arjuna Wiwaha rikala Sanghyang Indra mapikarsa ring Bhagawan Wiswakarma, ngukir Manik Swargane sakeng nenten maurip dados maurip papitu Widyadarine sane listu ayu jagi ngoda tapan Sang Arjuna ring Indrakila.

Pangrupet sasukatan satata ka wangunan mangdane sida nguripang sukat manut genah agung, alit inggian ring genahe cupek tan sida ngawangun mepek upami wantah kalih are, sakeng genah suci kaja kangin uripang sukate ka paumahan dados rauh ring indra, guru, yama miwah uma.
Nyukat Merajan sane dados pokok wangunan Sanggah Kemulane ka wangunan sane tiosan manut masor singgih wilangan wangunan palinggih rauh ring guru, wantah taksu rauh ring yama. Rongan pelinggih padma pinih luhur, raris bale pelik, kemulan, indik peliangan, lepitan, taksu piasan pateh, raris pangrurah, pinih sor palinggih ibu/dewa Hyang.
Sukat genah paumahan bataran bale daja/gedong, andapan ring bataran pelinggih piasan lan ibu, raris bataran bale gede/sumanggen, raris bataran bale dauh/loji, sane pinih andap bataran paon/paratengan, tower lan jineng dados tegeh.
Yening ring bacakan Asta Wara kauh magenah Brahma sakewanten ring ngaryaning paratengan genahe kelod rauh ring Brahma sakeng Gedong punika wantah sakeng katattwaning Catur Lokapala karingkes dados Tri Mandala manados Tri Murti manut Rwabhineda sane sinanggeh luan kaja linggih Wisnu kantun manggeh, sane sinanggeh luan kangin linggih Iswara kantun manggeh, sane sinanggeh teben kelod miwah kauh karingkes dados kelod asiki pinaka teben Linggih Brahma. Kelod mateges ke laut utawi ka segara, pinaka genah sarwa regede sakewanten kelebur mangda sida suci awinan pasihe kebus lingganing pangeleburan mala manados Amrta. Dwaning Brahma ngelebur lara, roga, mala, reged dados Amrtan jagat ring paratengan. Rateng mapiteges lebeng, tasak wantah sang ngalebengang yoga sida nglebur mala lara roga wignaning kauripan.
Bangunan mapiteges elingang/adegang, jengahang melaksana patut uning ring sikut ngindikang ngundukang sikut ngangge sikut darsana manut sasana, sasana manut linggih, linggih manut tatujon. Sang satata eling ring angga wawu sida ngawangun padewekan mangguhang pasayuban kadi umah nyayubin sang ngumahin mangdane rahayu tis embon tan kataman kebus bara, dingin mangilgil.
Bacakan Karang Panes/Kabaya-baya miwah ala siosan.
1. Karang Gelagah siong kelod, ala, kelangan, patut nanem limawa geni di pakarangan.
2. Karang Kala Wisa, siong kauh kesakitan, mehan mati ala.
3. Karang Sri Sedana, siong kauh ala tukaran, sakit, patut nanem pisang batu di sisi kangin.
4. Karang Siwa Bhoga, dangsah kelod, sering keni gegodan ala.
5. Karang Brahma Padem, dangsah makta biang lalah barak masemu kuning, karang angker kebaya-baya ala.
6. Karang Sigar Penyalin, linderin toya, ala, tukaran, patut tanemin tunjung/kumbang di toyane.
7. Karang Asu Ngelak, madaging gunung di sisi kauh, ala sering karusak wong tiosan, patut gantungin lungka, utawi belahan pucung.
8. Karang Singa Meta, medal toya di pekarangan kasakitan, patut nanem batu di tengah pakarangane.
9. Karang Arjuna, siong kangin, baler gunung, delod gunung ala sering kapisuna.
10. Karang Tanahne Selem, ocem, rasa pahit, mebo andih, genah setan, tonyo ala.
11. Karang Kapanca baya, jaka, nyuh, ental, macarang gedebong mbud di tengah.
12. Karang Karajabaya mentik oong kasiratan rah tanpa sangkan, lulut baya dipakubaan ala.
13. Karang Panca Baya, katiben amuk, mati ngulah pati, salah pati kantos ping tiga tan dados genahin, wangunan pungkat tanpa sangkan ala.
14. Karang Salah Wetu, buron salah rupa, bangkung, kuluk manak tunggal.
15. Karang Panca Bumi, kasander kilap, sayongan.
16. Karang Leyak Gundul, tanah medal andus/kukus makedus, ala.
17. Karang Buta Walu, celeng berasan.
18. Karang Karogan, ayam, asu masaki di salu, reged ala.
19. Karang Kawisyan/Papa Bramana, umahin tabuan sirah, nyawan, celepin lalipi.
20. Karang Geseng umah puun, ala.
21. Karang Suduk Angga, tembok, pagehan, crapcapan saling tebek kapisaga.
22. Karang Sandang Lawang, sameton sodet pakarangane negen margi amada-mada Bhatara, ala.
23. Karang Numbak, katumbak rurung, tukad, telabah, jelinjingan, pempatan, patluan, bingin, kepuh, pule, bale banjar, pura miwah sanen siosan, patut karyanang song mbah marep ka panumbake ngayat Sang Kala Amengku Rat.
24. Karang ngaluwanin pura, bale banjar, payadnyan, griya lan setra, ala.
25. Karang Tenget, wit pura, sanggah, payadnyan, setra tan dados genahin.
26. Karang Kalebon Amuk, naanin amati-mati ngulah pati, ala.
27. Karang Buta dengen, pakantenane suwung, ngeresin manah, serem, ala.
28. Karang lebahan kelod lan kauh, sering kageringan demenin desti nomor 11 kantos 28 bacakan karang gerah utawi panes patut, carunin utawi upakara.
29. Karang Sula Nyupi, yen lingkuhin rurung panes karang ika.
30. Karang kutakabanda, yen apit rurung panes karang ika.
31. Karang teledu nginyah, karang sane tan wenten karang panyanding, linderin pangkung, gunung, margi, sering kageringan, nomor 29,30, miwah 31 patut makarya padma sari ring arepan paumahan, sane kayat Sanghyang Durgha Maya utawi Sanghyang Kala Durgha.
32. Karang gerah, sane nyanding setra, pura, kepanesan sang ngumahin.
33. Karang asu welang, yen wenten karang paumahan selang seling genahnia sakadi triwangsa, jaba, triwangsa jaba, selanturnyane sane jaba kepanesan/kesakitan.
34. Karang sandang lawe, yening tumbak margi alit. Indik karang karubuhan lan sandang lawe patut ngadegang Padma andap ring panumbak rurunge ngayat Sanghyang Wisesa yata kocap Sanghyang Indra Belaka, yan tan asapunika makadi kala maya utawi kala desti nyengkalen sang adruwe umah.
35. Karang naga makaem, pamesu di bucu tan ana pemayuhnia.
36. Dongkang makaem adegan bale bunder, bale trojogan magrantang maider, bataran magunung rata/ nampih bataran maider, ala.
37. Karang manyeleking, mapapasan pemesuan/kori mawasta naga sesa ala.
Sakancan karang kapanesan karajabaya yening metu rah tan pasangkan patut caronin sadurunge mawaneng 40 rahina yening langkung patut caronin ageng. Yening wenten nyawan tabuan ring paumahan lan merajan satios ring gelebeg, kelumpu, jineng patut labain.
Katattwaning Taru Pramana Miwah Aji Janantaka
1. Taru sane patut angge lakar Mrajan/Parhyangan
a. Angge Arca Pratima.
Cendana paragan Bhatara Paramasiwa.
Majagau paragan Bhatara Sadasiwa.
Cempaka Kuning paragan Bhatara Siwa.
b. Angge Pelinggih luire : majagau, cendana, cempaka, buni sari, pala, kwanitan, gentawas, jempinis, bayur, udu, waru rot, waru tutup, sari tanjung, sandat, ceruring, cemara, taru pucang/buah, kelapa, miwah gebang/ental, jaka miwah sane lianan.
2. Taru sane patut angge lakar bale paumahan.
a. Ketewel, Klampuak pinaka Prabhu.
b. Jati, Juwet, pinaka Patih.
c. Wangkal pinaka Kanuruhan.
d. Sentul pinaka Pangalasan.
e. Benda/Teep, Buni, pinaka Arya.
f. Sukun, Kaliasem pinaka Demung.
g. Timbul, buluan, pinaka Tumenggung.
h. Taru Gulma soroh tiing; petung, jlepung, santong, tamblang, buluh, ampel, baru, tutul, tundak, gading, wori miwah sane lianan.
i. Taru Gebang sakeluir malawasan; ental, jaka, buah, seseh, ibus, buyuk miwah sane lianan.
j. Kwanitan pinaka Petengen.
k. Juwet, bengkel, jempinis, bayur, bentenu, slampitan, camplung, kayu sidem, gentimun, dis, suniba, blingbing, talun, kayu buluh, kayu bawang, boni mawoh, klampuak, pala, gentawas, miwah sane lianan.
3. Taru lakar Lumbung, Jineng, Gelebeg.
a. Prabhunia pungut-pungut, blalu/sengon/albesia, patihnia miding, mantrinia katekek, prebekelnia kutat (utama).
b. Sakancan tiying, taru masekar lan mabuah.
4. Taru lakar Kori/Jelanan luire; Kalikukun, Kalimoko, Klincung, Kaliasem ngaran Kayu panulak upaya ala.
5. Taru Angge lakar Pawon.
a. Prabhu Wangkal
b. Patih Klampuak.
c. Mantri Juwet, Kutat.
d. Taru masekar, mawoh, gulma, gebang, pucangan, miwah sane lianan.
6. Taru sane tan patut anggen wangunan luire :
a. Taru tan masekar jeg mawoh, taru masekar ambunia pengit alid, punika rumawak kapanjinganing bhuta kala, dengen, banaspati, jin, setan, bake, mamedi. Taru ika minakadi : bunut, bingin, aha, taru tai-tai miwah sane lianan.
b. Taru sane metu ring Parhyangan, jurang, pangkung, setra, bebajangan, perurone kembar, tunggak wareng, bah bangun, anyudan, embud hati, kasander kilap, pungkatang angin rauh akahnia, punggul, pungkat megat pangkung, tukad, margi, kasangsang, kayu mati tanpa krana. Taru karubuhan tikel ngliwat wates bangkiangnia, jepit wates panyengker, katadah sang Adikala selamine.
c. Yening taru katewel, jati, benda, unggu, sentul, angge palinggihan dewa, yening sembah susud guna ngaran, susud kasukan, susud wangsa, ngawinang druwene ilang sekebidang tan kauningin.
d. Lakar wangunan layonan, yening amreteka sawa lakare kari jumah layonang ngaran, nanging yan gingsirang ka sanggah jineng nora kaleboning layon, wenang angge lakar wangunan.
e. Kayu sane masoca angge sunduk sasaka cacad ngaran, kayu laad wadah/atiwa- tiwa leteh ika, tan wenang angge wangunan.
f. Kayu laad bale mungkatang awak, kayu sisaning bale puun, kayu laad umah angge merajan, lumbung, pawon ila-ila dahat tukaran kasengsaran ngaran.
g. Taru embud hati tan yogya angge saka, dongkang makeem ngaran.
h. Taru ngalenging tunggaknia, taru suduk rabi ( tebek timpal), taru tunggak semi, nyuh lan buah macanggah miwah sane lianan.
Pakeling / Yumupakatahu;
- Yening palinggih sane sampun kaaci maplaspas genep, patut sang maduwe ngantukang utawi ngelebar, sakewanten yening wenten pikarsan sane tunggil soroh jagi nunas, dados kantunkang tur kaaci sakadi patut.
- Taru sane ala mentik wenten pamayuhnyane, inggih punika; rajah bongolne turmaning ngaturang upakara prayascita, durmangala, suci petak asoroh lan runtutanya, katur ring Sanghyang Sangkara.
- Umah sane durung maplaspas tan dados sirepin, katadah Sanghyang Kala ngaran.
- Tata cara ngrubah tegal miwah carik, anggen karang patut nuntun Bhatari Sri ka Badugul antuk tapakan daksina panuntunan, raris ngruak antuk upakara panyapuh.
- Bale dangin, bale dauh, ngempel nelasang pakarangan, ngempel bale diarepane embet nyakitin.
- Adegan macelep ring lambang, dongkang makaem ngaran, ala.
- Nguwad karang patut kakaryanang upakara pangingkup karang.
- Ngingsirang palinggih, paon, jineng, umah patut katuntun, yan tan mangkana ala dahat.
Sumber:
Asta kosala kosali Astabumi
Tarupramana Lontar Wismakarma
http://adhi-balipoorerobserving.blogspot.com/2010/06/hindu.html

ASTA KOSALA dan ASTA BUMI.
Yang dimaksud dengan Asta Kosala adalah aturan tentang bentuk-bentuk niyasa (symbol) pelinggih, yaitu ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan.
Yang dimaksud dengan Asta Bumi adalah aturan tentang luas halaman Pura, pembagian ruang halaman, dan jarak antar pelinggih.
Aturan tentang Asta Kosala dan Asta Bumi ditulis oleh Pendeta: Bhagawan Wiswakarma dan Bhagawan Panyarikan. Uraian mengenai Asta Kosala khusus untuk bangunan Padmasana telah dikemukakan pada bab: Hiasan Padmasana, Bentuk-bentuk Padmasana dan Letak Padmasana.
http://www.babadbali.com/astakosalakosali/astakosala.htm
Asta Bumi menyangkut pembuatan Pura atau Sanggah Pamerajan adalah sebagai berikut:
1 Tujuan Asta Bumi adalah a Memperoleh kesejahteraan dan kedamaian atas lindungan Hyang Widhi
b Mendapat vibrasi kesucian
c Menguatkan bhakti kepada Hyang Widhi
2 Luas halaman a Memanjang dari Timur ke Barat ukuran yang baik adalah: Panjang dalam ukuran "depa" (bentangan tangan lurus dari kiri ke kanan dari pimpinan/klian/Jro Mangku atau orang suci lainnya): 2,3,4,5,6,7,11,12,14,15,19. Lebar dalam ukuran depa: 1,2,3,4,5,6,7,11,12,14,15. Alternatif total luas dalam depa: 2x1,3x2, 4x3, 5x4, 6x5, 7x6, 11x7, 12x11, 14x12, 15x14, 19x15.
b Memanjang dari Utara ke Selatan ukuran yang baik adalah: Panjang dalam ukuran depa: 4,5,6,13,18. Lebar dalam ukuran depa: 5,6,13. Alternatif total luas dalam depa: 6x5, 13x6, 18x13
Jika halaman sangat luas, misalnya untuk membangun Padmasana kepentingan orang banyak seperti Pura Jagatnatha, dll. boleh menggunakan kelipatan dari alternatif yang tertinggi. Kelipatan itu: 3 kali, 5 kali, 7 kali, 9 kali dan 11 kali.
Misalnya untuk halaman yang memanjang dari Timur ke Barat, alternatif luas maksimum dalam kelipatan adalah: 3x(19x15), 5x(19x15), 9x15), 9x(19x15), 11x(19x15).
Untuk yang memanjang dari Utara ke Selatan, alternatif luas maksimum dalam kelipatan adalah: 3x(18x13), 5x(18x13), 7x(18x13), 9x(18x13), 11x(18x13).
HULU-TEBEN.
"Hulu" artinya arah yang utama, sedangkan "teben" artinya hilir atau arah berlawanan dengan hulu. Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, ada dua patokan mengenai hulu yaitu
Arah Timur, dan
Arah "Kaja"
Mengenai arah Timur bisa diketahui dengan tepat dengan menggunakan kompas.
Arah kaja adalah letak gunung atau bukit.
Cara menentukan lokasi Pura adalah menetapkan dengan tegas arah hulu, artinya jika memilih timur sebagai hulu agar benar-benar timur yang tepat, jangan melenceng ke timur laut atau tenggara. Jika memilih kaja sebagai hulu, selain melihat gunung atau bukit juga perhatikan kompas. Misalnya jika gunung berada di utara maka hulu agar benar-benar di arah utara sesuai kompas, jangan sampai melenceng ke arah timur laut atau barat laut, demikian seterusnya. Pemilihan arah hulu yang tepat sesuai dengan mata angin akan memudahkan membangun pelinggih-pelinggih dan memudahkan pelaksanaan upacara dan arah pemujaan.
BENTUK HALAMAN.
Bentuk halaman pura adalah persegi empat sesuai dengan ukuran Asta Bumi sebagaimana diuraikan terdahulu. Jangan membuat halaman pura tidak persegi empat misalnya ukuran panjang atau lebar di sisi kanan - kiri berbeda, sehingga membentuk halaman seperti trapesium, segi tiga, lingkaran, dll. Hal ini berkaitan dengan tatanan pemujaan dan pelaksanaan upacara, misalnya pengaturan meletakkan umbul-umbul, penjor, dan Asta kosala.
PEMBAGIAN HALAMAN.
Untuk Pura yang besar menggunakan pembagian halaman menjadi tiga yaitu:
Utama Mandala
Madya Mandala
Nista Mandala.
Ketiga Mandala itu merupakan satu kesatuan, artinya tidak terpisah-pisah, dan tetap berbentuk segi empat; tidak boleh hanya utama mandala saja yang persegi empat, tetapi madya mandala dan nista mandala berbentuk lain.
Utama mandala adalah bagian yang paling sakral terletak paling hulu, menggunakan ukuran Asta Bumi;
Madya Mandala adalah bagian tengah, menggunakan ukuran Asta Bumi yang sama dengan utama Mandala;
Nista Mandala adalah bagian teben, boleh menggunakan ukuran yang tidak sama dengan utama dan nista mandala hanya saja lebar halaman tetap harus sama.









Di Utama mandala dibangun pelinggih-pelinggih utama, di madya mandala dibangun sarana-sarana penunjang misalnya bale gong, perantenan (dapur suci), bale kulkul, bale pesandekan (tempat menata banten), bale pesamuan (untuk rapat-rapat), dll. Di nista mandala ada pelinggih
"Lebuh" yaitu stana Bhatara Baruna, dan halaman ini dapat digunakan untuk keperluan lain misalnya parkir, penjual makanan, dll.
Batas antara nista mandala dengan madya mandala adalah "Candi Bentar" dan batas antara madya mandala dengan utama mandala adalah "Gelung Kori", sedangkan nista mandala tidak diberi pagar atau batas dan langsung berhadapan dengan jalan.
MENETAPKAN PEMEDAL.
Pemedal adalah gerbang, baik berupa candi bentar maupun gelung kori. Cara menetapkan pemedal sebagai berikut: 1) Ukur lebar halaman dengan tali. 2) Panjang tali itu dibagi tiga. 3) Sepertiga ukuran tali dari arah teben adalah "as" pemedal. Dari as ini ditetapkan lebarnya gerbang apakah setengah depa atau satu depa, tergantung dari besar dan tingginya bangunan candi bentar dan gelung kori. Yang dimaksud dengan teben dalam ukuran pemedal ini adalah arah yang bertentangan dengan hulu dari garis halaman pemedal. Misalnya hulu halaman Pura ada di Timur, maka teben dalam menetapkan gerbang tadi adalah utara, kecuali di utara ada gunung maka tebennya selatan, demikian seterusnya. Penetapan gerbang candi bentar dan gelung kori ini penting untuk menentukan letak pelinggih sesuai dengan asta kosala.
JARAK ANTAR PELINGGIH.
Jarak antar pelinggih yang satu dengan yang lain dapat menggunakan ukuran satu "depa", kelipatan satu depa, "telung tapak nyirang", atau kelipatan telung tapak nyirang. Pengertian "depa" sudah dikemukakan di depan, yaitu jarak bentangan tangan lurus dari ujung jari tangan kiri ke ujung jari tangan kanan. Yang dimaksud dengan "telung tampak nyirang" adalah jarak dari susunan rapat tiga tapak kaki kanan dan kiri (dua kanan dan satu kiri) ditambah satu tapak kaki kiri dalam posisi melintang. Baik depa maupun tapak yang digunakan adalah dari orang yang dituakan dalam kelompok "penyungsung" (pemuja) Pura. Jarak antar pelinggih dapat juga menggunakan kombinasi dari depa dan tapak, tergantung dari harmonisasi letak pelinggih dan luas halaman yang tersedia. Jarak antar pelinggih juga mencakup jarak dari tembok batas ke pelinggih-pelinggih. Ketentuan-ketentuan jarak itu juga tidak selalu konsisten, misalnya jarak antar pelinggih menggunakan tapak, sedangkan jarak ke "Piasan" dan Pemedal (gerbang) menggunakan depa. Ketentuan ini juga berlaku bagi bangunan dan pelinggih di Madya Mandala.
PELINGGIH (STANA) YANG DIBANGUN. Jika bangunan inti hanya Padmasana, sebagaimana tradisi yang ada di luar Pulau Bali, maka selain Padmasana dibangun juga pelinggih TAKSU sebagai niyasa pemujaan Dewi Saraswati yaitu saktinya Brahma yang memberikan manusia kemampuan belajar/mengajar sehingga memiliki pengetahuan, dan PANGRURAH sebagai niyasa pemujaan Bhatara Kala yaitu "putra" Siwa yang melindungi manusia dalam melaksanakan kehidupannya di dunia. Bangunan lain yang bersifat sebagai penunjang adalah: PIYASAN yaitu bangunan tempat bersemayamnya niyasa Hyang Widhi ketika hari piodalan, di mana diletakkan juga sesajen (banten) yang dihaturkan. BALE PAMEOSAN adalah tempat Sulinggih memuja. Di Madya Mandala dibangun BALE GONG, tempat gambelan, BALE PESANDEKAN, tempat rapat atau menyiapkan diri dan menyiapkan banten sebelum masuk ke Utama Mandala. BALE KULKUL yaitu tempat kulkul (kentongan) yang dipukul sebagai isyarat kepada pemuja bahwa upacara akan dimulai atau sudah selesai.
Jika ingin membangun Sanggah pamerajan yang lengkap, bangunan niyasa yang ada dapat "turut" 3,5,7,9, dan 11. "Turut" artinya "berjumlah". Turut 3: Padmasari, Kemulan Rong tiga (pelinggih Hyang Guru atau Tiga Sakti: Brahma, Wisnu, Siwa), dan Taksu. Jenis ini digunakan oleh tiap keluarga di rumahnya masing-masing. Turut 5: Padmasari, Kemulan Rong Tiga, Taksu, Pangrurah, "Baturan Pengayengan" yaitu pelinggih untuk memuja ista dewata yang lain. Turut 7: adalah turut 5 ditambah dengan pelinggih Limas cari (Gunung Agung) dan Limas Catu (Gunung Lebah). Yang dimaksud dengan Gunung Agung dan Gunung Lebah (Batur) adalah symbolisme Hyang Widhi dalam manifestsi yang menciptakan "Rua Bineda" atau dua hal yang selalu berbeda misalnya: lelaki dan perempuan, siang dan malam, dharma dan adharma, dll. Turut 9 adalah turut 7 ditambah dengan pelinggih Sapta Petala dan Manjangan Saluwang. Pelinggih Sapta Petala adalah pemujaan Hyang Widhi sebagai penguasa inti bumi yang menyebabkan manusia dan mahluk lain dapat hidup. Manjangan Saluwang adalah pemujaan Mpu Kuturan sebagai Maha Rsi yang paling berjasa mempertahankan Agama Hindu di Bali. Turut 11 adalah turut 9 ditambah pelinggih Gedong Kawitan dan Gedong Ibu. Gedong Kawitan adalah pemujaan leluhur laki-laki yang pertama kali datang di Bali dan yang mengembangkan keturunan. Gedong Ibu adalah pemujaan leluhur dari pihak wanita (istri Kawitan).
Cara menempatkan pelinggih-pelinggih itu sesuai dengan konsep Hulu dan Teben, di mana yang diletakkan di hulu adalah Padmasari/Padmasana, sedangkan yang diletakkan di teben adalah pelinggih berikutnya sesuai dengan turut seperti diuraikan di atas. Bila halamannya terbatas sedangkan pelinggihnya perlu banyak, maka letak bangunan dapat berbentuk L yaitu berderet dari pojok hulu ke teben kiri dan keteben kanan.
Sumber: Bhagawan Dwija
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi, Geria Tamansari Lingga Ashrama, Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja - Bali. Telpon: 0362-22113, 27010. HP 081-797-1986-4
Bangunan diproses penjiwaannya sebagai suatu kelahiran ke bumi dengan upakara sebagaimana layaknya suatu kelahiran dan kehidupan. Upacara ngulihin karang adalah suatu upakara semacam dikawinkan antara bangunan dengan pemilik-pemakainya.
Membangun Pura dengan Kesadaran Mendasar

Oleh N. Gelebet
Menyukuri kesejahteraan karunia Hyang Widhi, dibangunlah pura sebagai tempat pemujaan dalam manifestasinya, spirit geginan dan roh leluhur yang diharapkan menyatu dengan-Nya untuk kerahayuan jagat. Pembangunan tempat pemujaan berkembang dari seonggok batu untuk panjatan memuja yang di langit, meru bayangan gunung, padma kemanunggalan dan kini penampilan jamak semarak dengan kemanjaan teknologi.
--------------------------------------------------------------------------------
Kesadaran mendasar dalam membangun pura memang seharusnya melestarikan landasan konseptualnya. Peranan dinas, instansi yang mengambil alih peran krama, dengan pengalihan hak atas bukti pura dan kebijakan meniadakan prosesi pratima yang ditinggal krama yang tidak lagi ngayah kini tanpa karang ayahan, merupakan gejala kesadaran palsu yang terjadi dalam beberapa kasus.
Proses Membangun Pura
Berawal dari nyanggra pengempon, pengemong dan penyiwi, dilanjutkan dengan nyanyan dialog ritual dengan sesuhunan yang distanakan di pura yang dibangun. Tujuannya, untuk mendapatkan kesepakatan atas kesepahaman sekala-niskala apa dan bagaimana membangun pura. Kemudian dengan penetapan program dan penjadwalannya sesuai subadewasa dilakukan nyikut, ngruak karang dan nyangga ngurip gegulak, ngadegang sanggar wiswakarma. Keberadaan gegulak dipandang sebagai acuan hidup modul pendimensian, setelah melalui ritus pengurip dan pengaci, nantinya wajib di-pralina setelah bangunan selesai di-plaspas. Dengan penjiwaan sejak awal, keseimbangan atma, angga lan khaya wewangunan dapat terwujud.
Selanjutnya ngelakar sesuai keperluan dan ketentuan penggunaan bahan untuk bangunan pura yang masing-masing peruntukannya (parahyangan, pawongan, palemahan) ada ketentuan jenis kayunya. Di mana dan bagaimana mendapatkannya, melalui permakluman atau permohonan di ulun tegal yang mewilayahi. Pantangan kayu tumbuh di sempadan sungai, setra, di batas, rebah tersangkut, melintang jalan, tunggak wareng dan lainnya wajib ditaati sebagai suatu keyakinan.
Pekerjaan komponen konstruksi dilakukan di jaba sisi pura atau di suatu tempat yang wajar. Pelaku tukang wajib menaati tata cara kramaning tukang sesuai ketentuan dan arahan undagi manggalaning wewangunan. Dalam proses pengerjaan, setiap tahap tertentu melalui ritus upakara yang dipimpin undagi, tan keneng cuntaka, namun wajib menaati brata ke-undagi-an. Dalam menjalankan profesinya, undagi atas nama (ngelinggihang) Hyang Wiswakarma. Keberadaannya serentak menyandang kapican, kawikon dan katakson, bagi undagi yang telah menjalani prosesnya sesuai ketentuan tatwa, jnana dan upakara.
Bahan bangunan, tukang dan pekerja mengutamakan dari wilayah sekitar. Peranan teknologi bukan hal yang ditabukan. Menghindari pelaksanaan sistem tender yang sulit dipertanggungjawabkan secara kualitas, legalitas ritual maupun proses penjiwaannya. Dengan diabaikannya filsafat, konseptual dan tatwa acuan tata cara membangun pura, sulit diharapkan unsur penjiwaannya sehingga megah maraknya bangunan pura yang kini diwacanakan sebagai kehampaan tanpa taksu karismatis.
Pemugaran Pura-pura kuno yang menggusur katakson-nya batu-batu nunggul megalitikum, mengembangkan belasan pelinggih sepertinya mengalami kemunduran monis yang dikembalikan ke polis. Memang berpeluang untuk tampil megah meriah di kulit luar, namun hampa tanpa magis power yang menjiwai.
Pembangunan pura tanpa pedoman Asta Kosali, tanpa acuan gegulak modul dimensi, cenderung tampil sebagai bangunan rekreasi berlanskap buatan berornamen mengada-ada.
Pekerjaan Konstruksi
Setelah nyanggra, nyanjan, nyikut dan nglakar, pekerjaan konstruksi dilanjutkan dengan ngaug, ngakit dan ngasren yang diakhiri dengan ngurip/melaspas dan ngenteg linggih dengan rangkaiannya sesuai tingkatan, runut dan runtutannya yang rumit. Peranan undagi dari tahap 1 s.d. 8 dalam satu paket: atma, angga, khaya seutuhnya sesuai ketentuan khusus Asta Kosali yang sulit dipahami profesi lain.
Kemudian ngenteg linggih berdasarkan tegak wali manut tengeran, sasih atau wewaran (solar, lunar atau galaxy system). Pelaksanaannya sesuai ketentuan dudonan upacara dengan upakara dan pamuput-nya masing-masing. Peranan undagi dalam rangkaian yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat ini, sebatas pengamatan uji fungsi apakah semua unit, bagian dan komponen sudah berfungsi sesuai dengan hakikat akidah ruang ritual yang direncanakan.
Pekerjaan konstruksi ngaug sunduk saat posisi matahari di mana bayangan garis atas lubang depan berimpit dengan garis bawah lubang belakang adalah saat tepat yang ditetapkan. Posisi ngaug betaka beti meru, pancung ngakit atap limasan nasarin dan mendem pedagingan adalah ritus-ritus yang diyakini sebagai penjiwaan yang mampu mengantisipai ancaman bencana gempa, petir dan badai angin ngelinus puting beliung. Dengan kemampuan tahan bencana menjadikan karisma taksu suatu bangunan semakin diyakini keunggulan kebenarannya yang memang terbukti dalam kajian arsitektural tradisional.
Ngasren wewangunan (pekerjaan finishing) tidak dibenarkan dengan menghilangkan sifat-sifat fisis, chemis dan karakter estetika bahan alami yang membawa keindahan alami kodrati. Pewarnaan justru merusak di saat usangnya yang semakin parah manakala perawatan diabaikan.
Ngurip Wewangunan
Prosesnya sejak awal, ngruak karang alih fungsi dari karang tegal menjadi karang wawangunan atau mandala pura. Ukuran pekarangan dengan pengurip asta musti, ukuran halaman dengan pengurip tampak ngandang, ukurang bangunan dengan pengurip nyari, guli, guli madu, useran jari, dan bagian-bagian dari modul dimensi tiang. Tata letak dengan urip pengider, urip perwujudan, pengurip perwujudan, pengurip gegulak, urip dina wawaran dan urip pengurip-urip pemakuh. Makna pengurip wewangunan saat melaspas adalah menghidupkan dengan penjiwaan sebagai bangunan sesuai namanya.
Bahan-bahan bangunan telah dimatikan saat pengadaannya menjadi bahan bangunan. Saat upacara melaspas, jiwanya dikembalikan ke asalnya masing-masing. Dilakukan upacara peleburan dan dihidupkan (ngurip) dengan fungsi baru yang namanya bangunan. Bangunan inilah yang kemudian diproses penjiwaannya sebagai suatu kelahiran ke bumi dengan upakara sebagaimana layaknya suatu kelahiran dan kehidupan. Upacara ngulihin karang adalah suatu upakara semacam dikawinkan antara bangunan dengan pemilik-pemakainya.
Klasik, etnik dan unik memang, namun itulah pengurip penjiwaan sepanjang proses membangun. Bagi pandangan sekuler tentunya sebagai sesuatu yang berlebihan, mitos dan dogma yang dipandang sebagai pemborosan sia-sia.
Benarkah dengan diabaikannya ritus pengurip menyebabkan terjadinya pembangunan tanpa taksu yang semarak dalam fisik namun hampa dalam kejiwaannya? Bagaimana mungkin penjiwaan terjadi dalam pembangunan tanpa peran undagi, tanpa gegulak, yang dibangun dengan sistem tender.
Raibnya bukti pura, ditinggalkannya ayahan pratima dan menipisnya peranan krama, dapat memicu terjadinya kesadaran palsu membangun pura sistem proyek yang ditenderkan.

Selasa, 24 Agustus 2021

PENGABENAN NIS PRATEKA NIR PRABHAWA DENGAN KONSEP "MOBILISASI KREMATORIUM BERBASIS ADAT" YAYASAN WIDYA DAKSHA DHARMA GRIYA AGUNG BANGKASA (Menepis Mitos, Mengurai Makna Pengabenan di Masa Vandemi Covid 19, Mari jadi Hindu Milenial bukan Hindu Mulaketo)

PENGABENAN NIS PRATEKA NIR PRABHAWA DENGAN KONSEP "MOBILISASI KREMATORIUM BERBASIS ADAT" YAYASAN WIDYA DAKSHA DHARMA GRIYA AGUNG BANGKASA (Menepis Mitos, Mengurai Makna Pengabenan di Masa Vandemi Covid 19, Mari jadi Hindu Milenial bukan Hindu Mulaketo)
Dane Jrobendesa Desa Adat Selingsing Tabanan



Lontar Tattwa Kepatian adalah dasar hukum dan dasar pemikiran bagi umat Hindu untuk menjadi landasan upacara ngaben sebagai pengembalian unsur-unsur yang melekat dalam badan kasar dan halus dari roh bersangkutan.

1. Yan Wong mati mapedem ring prthiwi salawasnya tan kenenan Wdhi Widhana, Byakta matemahan rogha ning bhuana, haro-haro gering merana ringrat, atemahan gadgad (Tatwa Kepatian)

Artinya, kalau orang mati ditanam pada tanah selamanya tidak diupacarakan diaben, sesungguhnya akan menjadi penyakit bumi, kacau sakit merana didunia, menjadi gadgad tubuhnya (Tatwa Kepatian).


2. Kunang ikang sawa yan tan inupakara atmanya menadi neraka, munggwing tegal penangsaran, mengebewki, wadhuri ragas, ketiksnan panesing surya. Menangis angisek – isek, sumambe anak putunya, sang kari maurip. 


Lingnya:” duh anaku bapa, tan ana mantra wlas ta ring kawitanta, maweh kita juga juga mawisesa, angen den abebecik – becik , tan eling ring rama rna, kawittanta, weh tirta pangentas jah tasmat kita setananku, wastu kita amanggih alphayusa, mangkan temahning atma papa ring sentana” (Lontar Tatwa Kepatian).

Yang artinya:

“ Adapun sawa yang tidak diaben atmanya akan berada di neraka, pada tegal/tanah yang panas, yang penuh dengan pohon maduri reges, terbakar  oleh sengatan matahari, menangis tersedu – sedu, memanggil keturunanya anak cucunya yang masih hidup dengan berkata sebagai berikut:


:Oh Anak-anak keturunanku, tidak sedikitpun rasa belas kasihmu kepada leleuhurmu, memberikan bubur dan air seteguk, saya dulu punya (harta warisan) tidak ada yang saya bawa, kamu juga yang menikmati, pakai baik-baik, namun jika tidak ingat pada orang tua (leluhurmu), air tirta pengentas, pemastuku, semoga kau umur pendek demikianlah kutukannya kepada keturunannya”


Dari uraian pada lontar Tatwa loka Kertti tersebut dikatakan dalam kutipan artikel semaraibm sebagai dasar hukum dan dasar pemikiran bagi umat Hindu untuk menjadi landasan upacara ngaben itu;

Bertujuan untuk dapat melakukan yadnya kepada orang tua dan leluhurnya yang mengadakan, dan memeliara umat manusia dengan yadnyanya dalam hidup dan kehidupan ini.

#tubaba@griyangbangpengabenan//nisprateka//nirprabhawa#


PENDAHULUAN

Bali merupakan salah satu pulau yang kaya akan budaya dan tradisi. Salah satu budaya dan tradisi yang khas dari pulau bali yaitu upacara kematian. Upacara kematian di Bali salah satunya yaitu kremasi atau pembakaran mayat yang di lakukan di krematorium. Pembakaran jenazah atau Kremasi adalah proses pembakaran jenazah sampai menjadi abu atau tulang-tulang kecil. Sedangkan Krematorium adalah wadah atau tempat bagi orang yang ingin melakukan kremasi atau pembakaran jenazah. Perencanaan mobilisasi krematorium berbasis adat ini bertujuan untuk mewadahi kegiatan pengabenan yang menggunakan fasilitas modern di dalamnya namun tidak menghilangkan makna dari proses pengabenan yang berlangsung dan krematorium ini akan di bangun di daerah yang berdekatan dengan pantai/sungai agar proses setalah pembakaran jenazah selesai, abu akan di larung di pantai/sungai. Tujuan mencari site di dekat pantai/sungai agar pengguna dari krematorium ini tetap berada di satu kawasan namun dapat menyelesaikan acara kremasi dengan cepat, praktis dan tidak mengurangi sedikit makna dari budaya dan adat yang ada di Bali.
Latar Belakang Penyebab Banyaknya Warga Memilih Krematorium daripada Ngaben di Setra Desa

Ngaben adalah upacara kematian yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali.

Masyarakat mengenal bahwa ngaben ini memerlukan banyak biaya dan seolah-olah sulit dilaksanakan.
Apalagi dengan adanya dresta di masing-masing desa dan ditambah dengan permasalahan di setiap desa yang dialami karena tuntutan kehidupan kedepan semakin sulit.

Hal ini menimbulkan fenomena memilih tempat kremasi daripada pulang ke kampung halaman untuk melaksanakan pengabenan di Setra Desa.

Adanya dresta “kesepekang" karena jarang bisa ikut “tedun ngayahang banjar” sehingga masyarakat desa yang sesungguhnya adalah masyarakat “muwed” (asli sejak dulu), namun karena tinggal di luar desanya dan bekerja di sektor swasta yang kebetulan sangat ketat dengan jam kerja, sehingga sukar mendapat izin untuk libur berkali-kali. Terpaksa menggunakan jasa krematorium untuk menyelesaikan upacara kematian keluarganya, karena mereka kena sanksi “kesepekang banjar”, atau ada rasa malu karena jarang ikut “tedun di banjar” karena kondisi dan situasi yang dihadapinya. Terpaksa menggunakan jasa krematorium, agar permasalahannya tidak menjadi beban yang berat
Selain itu, karena ada “Kekeran Desa” yang cukup lama karena adanya upacara di Pura Kayangan Tiga, dan biaya penitipan jenazah mahal, oleh karena itu mereka dengan terpaksa menggunakan jasa krematorium.

Juga ada beberapa desa yang masih menggunakan aturan “dresta” yang mengharuskan upacara Pengabenan dengan upacara banten "Bebangkit dan Pulogembal". Apabila tidak menggunakan upacara tersebut, Pengabenan tidak mau dipuput oleh Sang Sulinggih, atau menjadi cemoohan masyarakat sekitar. Apabila masyarakat yang kurang mampu terpaksa menggunakan upakara banten di bawah tingkatan “Pulogembal” seperti misalnya “Udel Kurenan”, maka Pengabenan dimasukkan ke dalam tingkat Mekingsan di Geni atau di Pertiwi. Ini memiliki konsekuensi harus melaksanakan upacara Pengabenan lagi, menyikapi hal seperti ini I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd bersama Jro Bendesa Adat Selingsing Tabanan (I Putu Aryadi) 
bersama para prajuru desa adat dan bebanjaran, memutuskan suatu kesepakatan bersama untuk mampu Menepis Mitos, Mengurai Makna Pengabenan di Masa Vandemi Covid 19 dengan melaksanakan pengabenan yang nuwek pada intinya untuk mencapai kemuliaan bersama. Mari jadi Hindu yang Milenial bukan menjadi Hindu yang Mulaketo. 

Oleh sebab itulah Ketua Yayasan Widya Daksha Dharma Griya Agung Bangkasa (I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd) mengkonsepkan sebuah pengabenan "NIS PRATEKA NIR PRABHAWA MELALUI MOBILISASI KREMATORIUM BERBASIS ADAT", yang mana proses pengabuan jenasahnya tetap dilakukan di Setra adat setempat dan proses nyekah serta ngelinggihan tetap dilaksanakan di rumah duka desa adat Selingsing Tabanan untuk kali pertamanya konsep ini dilaksanakan. 
# Pengertian Mobilisasi 
Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya suatu daerah serta sarana dan prasarana suatu daerah yang telah dibina dan dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan ekonomi dan keamanan suatu daerah untuk digunakan secara tepat, terpadu, dan terarah bagi penanggulangan setiap ancaman, baik dari luar maupun dari dalam suatu daerah tersebut.

Mobilisasi dikenakan terhadap warga suatu daerah, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana prasarana suatu daerah yang dimiliki suatu daerah dan perseorangan termasuk personel yang mengawakinya.
# Pengertian Krematorium
Kematorium merupakan tempat untuk melakukan prosesi kremasi. Kremasi adalah metode penghilangan tubuh jenazah dengan cara pembakaran. Tubuh jenazah akan dimasukan ke dalam tungku panas. Lalu, proses pembakaran mereduksi jasad menjadi senyawa kimia dasar, yakni gas, abu, dan fragmen mineral.

Penyimpanan abu hasil pembakaran dikembalikan pada pilihan keluarga almarhum. Bisa disimpan dalam wadah khusus atau ditebarkan dalam upacara khusus kematian sesuai kepercayaan masing-masing.

Proses kremasi
Jenazah yang ditempatkan pada wadah kremasi dimasukan dalam tungku pembakaran selama lebih kurang tiga jam atau bisa jadi lebih lama. Tungku pembakaran tersebut khusus terletak dalam ruangan dengan suhu panas 1.000 derajat celcius sehingga memudahkan proses pembakaran seluruh anggota tubuh manusia sampai dengan hanya menyisakan debu.

Fragmen tulang yang tersisa secara hati-hati dikeluarkan dari ruangan, dibersihkan dari semua komponen logam, diproses menjadi partikel halus yang menyerupai abu dan ditempatkan dalam wadah sementara atau guci yang telah dipersiapkan oleh keluarga.

Kebanyakan peraturan dan undang-undang di banyak negara, proses kremasi hanya bisa dilakukan untuk satu jenazah dalam satu waktu.

Mengapa memilih kremasi?
Penghormatan terakhir terhadap seseorang yang dicintai merupakan pilihan yang sangat personal dan biasanya telah disepakati sebelumnya.

Selain kepercayaan agama dan budaya, banyak orang memilih proses pemakaman kremasi karena beberapa alasan di antaranya adalah hemat biaya, ramah lingkungan, pemakaman yang lebih praktis, dan kekhawatiran berlebihan anggota keluarga terhadap dekomposisi alami.

Proses kremasi di Indonesia diterapkan oleh para penganut agama Hindu, terutama di Pulau Bali, yang dikenal dengan upacara Ngaben. Setelah jasad menjadi abu, pihak keluarga akan melepaskan atau melarungkannya ke laut sebagai tanda pelepasan dan penyatuan jiwa pada Sang Pencipta.

#Pengertian Kata Berbasis 
Menurut KBBI, berbasis adalah Berdasarkan, atau Mempunyai Basis, sedang makna kata berbasis juga bisa berarti Berperdoman, atau berasaskan, dan bisa juga Pembuatan.
#Pengertian Adat
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang mengatur tingkah laku manusia antara satu sama lain yang lazim dilakukan di suatu kelompok masyarakat. 

Adat yang memiliki sanksi disebut dengan hukum adat sedangkan yang tidak memiliki sanksi disebut dengan kebiasaan. Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Pelanggaran terhadap adat istiadat ini akan menerima sanksi yang keras dari anggota lainnya.
Jadi pengabenan "NIS PRATEKA NIR PRABHAWA MELALUI MOBILISASI KREMATORIUM BERBASIS ADAT" lebih menekankan pada inti serta proses pengabenan yang tetap dilaksanakan di setra desa adat.

#tubaba@griyangbang//jrobendesaadatselingsing//Menepis Mitos, Mengurai Makna#

Jumat, 20 Agustus 2021

COVID-19 adalah Seleksi Alam dan Hukum Alam

COVID-19 adalah Seleksi Alam dan Hukum Alam
Munculnya pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di bumi ini tidak lain diakibatkan oleh tidak seimbangnya aktivitas manusia dengan alam semesta. Kerusakan alam akibat ulah manusia menjadi salah satu penyebab pandemi Covid-19.

   Dalam ilmu biologi ada beberapa teori yang mempelajari perkembangan (tepatnya evolusi) makhluk hidup-kemunculan dan punahnya suatu spesies. Salah satu dari teori-teori tersebut adalah seleksi alam. Ada beberapa ahli yang meneliti tentang proses evolusi yang terjadi pada makhluk hidup diantaranya yang sangat terkenal adalah Jean Baptiste de Lamarck, seorang ahli biologi berkebangsaan Perancis dan Charles Robert Darwin, seorang naturalis dan ahli geologi berkebangsaan Inggris. 

   Menurut Lamarck (1744-1829) evolusi terjadi karena adaptasi, sedangkan adaptasi timbul karena diinginkan, yaitu perubahan struktur atau bentuk yang terjadi karena adanya keinginan yang timbul dari dalam untuk menghadapi perubahan lingkungan. Menurutnya, tingkat perkembangan suatu organ sebanding dengan penggunaannya dan apa yang diperoleh atau diubah pada individu dalam masa hidupnya adalah kekal, dan bilamana terdapat dalam dua jenis kelamin, sifat itu akan diturunkan . Misalnya, dalam pandangan Lamarck "Jerapah telah berevolusi dari binatang sejenis kijang yang memanjangkan lehernya terus menerus saat berusaha mendapatkan makanan di dahan pohon yang lebih tinggi". Namun, kemunculan ilmu genetika telah mengubah teori Lamarck sekali dan untuk selamanya.

   Teori evolusi Darwin (1809-1882) pada pokoknya adalah sebagai berikut : (a) spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup pada masa lampau. (b) evolusi terjadi melalui seleksi alam. Sebagai contoh, menurut Darwin; ikan paus berevolusi dari beruang yang mencoba berburu di laut. Sementara dalam buku The Descent Man terbit tahun 1971, Darwin menyatakan "Manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama, sedangkan kerabat terdekat manusia yang belum punah, yakni gorila dan simpanse". Sejak saat itu Darwin telah berusaha mempertahankan kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah melakukan penelitian, pernyataan "evolusi manusia" belum pernah dilandasi oleh penemuan ilmiah uang nyata, khususnya di bidang fosil. 

   Pada tahap selanjutnya, seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologipara ilmuwan mulai mencari solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di masyarakat. Rekayasa produksi merupakan usaha manusia mengembangbiakkan makhluk hidup yang baru dengan cara tanpa meninggalkan proses reproduksi atau tahap-tahap yang berlangsung secara alami. Namun, dalam rekayasa reproduksi juga menyangkut rekayasa genetika. Rekayasa reproduksi tidak hanya dilakukan pada hewan ataupun tumbuhan, pada manusia pun juga bisa.

   Hukum alam adalah aturan berdasarkan kebiasaan peristiwa tertentu yang dapat menghasilkan perkiraan melampaui saat peristiwa itu berlangsung. Misalnya, ketika nabi Ibrahim memperhatikan bahwa matahari biasanya tampak terbit dari arah timur setiap pagi, dirinya menyimpulkan "Matahari selalu tampak terbit dari arah timur". Kesimpulan itu merupakan pernyataan hukum alam karena diambil berdasarkan kebiasaan penampakan matahari oleh pengamat yang berada di Bumi serta dapat menghasilkan perkiraan bahwa esok hari, lusa, bulan depan, atau 6000 tahun setelah nabi Ibrahim menyimpulkan, matahari akan selalu tampak terbit dari arah timur. Semua pernyataan umum boleh diterima atau ditolak untuk dipertimbangkan sebagai hukum alam. Hal ini dapat terjadi karena sejauh ini hukum alam tidak berupa pernyataan tunggal, melainkan beberapa pernyataan berkelindan dengan pernyataan lain, yang kadang salah satu pernyataan bersifat lebih khusus ketimbang pernyataan lain.

PEMERINTAH memutuskan agar masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan dan berdamai, dengan Covid-19 agar tetap produktif. Suatu keputusan pasti mengandung suatu risiko. Pengambilan keputusan agar masyarakat bisa beraktivitas kembali (terutama usia di bawah 45 tahun) akan berdampak besar pada sisi kesehatan. Akankah pemerintah menerapkan herd immunity?

Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah suatu bentuk imunitas terhadap suatu penyakit menular yang dapat terjadi jika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap suatu penyakit infeksi menular, baik karena dilakukan vaksinasi maupun setelah sembuh dari infeksi alamiah sebelumnya. Makin besar proporsi individu yang mempunyai imunitas, makin kecil peluang individu yang tidak kebal untuk tertular sehingga individu tersebut akan terlindungi.

Hal yang melegakan adalah 80 persen dari orang dengan Covid-19 tidak bergejala atau menampilkan gejala yang ringan layaknya flu. Sedangkan yang 15 persen termasuk kategori berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit, sementara yang 5 persen akan menjadi kritis dan memerlukan perawatan di ruang intensif. Mereka itulah yang sebagian besar akan meninggal. Inikah bentuk seleksi alam yang dipicu Covid-19? 

Awakta warahen rumuhun, raga di raga takenang dumun//ampah mapala baya//yatna mapala lasya. 

#tubaba@griyangbang#


Selasa, 17 Agustus 2021

KUMPULAN MANTRA

KUMPULAN MANTRA

MANTRA :

OM BUKTYANTU  SARWA TU DEWA

BUKTYANTU SRI LOKA NATAH

SAGANAH SAPARIWARAH, SWARGA SADASIDASAH

 

OM DEWA BOKTRA LAKSANA YA NAMAH SWAHA

OM DEWA TREPTI LAKSANA YA NAMAH SWAHA

 

PRALINA AYAM SAMBLEH (LUKAT RIIN)

MANTRA :

OM INDAH TA KITA SANG DWIPADA, SAKING PURWA DESA SINANG KANTA, PAMULIHAKITA MARING PURWA DESA, MANEMBAH TA KITA MARING DEWA ISWARA, ONG SANG LINGGANTA HUWUS SAMANGKANA PASANG SARGA KITA RING DEWA ISWARA, AWAY TA KITA LAN MARGA TITYAKEN  KATUTURAN IRA SANG HYANG DARMA, TUTUR TUTUR AWAY LALI, ENGET ENGET AYWA LUPA, NAHANTEKA DALEM KAPATYAN, YAN KITA DADI JATMA DADYA KITA WIKU SAKTI SAGUNA KAYANTA ATUR AKEN RING HULUN APAN HULUN AMANTUKA KENA IRI KITA

OM SANG SADYA YA NAMAH SWAHA

OM RAM MULIH RING SEGARA

BULU MULIH RING DADANG

WAT MULIH RING BUN

TULANG MULIH RING BATU

WALUNG MULIH RING PARAS

JAJAH MULIH RING UNTENG

DAGING MULIH RING PRETIWI

MATA MULIH RING SURYA CANDRA

BAYU MULIH RING BHATARA ISWARA

ATMA NEMBAH RING BHATARA ISWARA

 

NGASTAWA PASEGEHAN AGUNG

MANTRA:

OM SANG HYANG RUDRA ANUGRAHA RING SANG HYANG KALA WISESA, SANG HYANG DURGA DEWI, ANUGRAHA RING SANG HYANG KALA DENGEN, AMENG AMENG PADA NIRA PADUKA BHATARA AKTI AMUNGGUH RING BUMI, RING PURA PERHYANGAN NATAR PAUMAHAN, DALAM PASUGUHAN WATES SETRA PERHYANGAN. SALUWIR MUAH ANGKER MANUSANIRA AWEH TADAH SAJI, SIRA WATEK BHUTA KABEH, IKI TADAH SAJI NIRA  WATEK BHUTA KABEH, IKI TADAH SAJI NIRA WATEK SEGE IWAK SAMBLEH, ASING KIRANG LUPUT NIYATA PIPIS SABUNDELPUTUKENA SIRA MARING DASAR AGUNG PILIH KABELAN NIRA, AJAKAN SANG KALA NIRA KABEH, NYAH KITA SAKENG KENE APAH SAMPUN SIRA SINAKSENAN WEH ANA MANUSANIRA URIP WARAS DIRGAHYUSA.

 

*MANGKIN POTONG AYAM SAMBLEHE, SEDURUNG MOTONG PESAPAAN MALIH

MANTRA :

  • OM HANA GETIH TANPA GETIH SAH SUMUSAH SIDA LEPAS YA NAMAH SWAHA

*RARIS METABUH

MANTRA:

  • OM KALA BOKTA YA NAMAH, NHUTA YA NAMAH PISACA BHOKTA YA NAMAH , DURGA BHUTA YA NAMAH.
  • OM IBEK SEGARA, IBEK DANU, IBEK BAYU PREMA NAN INGULUN
  • OM POMA POMAPOMA

 

MALIH PETANGAN

NGATURANG PENGAKSAMA (PATEH KADI RING AJENG)

*NGATURANG PANCA SEMBAH

TELAS SAMPUN * SANE MANGKIN RARIS TEDUNANG IDA BHATARA !

PACANG MAPURWA DAKSINA PING TIGA, SAMPUN HUWUSAN MAPURWA DAKSINA RARIS MALINGGIH RING PESAMUAN, PACANG KATURAN MEHIAS-HIAS

SANE MANGKIN MALIH NGASTAWA !

 

*NGASTAWA PENGHIYAS*

NYUCIANG DUPA

MANTRA :

OM ANG BRAHMA AMRTHA DIPA YA NAMAH

OM UNG WISNU AMRTHA DIPA YA NAMAH

OM MANG LINGGA PURUSHA YA NAMAH

 

NGADEGANG BHATARA RING BANTEN SUCI:

-NGASTAWA SUCI (PATEH  KADI RING AJENG)

-NGASTAWA IDER BUANA BHATARA

-NGASTAWA SAYUT PENGHIYAS

MANTRA :

OM WISNU-WISNU RAH ADHA, SRI WISNU PRAJA PATI

WARAHA KALPA PRATAMA, SERANA ALA YUGA KALA MANCA NAK SASTRA SARWA PARAYASCITAM SARWA KARUSYA SOBAGIAM

*NGATURANG TOYA ANYAR

*NGATURANG TOYA SEGARA

*NGATURANG TOYA KLUNGAH

*NGATURANG KUMKUMAN/MIYIK MIYIKAN

*NGAYAPANG SAYUT PENGHIYAS :

 

*NGATURANG SIRO WISTA  (RING BHATARA)

MANTRA :

OM SIRO WISTAM MAHA DIWYAM, PAWITRAM PAPA NASANAM, NITAM KASUGRAM, TISTHTI SIDANTAM PRATI GRHANATI

OM UNG PAT ASTRA  YA NAMAH

OM SANG BANG TANG ANG ING NANG MANG SING WANG YANG

OM ANG UNG MANG OM

 

*NGATURANG BASMA :

MANTRA

OM KUM KUMARA WIJAYA NAMAH SWAHA

 

*NGATURANG PENGLUKATAN

(ANTUK PRETAMA SUDHA)

MANTRA :

(PATEH  KADI RING AJENG)

(MALIH MAPETANGAN)

HUWUSAN SAMPUN INDIK NGATURANG PENGHIYAS RING IDA BHATARA PACANG NGATURANG PEMENDAK

 

*NGATURANG BANTEN PEMENDAK*

NYUCIANG ASEP :

MANTRA :

OM ANG BRAHMA AMRTHA DIPA YA NAMAH

OM UNG WISNU AMRTHA DIPA YA NAMAH

OM MANG LINGGA PURUSHA YA NAMAH

 

NGASTAWA SEGAU:

MANTRA :

OM SAJNANA ASTRA SASTRA (OM NAMO NARAYANA)

MPU SARINING WISESA, TEPUNG TAWAR AMUNAHAKEN SEGAN ANGLUARAKEN SAKWEHING SEBEL KANDEL LARA ROGA BAKTANMU.

 

NGATAWA BUU, LIS ALIT

MANTRA:

OM PEKULUN PENGADEGANING JANUR KUNING SIWA RINING GITANG GURU, TURUS UTUSAN HYANG DEWA BETARA KALA BETANING SARWA DEWATA MANGILANGAKEN SARWA MALA PAPA PATAKA, GELEH SARIRANIA,

OM SIDHIRASTU NAMA SWAHA.

 

NGASTAWA SAYUT LIMA (SAYUT GATA-GATA)

A). SAYUT BIAK KAUN *

MANTRA :

OM UNG SANGHYANG WISNU ANGLEBUR LARA KABANGAN, KASUPAT DENING SARINING SAYUT BIAK KAUN YA NAMAH

 

B). SAYUT SAPUH LARA *

MANTRA:

OM ANG MANG SANG HYANG ISWARA ANYAPUH LARA KASUPAT DENING SAYUT SAPUH LARA YA NAMAH

C). SAYUT BIAK KALA *

MANTRA :

OM UNG MANG ANG SANG HYANG BRAHMA AMYAK KALA, KASUPAT DENING SARINING SAYUT BIAK KALA YA NAMAH

 

D). SAYUT DUDA MALA *

MANTRA :

OM ANG MANG UNG AH, SANG HYANG PARAMA WISESA ANYUDAMALA KASUPAT DENING SARINING SAYUT SUDA MALA YA NAMAH

 

E). SAYUT MOGA KALA *

MANTRA :

OM ENG MANG ONG SANG HYANG MAHA DEWA AMARIOGA MANDIR KALANING ABUKTI YA SARWA SAYUT MOGA KALA YA NAMAH

 

*NGASTAWA SAYUT DURMANGALA*

MANTRA :

PAKULUN SANG KALA PURWA, SANG KALA PRAJA MUKA, SANG BHUTA PRETA, SANG KALA NGULALENG AJA SIRA PATI RARO GANI, AJA SIRA ILIK SILIH GAWE IKI TADAH SAJINIRA, PENEK LAWAN TRASI BANG IKI JINAH SATAK LIMA LIKUR LAWA SATUKEL. MANAWI KIRANG TETADAHNIRA, TUKENAN SIRA RING PASAR AGUNG, AJEKAN SANAK SIRA ROANG SIRA, ANAK PUTUN SIRA NDAH LUNGA KARIGAN KABEH AMARAH DESA AJA SIRA KARI KENA DEN KEDEP SIDHIRASTU PENGASTU DANG GURU ISWARA

OM KALA BYO BOKTAYA NAMAH SWAHA

OM BHUTA BYO BOKTAYA NAMAH SWAHA

OM DURGA BYO BOKTAYA NAMAH SWAHA

OM PISACA BYO BOKTAYA NAMAH SWAHA

 

*NGASTAWA SAYUT PRATISTA :

MANTRA :

OM I, BA, SA, TA, A, SARWA MALA PRATISTA YA NAMAH SWAHA,

OM SA BA TA A I. SARWA PAPA PATAKA LARA ROGA WIGNA PRATISTA YA NAMAH SWAHA

OM A, TA, SA, BA, I, SARWA KLESA DASA MALA GELEH PATALETEH PRATISTA YA NAMAH SWAHA

 

PETANGANAN ASTRA MANTRA *

SANE MANGKIN RARIS MARGIANG TEPUNG TAWARE, SAYUT LIMA, SAYUT DURMANGALA, SAYUT PRETISTA, MUANG PENGLUKATAN RING IDA BHATARA YENING SAMI SAMPUN NGEMARGIANG, MALIH NGASTAWA !

 

*PUJA PRENAMYA

MANTRA :

OM PRANAMYA SANG LINGGAM DEWA LINGGA  MAHESWARA, SARWA DEWATA DEWATI DEWANAM TASMA LINGGA YA WE NAMAH

 

NGATURANG ASEP

MANTRA                     : OM ANG BRAHMA SANDYANAMU NAMAH

OM UNG WISNU SANDYANAMU NAMAH

OM MANG ISWARA SANYA NAMU  NAMAH

PUJA PESAPAAN DAANAN

MMANTRA :

ONG SANG TABE PAKULUN SANGHYANG SIWA ALINGGIH RING ULUNING DAKSINA    IRENG DATENG MARING MADYA ALINGGIHANA PUSPAN IRA ALINGGIH SIRA SINAMYAN SANAK PUTU BUYUT IRA ONANG DENING PUJA SRETA ANENG BUMI ANENG TAUN-TAUN DOH DENING SASAB BRANA MURAH SWTI NADAH SRETA,

OM SANG BANG TANG ANG ING NANG MANG SING WANG YANG OM

OM SRIAM BAWANTU

OM SUKAM BAWANTU

OM PURNAM BAWANTU

 

PRELINA AYAM SAMBLEH

MANTRA                     :

OM INDAH TA KITA SANG DWIPADA SAKING PURWA DESA SINANGKANTA, PEMULIHA KITA MARING PURWA DESA MANEMBAH TA KITA MARING DEWA ISWARA, ONG SANG LINGGANTA, HUWUS SAMANGKANA PASANG SARGA KITA RING DEWA ISWARA, AWAY IA KITA TAN. MANGASTITYAKEN KATUTURAN IRA SANGHYANG DHARMA, TUTUR-TUTUR AWAY LALI ENGET-ENGET AWAY LUPA NAHAN TEKE RING DALEM KAPATYANTA. YAN KITA DADI JATMA, DADYA KITA WIKU SAKTI, SAGUNA KAYANTA ATURAKENA RIN HULUN, APAN HULUN AMANTUKA KENA IRI KITA, ONG, SANG SADYA YA NAMAH SWAHA.

OM      RAH MULIH RING SEGARA

BULU MULIH RING PADANG

WAT MULIH RING BUN

TULANG MULIH BATU

WALUNG MULIH PABAS

JAJAH MULIH RING UNTENG

DAGING MULIH RING PERTIWI

MATA MULIH RING SURYA CANDRA

BAYU MULIH RING BHATARA ISWARA

ATMA NEMBAH RING BHATARA ISWARA

 

NGASTAWA PASEGEHAN AGUNG

MANTRA         :

OM SANGHYANG PURU SANGKARA ANUGRAHA RING SANG KALA SAKTI. SANGHYANG RUDRA ANUGRAHA RING SANG KALA WISESA. SANGHYANG DURGA DEWI. ANUGRAHA RING SANG DENGEN. AMENG-AMENG PADAN IRA PADUKA BHATARA SAKTI ANUGRAHA RING BUMI RING PURA PARHYANGAN. NATAR PAHUMAHAN WATES SETRA PERHAYANGAN. SALUWIR LEMAH ANGKER. MANUSAN IRA AWEH TADAH SAJI, SIRE WATEK BHUTA KALA KABEH IKI TADAH SAJIN NIRA WATEK SEGE IWAK SAMBLEH ASING KIRANG. SAING LUPUT. NYATA PIPIS SABUNDEL TUKUNAN SIRA MARING PASAR AGUNG PILIH KABEL SAN NIRA AJAKAN SANG KALA NIRA KABEH NYAH KITA SAKING KENA APAN SAMPUN SIRA SINAK SENAN WEH ANA MANUSAN IRA URIP WARAS DIRGAYUSA.

AYAM SAMBLEH : SANE SAPAANG HIWAU DAGINGIN WISTA, SEDURUNG MEGAT

AYAM SAMBLEH PESAPAANG.

MANTRA         : OM ANA GETIH TAN PEGETIH SAH SUMUSAH SIDA LEPAS YA

NAMAH SWAHA RARIS TABUHANG

MANTRA         : OM KALA BHUKTI YA NAMAH PISACA BHUKTI YA NAMAH DURGHA

BUKTI YA NAMAH. OM IBEK DANU, IBEK SEGARA IBEK

PREMANANTA INGULUN. OM, POMA, POMA, POMA.

*MALIH MAPETANGAN

 

NGATURANG PENGAKSAMA

PEMUPUT NGATURANG PANCA SEMBAH

RARIS IDA BHATARA MALINGGIH RING PARUMAN PACANG NGATURAN ACI PIODALAN.

 

*NGASTAWA BANTEN PIODALAN*

PERTAMA

NGELARANG PENYUCIAN ANGGA:

ANTUK TRI ANGGA PATEH SEKADI MUNGGAH RING AJENG NGAWIT NOMER SIKI (1) KANTOS NOMER DUANGDASA (20) :

 

NGELARANG TIRTA AMERTHA ANUSTANA  UTAWI TIRTA PASAR PEMUJAAN (TALER PATEH KADI RING AJENG NGAWIT NOMER SIKI (1) KANTOS NOMER PITULIKUR (27)

 

NUNAS PENGLUKATAN : (AMBIL ASEP)

MANTRA :

OM ANG BRAHMA AMRTHA DIPA YANAMAH

OM UNG WISNU AMERTA DIPA YA NAMAH

OM MANG LINGGA PURUSA YA NAMAH

AMBIL SEKAR : (UTPTHI-STHITI DEWI GANGGA)

MANTRA:

OM GANGGA DEWI MAHA PUNYA, GANGGA SALANCA MADINI, GANGGA KALASA SAMYUKTE, GANGGA DEWI NAMOS STUTE

OM SRI GANGGA MAHA DEWI ANUKSMA MRTANI SANJIWANI,

OM KARA AKSARA BHUANAM, PADA MERTHA MANO HARAM,

OM UTPETI KASURAM CA, UTPETI TAWA GORASCA, UTPETI SARWA HITAM CA UTPETI WE SRI WAHINAN YA NAMAH SWAHA.

(SEKARE RANJINGANG RING KUMBA)

 

AMBIL SEKAR *ASTRA MANTRA*

MANTRA         :OM HUNG HRAH PAT ASTRA YA NAMAH

OM ATMA TATWATMA SUDHAMAM SWAHA

OM OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SWAHA

OM SRI PASUPATI YA UNG PAT

(UTPETI)          OM I BA SA TA A OM YA NA MA SI WA,

OM MANG UNG ANG

(STHITI)           OM SA BA TA A I, OM NA MA SI WA YA

OM ANG UNG MANG

OM ANG UNG MANG

OM SRIAM BHAWANTU

OM SUKAM BHAWANTU

OM PURNAM BHAWANTU

(SEKAR RANJINGANG RING KUMBA)

 

NGASTAWA GHANTA / BAJRA (PINIH RIIN DAGINGIN KALPIKA SIRO WISTA

*KESITIN PING TIGA !

*RARIS AMBIL BAJRA RARIS KETISIN

MANTRA :

OM ANG DUPA ASTRA YA NAMAH SWAHA

OM KARA SADA SIWA SIWASTAM, JAGAT NATHA HITAN KARAH, ABI WADA WADA NYIAM, GENTHA SABDA PARIKASYATE, GENTHA SABDA MAHA SRETAH

OM KARAM PARI KIRTITAH CANDRADA WINDU NADATAM, SPULINGGA SIWA TATWAN CA

OM GENTAYUR PUJIYANTA DEWAH, ABHAWA BHAWA KARMASU WARA DAH LABDA SANDEHAM WARAH SIDHI NIR SAM SAYAM

(TIK NING)       OM OM OM…

OM KANG KASUL KAYA ISWARA YA NAMAH

 

PENGAKSAMA (AMBIL SEKAR)

MANTRA :

OM KSAMA SWAMAM MAHA DEWA, SARWA PRANI HITANKARAH, MAMOCA SARWA PAPE BYAH KENACID MEMARAK SANTU

OM KSANTAWYAH KAYIKA DOSAH

KSANTAWYA WACIKA MAMA

KSANTAWYA MANASO DOSAH

TAT PRAMADAT KSAMA SWAMAM

OM HINAKSARA HINA PADAM

HINA MANTRA TAT TAIWA CA

HINA BAKTI HINA WERDHI

SADASIWA NAMO STUTE

OM MANTRA HINA KRYA HINAM

BAKTI HINA

MAHE SWARAH

YAT PUJITTA MAHA DEWAH

PARIPURNAM TATASTUMA

 

AMBIL SEKAR *APSU DEWA*

MANTRA :

OM APSU DEWA PAWITRANI, GANGGA DEWI NAMO STUTE SARWA KLESA WINA SANAM, TOYANAM PARISUIDISTA SARWA PAPA WINA SINI, SARWA ROGA WIMO SANE SARWA KLESA WINA SANAM, SARWA ROGA MAWADNUYAT.

 

(AMBIL SEKAR) *PANCAK SARAM

MANTRA :

OM PANCAK SARAM MAHA TIRTAM, PAWITRAM PAPA NA SANAM, PAPA KOTI SAHA SARANAM AGADAIM BAWET SAGARAM

OM PANCAK SARAM PARA BRAMAM, PAWITRAM PAPA NASANAM, MANTRAMTAM PRAMA JNANAM, SIWA LOKAM PROTHAM SUBHAM, NAMAH SIWAYA HITYAM PARA BRAHMAM ATMANAM DEWAH, PARA SAKTI PANCA DEWAH, PANCA RSYAM BAWET AGNI,

OM A KARASCA U KARA SCA, M KARA WINDHU NADAKAM PANCAK SARAM MAYA PROTHAM

OM KARA AGNI MANTRAM CA.

 

AMBIL SEKAR *SAPTA TIRTHA*

MANTRA :

OM ANG GANGGA YA NAMAH

OM ANG SARASWATI YA NAMAH

OM ANG SINGDHU YA NAMAH

OM ANG WIPASA YA NAMAH

OM ANG KAUSIKI YA NAMAH

OM ANG SUYAMUNA YA NAMAH

OM ANG SERAYU YA NAMAH

 

 

AMBIL SEKAR *ASTAWA SEKAL NISKALA SIWA*

MANTRA:

OM SEKLAM NISKALAM SIWANI ONG KARA TWAM SIWATMAKAM PANCAKSARA SAPTA ONG KARA SARWA DEWATMA NIRWANAM WISESA ATMA NALILE PANYATILA SIWA LAYA, SILAMBARA SONANAM, WYAPTAM SARWA JAGATPATIM, SARWA PRAJAM CA POSI ANA KINCIT SADA GATAM PURAM, BINDHU CANDRA SADA GATAM, CANDRA WINDHU BADA SIWA

OM KIM CINYAM SIWA SARWA CA,

OM KARAM SIWA MUCYATE SARWA WISA WIMUKTEM TRI SANDHYAM YAH PAT HEM NARAH

 

AMBIL SEKAR *GANGGA SARASWATI*

MANTRA :

OM GANGGA SARASWATI SINDHU WAPASAKA USIKI NADHI YA MUNA MAHA HATI SRETHA SERAYU CA MAHA DIADI

AMBIL SEKAR *GANGGA SINDHU*

MANTRA :

OM GANGGA SINDHU SARASWATI SUUYA MUNA GODA WARI NARMADA, KAWERI SARAYU MAHENDRA TANAYA KARMAM WATI WEMUKA BADRA NETRA WATI MAHA SURA NADHI KHYATAN CA YA GENDAKI, PUNYAM PURNA JALA SAMUDRA SAH ITAHKUR WANTU TEMENG GALAM.

 

AMBIL SEKAR *MERTYUM JAYA*

MANTRA :

OM MERTYUM JAYA SIA YA NO MAMI ANUKIRTYAT, DIRGA YUSYAM MAWAP NOTI SANG GRAMA WIJAYAM BAWET

OM ATMA TATWATMA SUGHAMAM SWAHA.

 

AMBIL SEKAR *BHRAHMA WISNU DEWA ISWARA ASTAWA*

MANTRA :

OM NAMASTE BAGAWAM AGNI, NAMASTE BAGAWAM ARI, NAMASTE BHAGAWAM ISAH, SARWA BAKSA UTASANAM,

OM TRI WARNA BAGAWAM AGNI, BRAHMA WISNU MAHESWARA, SAMTIKAM PASCIKAM DEWI MAKA SANATAM BICA RUKAM

OM ANODYANAM KERTA LOKAM SORAGHYAM PRAYA DARSANAM, YAT KINCIP SARWA KARSANA SIDHI RWANI SAM SAYAM.

OM ANG BRAHMA PRAJAPATI SRETAH, SWAYAMBHU WARADAM, GURU PADMAYONI CATUR WAKTRA BRAHMA SAKAYA MURCYATE

OM WISNU LOKAM RAHAR JANAM SRI WISNU CA PRADHI PANAM KSTRTRYA WARA ALKAPA PRETAMA SARANA YOGANAM

OM ISWARA PUJANAM DEWAM ISWARA DIPATI YA SIWANAM ISWARA SWETA WARNANCA ISWARA DEWAM JIWATMANAM, ISWARA YA NAMO NAMAH

OM BRAHMA WISNU ISWARA DEWAM JIWATMANAM TRILOKANAM, SARWA JAGAT PRATISTANAM SUDA KLESA WINASANAM

 

AMBIL SEKAR *PENGLUKATAN BEBANTEN*

MANTRA :

OM ANG UNG MANG SERAYU PAWITRAM PARAMA SARASWATYAM TIGA JNANAM YA  NAMAH SWAHA

OM SRI DEWA DEWI SUKLA YA NAMAH SWAHA

AMBIL SEKAR *BRAHMA DIPA*

MANTRA :

OM OM OM SAMPURNA YA NAMAH

OM SANGHYANG SIWA NIRMALA JNANA MAKADI SANG HYANG TRI SUCI KEBANTEN KEANTEBAN AKURAMBYAM, KEATREM –ATREMAN KENA GINAMEL DENING WONG CAMAH KALE KETIKAN DENING ROMA, KALEKETIKAN DENING ODAK, KERARABAN KAIBERAN DENING AYAM, KELANGKAHAN DENING ASU, KACEKEL DENING WONG RARE, IKA TA KAPRATISTA DEN SANGHYANG EKA JNANA SUKLA, SIRA SANGHYANG JATI NIRMALA JNANA,

OM SUDHA SUDHA SUDHA ASTU, PARISUDHA ASTU, SUDHA AKASA SUDHA BUMI, SEDHA WIGNA, SUDHA MALA, SUDHA PAPA KLESA KASUDHA DEN SANGHYANG TRI LOKA NATHA,

OM SIDHIRASTU TATASTU ASTU SWAHA.

 

AMBIL SEKAR *GANGGA ASTAWA*

MANTRA :

OM GANGGA MUNCAR SAKING WETAN TINI NGALAN
TELAGA NOJA JAMBANGAN NIRA SLAKA TINAN CEBAN
TUNJUNG PUTIH. PADYU SANIRA DEWA ISWARA PANGI
LANGANING SARWA ROGA MOKSAH  ILANG.

OM GANGGA MUNCAR SAKING KIDUL. TININGGALAN TELAGA
NOJA. JAMBANGAN NIRA TEMAGA. TINANCEBAN TUNJUNG
BANG. PADYU SANIRA DEWA BRAHMA. PANGI LANGANING
SARWA WIGNA MOKSAH ILANG.

OM GANGGA MUNCAR. SAKING KULON. TININGALAN TELAGA NOJA. JAMBANGAN NIRA MAS. TINANCEBAN TUNJUNG KIUNING. PADYU SANIRA DEWA MAHA DEWA PANGILANGANING SARWA KLESA MOKSAH ILANG.

OM GANGGA MUNCAR SAKING UTARA. TININGALAN TELAGA NOJA. JAMBANGAN NIRA WESI. TINANCEBAN TUNJUNG KRESNA. PADYU SANIRA DEWA WISNU PANGILANGANING SARWA PAPA PATAKA MOKSAH ILANG.

OM GANGGA MUNCAR SAKING MADYA. TININGALAN TELAGA NOJA. JAMBANGAN NIRA MANCA WARNA. TINANCEBAN TUNJUNG MANCA WARNA. PADYU SANIRA DEWA SIWA PANGILANGANING SARWA DASA MALA MOKSAH ILANG.

OM DEWA SIWA WENANG ANGLUKAT. ANGLEBUR DASA MALA, KENA GINAMEL WONG CAMAH. KALEKETIKAN DENING ROMA. KAIBERAN DENING AYAM KELANGKAHAN DENING SONA, MENAWI KARARABAN DENING ATUKU RING PASAR YA TA KAPRASTISTA DENING SANGHYANG TRI MURTI SANGHYANG EKA TAN HANA CUNTAKA. SIRA SANGHYANG SUCI NIRMALA JNANA. MAKADI SANGHYANG LUIRING BEBANTEN.

OM SRI YA WE NAMU NAMAH SWAHA.

 

*TIRTA PAMARISUDHA BEBANTEN* :

MANTRA :

OM GANGGA RANU TOYA BANAM SUKLA DEWA PASRIRAM SARWA KARYA PRATISTANAM

OM PRANA SIWA TIRTA YA NAMAH SWAHA

OM BHUR BHUAH SWAH SWAHA MAHA GANGGA YA TIRTHA PAWITRANI SWAHA

 

AMBIL BUNGA / SEKAR

MANTRA :

OM ASUNG SERDHAM DEWA SAKTI PAKULUN MALINGGA MARING GUNUNG AGUNG, GUNUNG LEBAH DEWA SAMI NGAMIJILANG TIRTHA PABERSIHAN DANU TREBESAN TELAGA WAJA, PANGLUKATAN GUNUNG MANIK SIKU RING SEGARA, PADUKA DEWA ANGLUKAT ANGLEBUR MALA ATURANING JATMA MANUSA RING LEMAH. KARARABAN AKARAMIAN RING KAHYANGAN SAKTI MOKSAH ILANG MAMPEH MARING  WETAN KIDUL KULON LOR MADYA, TUMIBA KATENGAHING SAMUDRA MAJOLIHAN WASTU SIDHIRASTU YA NAMAH SWAHA.

 

UTPATI BHATARA :

MANTRA :

OM I BA SA TA A OM, YA NA MA SI WA

OM MANG UNG ANG

 

STITHI BHATARA :

MAMNTRA :

OM SA BA TA A I OM NA MA SI WA YA

OM ANG UNG MANG

OM SANG BANG TANG ANG ING NANG MANG SING WANG YANG OM….

NGASTAWA SANG HYANG OM KARA MRTHA MARING TIRTHA

MANTRA :

OM OM DEWA PRATISTA YA NAMAH

OM MANG SIWA SADASIWA PARAMASIWA AMRTHA YA NAMAH SWAHA

 

NUNAS PASUPATINING TIRTHA RING PANCA DEWATA

MANTRA :

OM PASUPATI ASTRA  BAJRA YUDAYA AGNI RASYA PAYA PURWA MUKA DESA SETANA YA

OM PASUPATI YA UNG PAT

ONG SANG ISWARA SUDA YA NAMAH

 

OM PASUPATI ASTRA GADHA YUDAYA AGNI RASYA PAYA DAKSINA MUKA DESA SETANA YA

OM PASUPATI YA UNG PAT

ONG BANG BRAHMA SUDA YA NAMAH

 

OM PASUPATI ASTRA PASAH YUDAYA AGNI RASYA PAYA PASCIMAA MUKA DESA SETANA YA

OM PASUPATI YA UNG PAT

ONG TANG MAHADEWA SUDA YA NAMAH

 

OM PASUPATI ASTRA CAKRA YUDAYA AGNI RASYA PAYA UTTARA MUKA DESA SETANA YA

OM PASUPATI YA UNG PAT

ONG ANG WISNU SUDA YA NAMAH

 

OM PASUPATI ASTRA PADMA YUDAYA AGNI RASYA PAYA MADYA MUKA DESA SETANA YA

OM PASUPATI YA UNG PAT

ONG ING SIWA SUDA YA NAMAH

(TELAS SAMPUN INGGIAN NUNAS PENGLUKATAN)

TUTUP ANTUK PETANGANAN

SANE MANGKIN SIRATANG KE AJENG TIRTHA SANE TUNAS !

 

 

MANTRA :

OM PRATAMA SUDHA, DWITYA SUDHA, TRITYA SUDHA, CATURTI SUDHA, PANCAMI SUDHA, SADMI SUDHA, SAPTAMI SUDHA SABDA

OM SUDHA SUDHA SUDHA WARE WASTU TAT ASTU ASTU SWAHA

 

(LANJUT AYU WERDHI)

MANTRA :

OM AYU WERDHI YASA WERDHI, WERDHI PRADNYAN SUKA SRIAH, DHARMA SENTANA WERDHISCA SANTUTE SAPTA WREDAYAH

YATA MERU SETITO DEWAH, YAWAT GANGGA MAHA TALA CANDAKA GAGENA TAWAT TAWAT TWAM WIJAYA BAWET

OM DIRGAHAYU ASTU TAT ASTU ASTU

OM AWIGNAM ASTU TAT ASTU ASTU

OM SUBAM ASTU TAT ASTU ASTU

OM SRIAM BAWANTU

OM SUKAM BAWANTU

OM PURNAM BAWANTU

SAPTA WERDHI ASTU YA NAMAH SWAHA

 

MESAPAAN LIS :

MANTRA :

OM PAKULUN PANGADE GANING JANUR KUNING SIWA RINING GITANG GURU TURUN UTUSAN HYANG DEWA BHATARA KALA BETANING SARWA DEWATA MANGILANGAKEN MALA PAPA PATAKA GELEH SARIRANIA

OM SIDHIRASTU NAMA SIWAYA (RARIS  NGETAS LIS)

 

NGADEGANG LIS :

MANTRA :

OM PEKULUN MANGADEG SIRA JANUR KUNING TUMURUN DEWA SIWA ANGADEG AKEN LIS, BUSUNG MEREKA MARINGGIT, WINASTU DENIRA DEWA SIWA MAERON SARWANING LALUWES, MAWOH RATNA KOMALA WINTEN, MAWAT MAS TAN PATUNA, YA TA ENG GONAN HULUN ANGILANGAKEN LETEH LETUH KASUDA DENERA DEWA SIWA WASTU PARIPURNA YA NAMAH SWAHA.

 

PEPASPAAN SEGAU

MANTRA :

OM SAJNANA ASTA  SASTRA (OM NAMO NARAYANAYA) MPU SARINING WISESA, TEPUNG TAWAR AMUNAH AKEN, SEGAU ANGLUARAKEN SAKWEHING SEBEL KANDEL LARA ROGA BAKTANMU

 

PASPAAN SAYUT SUDAMALA

MANTRA :

ONG, ANG, UNG, MANG, AH, SANGHYANG PARAMA WISESA ANYUDA MALA DENING SARINING SAYUT SUDA MALA SALUWIRING BEBANTEN

OM YA NAMAH SWAHA

 

PESAPAAN SAYUT DURMANGALA

MANTRA :

OM PAKULUN SANG KALA PURWA, SANG KALA PRAJA MUKA, SANG BHUTA PRETA, SANG KALA NGULALENG, AJA SIRA PATI RARO GANI, AJA SIRA ILIK SILI GAWE IKI TADAH SAJINIRA, PENEK LAWAN TRASI BANG, IKI JINAH SATAK LIMA LIKUR LAWA SATUKEL MANAWI KIRANG TETADAHAN NIRA TUKUNEN SIRA  RING PASAR AGUNG AJAKEN SANAK SIRA RUANG SIRA ANAK PUTUN SIRA NDAH LUNGA KARIGAN KABEH AMARAH DESA AJA SIRA KARI RING KENA DEN KEDEP SIDHIRASTU PANGASTU DANG GURU ISWARA

OM KALA VHYO BOKTAYA NAMAH SWAHA

OM KALA BHUTA BOKTAYA NAMAH SWAHA

OM KALA DURGA BOKTAYA NAMAH SWAHA

OM KALA PISACA BOKTAYA NAMAH SWAHA

 

 

PESAPAAN SAYUT PRAYASCITA

MANTRA:

OM I BA SA TA A SARWA MALA PRAYASCITA YA NAMAH

OM SA BA TA A I SARWA PAPA PETAKA LARA ROGA WIGNA PRAYASCITA YA NAMAH

OM A TA SA BA I SARWA KLESA DASA MALA GELEH PATE LETEH PRAYASCITA YA NAMAH

 

(MALIH PETANGAN ASTRA MANTRA )

èSANE MANGKIN RARIS MELIS-LIS NGELUKAT BEBANTEN SAMI, SEDURUNG NGASTAWA BAKTI KATUR RING AJENG SAMI PINIH RIIN NGELARANG (PENUGRAHAN DEWA SIWA RING IDEP

 

MANTRA:

OM ANG UNG MANG SIWA SADA SIWA PARAMA SIWA SABDA BAYU IDEP SUDDHATA NIRWIGNA YA NAMAH

OM SIDHI SWAHA YA NAMAH

OM SAH WOSAT PRAYOGA YA NAMAH SWAHA

 

DEWA MALINGGA RING BAUNTA TENGEN DEWA SADA SIWA MALINGGA RING BAUNTA KIWA, DEWA PARAMA SIWA MAUNGGUH RING SIWA DWARANTA, PADA NYUKSMA RING RAGA SASRIRANTA, KABEH TUNGGAL SIRA APUPUL KABEH AMUNGGUH RING TUNGTUNGIN PAPUSUH IKA NGARAN RING TUNGTUNGING MERU CANDI PRASADA IGUNUNG AGUNG RING SARIRA, UMAWAK OM KARA IRIKA PURA KAHYANAGAN DEWA YAN RING SARIRA

MANTRA :

OM ANG UNG ANG, UNG MANG ANG AH OM… (TELAS)

 

 

 

 

 

*NGATURANG PANCA SEMBAH NGERAGA*

MALIH MAPETANGAN

PUJA PRANAMIA

MANTRA :

OM PRANAMIA SANG LINGGAM DEWA LINGGA MAHE SWARAM, SARWA DEWATA DEWATI DEWANAM TAS MALINGGA YA WE NAMAH

 

SURYA STAWA

MANTRA:

OM SURYA SELOKA NATASYA WARADA SYA SWARCANAM SARWANTAHTAYSA SIDANTEM, SUDANAYA SANTYASAM

OM ASITA MANDALA MERTYU SITALA SATRU NASANAM KAWI WISYA RAKTA TEJA SARWA BAWA BAWET BAWAT

 

PERTIWI STAWA

MANTRA :

OM PERTIWI SARIRAM DEWI CATUR DEWA MAHADEWI CATUR ASRAMA BHATARI, SIWA BUMI MAHA SIDHI

OM RING PURWA KSITI BASUNDARI SIWA PATNI PUTRA YONI UMA DURGA GANGGA DEWI BRAHMA BATARI WISNAWI

OM MAHEWARI HYANG KUMARI GAYATRI BERAWI GAURI ARSA SIDHI MAHAWARI, INDRANI CAMBUNI DEWI

OM AKASA SIWA TATTWA YA NAMAH SWAHA

OM PERTIWI DEWI TATWA YA NAMAH SWAHA

 

NGATURANG ASEP

MANTRA :

OM ANG BRAHMA SANDYA NAMU NAMAH

OM UNG WISNU SANDYA NAMU NAMAH

OM MANG ISWARA SANDYA NAMU NAMAH

 

OM URU BURA DEWA BRAHMA DADI DEWA MAHADEWA ARENGIRA DADI DEWA WISNU MELEKETIK LELATUNIRA DADI DEWA RUDRA, KUKUSE DADI DEWA ISWARA, LELATU DEWA SENGKARA, KEMBANGING AWU DEWA SAMBHU, MELEPUGE DEWA MAHESWARA, AMBUNING ASEP MULIH RING DEWA BARUNA ANGADEG SIRA ABENAR RING MADYA MATEMAHAN SANGHYANG TAYA, AYOGA SIRA RING AKASA MERBUK ARUM SUGANDHA SIRA TERUS TEKENG SAPTA PETALA, PANYUK SAMANING GANDHA ARUM, SIRA MATEMAHAN SANGHYANG WIDYA DARA, WIDYA DARI.

SAMNGKANA DADIN DEWA BRAHMA, SANGKEP PADA DEWA RING AKASA, RING TELENGING AWUN-AWUN HANA MERU TUMPANG SOLAS, RING KANA HANA LINGGIH SIRA PADA DEWA BHATARA APUPUL UMAS TUNA SIDDHI RAHAYUNING JAGAT

OM SANG BANG TANG ANG ING NANG MANG SING WANG YANG

ANG UNG MANG OM…

 

OM RINAHUAN SARINING DUPA PURWA MANGISEP SARINING KUSUMA

OM RINAHUAN SARINING DUPA DAKSINA MANGISEP SARINING MENYAN

OM RINAHUAN SARINING DUPA PASCIMA MANGISEP SARINING CENDANA

OM RINAHUAN SARINING DUPA UTARA MANGISEP SARINING ASTANGGI GAHARU

OM RINAHUAN SARINING DUPA MADYA MANGISEP SARINING MENYAN PAMGGIL YATA PADA RINAHUAN SAHA GENTHA GENTI PINAKA SABDA DEWA BHATARA TINABUH RING KAHYANGAN PERNAH INGULUN AMUJAMUJA TURUN PADA DEWA BATARA KASANGA DENING DUPA WANGI ANUUT DALAM RIRIS ALIT YA TA MAKA SARIRAT PARAHYANG ANYAMBUHANG AMRTA PANGILANGANING SARWA PAPA KLESA LARA ROGANING JATMA MANUSA RING MERCAPADA

OM SRI DEWA YA NAMAH SWAHA

 

 

 

PUJA PRANAMIA

MANTRA :

OM PRANAMYA DEWA SANG LINGGAM SARWA BHUTA KALA SIRNAM PRANAMAYA SIWA SIWARTAM SARWA JAGAT PRAMO DITAM

 

NGUBENG NURUNANG DEWA BHATARA

MANTRA :

OM PURWA ISWARA BAJRASTRA DUPA GNEYAN MAHESWARA, DAKSINA BRAHMA GANDASTRA NERETYAM RUDRA MOKSALA, PASCIMA MAHA DEWA PASAH  AWAYABYA ANGKUS SENGKARA, UTARA WISNU CAKRASTRA, ERSA NYA SAMBU TRISULA, MADYA SIWA PADMA, MADYA SADASIWA CAKRA, URDAH PARAMA SIWA DWAJAM AKASA GURU TRISULA

 

OM ISWARA UMA DEWISCA MAHESWARA LAKSMI DEWI, BRAHMA SARASWATI DEWI, RUDRA SANTANI DEWI, MAHADEWA SANCI DEWI, SENGAKAR WARAHIDEWI, WISNU DEWA SRI DEWI, SAMBU DEWA UMA DEWI, SIWA DITYA CANDRA DEWI, SUNIA SIWATA PUJINAM, ARDHA NARESWARI LINGGAM, ARCANA YA NAMAH SWAHA

 

OM ISWARA PURWA DESANCA TEJOMAYA WETA RUPAM AMRTA JIWA YA SAMPURNAM SARWA JAGAT PRATISTANAM

OM OM PADMASANA YA NAMAH SWAHA (UTPATI) MANG UNG ANG NAMAH…

OM OM DEWA PRATISTHA YA NAMAH SWAHA (STITHI) ANG UNG ANG NAMAH…

OM SANG ISWARA SWETA WARNA YA NAMAH SWAHA

OM BRAHMA DAKSINA DESANCA TEJO RAKTA MAHA RUPANA AMRTA RAKTA YA SAMPURNAM SARWA JAGAT YA WICITRAM

OM OM PADMASANA YA NAMAH SWAHA (UTPATI) MANG UNG ANG NAMAH

OM OM DEWA PRATISTA YA NAMAH SWAHA (STITHI)  ANG UNG MANG NAMAH

OM BANG BRAHMA RAKTA WARNA YA NAMAH

OM MAHADEWA PASCIMA DESANCA TEJA PITA MAHA RUPAM, AMRTA PITAYA SAMPURNAM SARWA JAGAT PRATISTANAM.

OM OM PADMASANA YA NAMAH SWAHA (UTPATI) MANG UNG ANG NAMAH

OM OM DEWA PRASTITA YA NAMAH SWAHA (STITHI) ANG UNG MANG NAMAH

OM TANG MAHADEWA PITA WARNA YA NAMAH SWAHA

OM WISNU DEWA UTARA DESANCA TEJO KRESNA MAHA PUPAMA AMRTHA KRESNA YA SAMPURNA SARWA JAGAT YA WICITRAM

OM OM PADMA SANA YA NAMAH SWAHA (UTPATI) MANG UNG ANG NAMAH

OM OM DEWA PRATISTA YA NAMAH SWAHA (STITHI) ANG UNG MANG NAMAH

OM ANG WISNU DEWA KRESNA WARNA YA NAMAH SWAHA

OM SIWA DEWA MADUYA  DESANCA TEJO WISYA MAHA RUPAM AMRTHA WISWA YA SAMPURNA, SARWA JAGAT PRATISTANAM.

OM OM PADMASANA YA NAMAH SWAHA (UTPATI) MANG UNG ANG NAMAH

OM OM DEWA PRATISTA YA NAMAH SWAHA (STITHI) ANG UNG MANG NAMAH

OM ING DEWA SIWA WISWA WARNA YA NAMAH SWAHA

 

NGASTAWA RING PADA DEWA BHATARA SAMI

MANTRA :

OM HYANG HYANG HYANG SANGHYANG AYU ASIHA RING PINAKEN HULUN SIRA HYANG SINUHUN HASUNG NUGRAHA RING SAPULA PALI PANGILEN ILEN PADAN SIRA SANGHYANG SAMANGKANA PWAHULUN INA NUGRAHAN DEN SIRA SANG HYANG PASUPATI IDA MALINGGIH RING PUCAKING GUNUNG MAHA MERU RING JAMBUDWIPA MANGKE IDA KENAK TUMURUN RING KAHYANGAN ING KENA

OM ANG YA NAMAH SWAHA SA BA TA A I NA MA SI WA YA…

 

NGATURANG PASUCIAN

MANTRA:

OM PAKULUN HULUN AMINTA ASIH NUGRAHA RING PADAN SIRA DEWA BHATARA SAKTI, MANUSAN DEWA BHATARA ANGATURAKEN SARI PAMENDAK, PASUCENAN SECARIK SUSUR  KRAMAS LENGA WANGI MADULURAN WASTRA SAPURADEG MAKA TIGASAN DEWA BHATARA SINAMIAN MIWAH TOYA PAWITRA PAWASUHAN TANGAN SUKU PANGRARATAN RING PADA DEWA BHATARA

OM TOYA GANGGA PAWITRANI YA NAMAH SWAHA

OM PANG PADYARAGA CAMANAM YA NAMAH SWAHA

OM CANG CAMAMAM SUDHA YA NAMAH SWAHA

 

NGATURANG TOYA RAUP

MANTRA :

OM SIWA SUDHAMAM SWAHA

OM ANG PARAMA GANGGA TIRTHA YA NAMAH

OM OM  PAWITRANI SWAHA

OM OM DEWA BHATARA SAMPURNA YA NAMAH

 

NGATURANG KUKUS ARUM

MANTRA :

OM SRYAM BHAWANTU YA NAMAH SWAHA

OM SUDDHAM BAWANTU YA NAMAH SWAHA

OM PURNAM BAWANTU YA NAMAH SWAHA

ANG UNG MANG OM DEWA BATARA SARIRA GANA PURA WANGI

OM ANG BRAHMA AMRTA YA NAMAH

OM HYANG HYANG HAYANG  SUKLA PARIDUHA YA NAMAH SWAHA

OM ANG BRAHMA SUKLA PARISUDHA YA NAMAH SWAHA

OM NAMA SIWA YA PAKULUN PADUKA DEWA BHATARA SAMODAYA SINIWI, MAKA PANGGUL UNING JANANA PAPA HULUN NGATURAKEN PANGRESIKAN MAKA PASUCEN DEWA BHATARA SUANG SUANG MASADANA CATUR  KUMBA MUANG CANGKIR CATUR WARNA LAWAN KAKOSOK KAKERIK JAMAS PADYUSAN DEWA BATARA SAKTI

OM SIDHIRASTU TAT ASTU YA NAMAH SWAHA

 

ATURIN TOYA :

  • OM TOYAM SAMARPAYANI RING LEBU SERANA DWYAYA (JANG)

ATURIN SEKAR

  • OM PUSPAM SAMARPAYAMI RING SUKU KALIH (ANG)

ATURIN MIIK-MIIKAN

  • OM GANDAM SAMARPAYANI RING BAGA PASTA (ING)

ATURIN BERAS

  • OM KSATAM SAMARPAYANI RING HRDAYA (UNG)

ATURIN DUPA

  • OM DUPAM SAMARPAYANI RING CAKSUTANEM (ENG)

 

NGADEGANG BHATARA RING BANTEN SUCI

MANTRA :

OM MAMA SIWA YA TAN KALASETAM TULAH KELAWAN CAPIK MUANG PEMIDI, MOGA LUPUTRA RING LARA ROGA MUANG WISNA HULUN MINTA SIH NUGRAHA RING DEWA BATARA HULUN AMUJA RING PADA PADUKA DEWA BATARA

 

NGASTAWA SUCI

MANTRA :

OM KURUSYA MAHA WULACER KERTANJALA MAHA PADMA HYANG DEWA SAHA PUSPA LINGGA PADANING HYANG WULACEK SANGHYANG WISESA SARWA RSI SIRA MAKENDI MANIK KENCANA SANG KASUHUN DEWA KALA SAKTI, PAKUNDANG DEWA GANA PATI LENGA SANG KORSIKA TASIK DEWA GANA SAKTI, PISANG DEWA KUMARA, SASURUH DEWA WISNU,  APUHE DEWA BRAHMA, PELAUS DEWA MAHA DEWA,  PELAWA DEWA SIWA,  DEWA SAMBHU SIRA RING BURAT, DEWA RUDRA MAKA CARU,  BEBANTEN SANGHYANG SUKLA PAKSA, SAJENG SANGHYANG BESA WARNA, ULAME DEWA BARUNA, LELAWUH DEWA MAHESWARA, SADRASA MAKA IMBUHAN, SADANA PINAKA ARTA, BATARA SUCI NIRMALA MANGICENIN SARWA SARI,  SARINING SUNYA NIRMALA,  PUJA SANGHYANG DARMA, NGUNI WEH JAGAT WISESA, AKASA LAWAN PERTIWI, RADUTYA LAWAN CANDRA, SANG HYANG TUNGGAL LAWAN PUJA, SANGHYANG PRAMANA SARINING JAGAT, ASTU DENIRA SANG HYANG LOKA NATA SAMA SAMPURNA YA NAMAH.

 

NGASTAWA DEWA IDER BHUANA PANGIRING SUCI

MANTRA :

OM ISWARA PURWANTU DEWA GIANTU MAHESWRA BRAHMA DAKSINANTU DEWA NERITYAMTU RUDRA DEWA PASCIMANTU MAHADEWA AWAYABYAMTU SENGAKARA DEWA, UTARANTU  WISNU DEWA,  ERSANYANTU SAMBHU DEWA, MADYA SIWA DEWAM, MADYA SADASIWA DEWAM, URDAH PARAMA SIWA DEWAM, SARWA DEWA MUKTYANTO

OM OM HYANG SRI DEWA DEWI MAHA AMRTA PASUPATAYA NAMAH SWAHA.

 

NGADEGANG DEWA NYATUR BHUANA

MANTRA :

OM ANG BRAHMA RAKTA WARNA SARASWATI DEWYA BYO NAMAH SWAHA

OM UNG WISNU KRESNA WARNA SRI DEWYA BYO NAMAH SWAHA

OM MANG ISWARA SWETA WARNA UMA DEWYA BYO NAMA SWAHA

OM OM RUDRA PITA WARNA DURDHA DEWYA BYO NAMAH SWAHA

OM OM SRI GURU JAGAT PARIKE BYO NAMAH SWAHA

OM ANG UNG MANG SIWA NATA WARNA GIRI PUTRI DAMPAT YA NAMAH SWAHA

(MALIH MAPATANGAN)

 

 

NGATURANG ASEP

MANTRA :

OM ANG BRAHMA SANDYA NAMU NAMAH

OM UNG WISNU SANDYA NAMU NAMAH

OM MANG ISWARA SANDYA NAMU NAMAH

 

NGASTAWA BANTEN PIODALAN

MANTRA :

OM KARA DHYANTA SANG RUDRAM

GUHYAM SAKTI PRADI PANAM

TARPANA SARWA PUJANAM

PRASIDDYANTU ASTI SIDHANAM

SAKARAM NYAM MAHA AMRTHA

OM KARA CANDRAM MUYATE NAMAH

NAMAH MADHA OM KARA AMRTA

BOKTAYET  DEWA SAMPURNA

OM HYANG AMUKTIAKEN SARI

OM HYANG PRATAMA HYANG

BAMA HYANGATINGGALA SARI AMRTA HYANG

OM SIDHI HYANG ASTU YA NAMO NAMAH SWAHA

OMKARAM DIPANAM MANTRAM

OM KARAM TISNA MEWACA

OM KARAM MANTREM NAYAKAM

OM KARAM DEWA RASYANAM

DEWARCANA OM KARAM MANTRAM

DEWA SYANCA NUGRAHAKAM

ANTYESTI DEWA HEWANCA

ANTYESI DEWA TARPANAM

BAKTRATO OM KARA MANTRAM

OM KARA SARWA BUPANAM

SARWA TEJO WAINAM SARAM

SARWA MAMA LOKA PUJIANAM

 

NGASTAWA SOROAN

MANTRA :

OM PAKULUN IDA BHATARA PERTIWI AKASA IKANG KERTA IKANG KERTI BHUANA, ADULURAN BAKTI RING GUNUNG MAHA MERU PRAPTA RING MAJA PAHIT, RING GUNUNG AGUNG, GUNUNG LEBAH TELAGA, SAKTI BATARA PURUSYA ADNYANA NING MURTI,  RING AKASA, RING PANCA RESI PANCA AGUNG,  PAKULUN BHATARA MAHA DEWA DEWI YANA NING SAKTI AKUMPUL, SIRA KABEH DENING, BHATARA PASUPATI,  ALINGGA TUMURUN A NAK IDA RATU SANG HYANG PUTRAN JAYA MUKTI NING MAS PAHIT HYANG MAHA DEWA DEWI GANYA HYANG TRI LOKA IKI SAKWEHING BAKTI ICA IRATU KANG SINAMPURA ALINGGA TUHU SAKTI.

 

ATURANG PERAS

MANTRA :

OM EKA WARA, DWI WARA, TRI WARA, CATUR WARA, PANCA WARA PURWA PERAS PRASIDDHA SIDHI RAHAYU

OM SIDDHIRTASTU NAMAH SWAHA

 

NGASTAWA PENJAYA JAYA PIODALAN

MANTRA :

OM DIRGAYUR BALA WERDHI SAKTI KARANAM MRTYUMJAYA SASWATAM ROGHA DIKSAYA KUSTA DUSTA KALUSAN, CANDRA PRABHA BASWARAM SWETAMBO RUAKARNIKA PARI GATAM DEWA SUREH PUJITAM MRTYU KRODHA BALA MAHA KRETANAM

TWAN WANDAYA WARA DAYA BAKTI SARANAM PRAPYAM MAHA PRASTUME SHANTA SARWA GATAM, NIRANTAM BAWAM BUTATMA NIRGUNAM SRADHA BAKTI KRETA WIMUKTAH KARANAM WYAPTAN JAGAT DARANAM MOLIH BANDHA KIRITYA KUNDALA DHARAM CETANIYAN DUSTA KASAYAM

OM JAGAT NATHA DEWA YA NAMAH

OM SURYA CANDRA YA NAMAH

OM ANG UNG MANG  SARASWATI AMRTHA YA NAMAH SWAHA

(MALIH MAPETANGAN)

 

NGASTAWA PEBANGKIT

MANTRA :

OM DURGHA BUCARYA NAMAH SWAHA

OM KALA BUCARYA NAMAH SWAHA

OM BHUTA BUCARYA NAMAH SWAHA

 

SANG DREMBA MOHA AMANGAN SIRA RING PAJAGALANSANG KALA WISAYA AMNGAN SIRA RING PAJEDEN SANG KALA NGADEG AMANGAN SIRA RING JALAN AGUNG SANG KALA KATUNG AMANGAN SIRA RINU PASAR PADA AMUKTI SARIYA SIRA WUSASTRA AMUKTI SARI, MANTUK SIRA RING RAGA WARUNANING SNAG ADRUWE KARYA, ATULUNG SIRA RING RAHAYU

SANG BANG TANG ANG ING NANG MANG SING WANG YANG

ANG UNG MANG

 

NGASTAWA GELAR SANGA

MANTRA :

PAKULUN SANG BHUTA DENGEN INGON INGON SANG HYANG PASUPATI, SIRA SANG BHUTA DANG DANG, SANG BHUTA BRAHMA, SANG BHUTA PUTIH, BHUTA JANGGITAN ARAN SIRA SANG BHUTA BANG BHUTA LANGKIR ARAN SIRA,  SANG BHUTA KUNING BHUTA LEMBU KANYA ARAN SIRA, SIRA SANG ANGILA NGAKEN  BHUTA SANGA, IKI MENE MAKA BUKTIN NIRA, SEGA SEWAKUL ULAM KARANGAN MUANG BALUNG GAGENDING, INGDUPAN ANTIGANING SARWA ANYAR SAJENG SAGUCI ENAK PADA AMUKTI   YASA SIRA SUANG SUANG MENAWI WENTEN  KIRANG WENTEN LUPUT PUNIKA PAMUPUTNYA 8 JINAH SATAK LIMANG LIKUR SAMPUN TAN HANA SERDAH, SINAMPURA SIRA RING SANG ADRUWE KARYA AYU SUNGANA TA SUKA SADYA RAHAYU PARIPURNA

 

MUKTYANG PEBANGKIT MUANG GELAR SANGA

MANTRA :

OM BHUKTYANTU DURGA KATARA

BHUKTYANTU KALA MEWACA

BHUKTYANTU SARWA BHUTANAM

BHUKTYANTU PISACA SANGUNAM

*RARIS METABUH !

OM SERDAH SERDAH ROBYO NAMAH

AMO AMRTANGGA ROBYO NAMAH

OM HRIH KACARIK CARU KE ROBYO NAMAH SWAHA

 

NGATURANG PENGAKSAMA

MANTRA :

OM KSMA SWAMAM MAHA DEWA

SARWA PRANI HITANGKARA

MAM MOCA SARWA BHUTABYAH

MANADI HYANG NAMAH SWAHA

OM SAMASAHASTA MAHA DEWI

BHERAWI PRETA BAKSINI

BAGAWATI TUATASYA DURGHA DEWA TUTASYA

SAKALAM NISKALAM SATTWAM RODRATAM SOMYA

DARAYET TASYA WADUSYA DURGHE

BAGAWATYA NAMO NAMAH SWAHA

(MALIH MAPATANGAN)

 

 

 

MUKTYANG BAKTI RING SURYA

MANTRA :

OM ADITYA SYA PARAM JYOTIR RAKTA TEJA NAMO STUTE

SWETA PANG KAJA MADYASTE

BHASKARA YA NAMAH STUTE

 

MUKTYANG BAKTI PIODALAN RING DEWA (CATUR PAMUKTIAN)

MANTRA :

OM DEWA MUKTI MAHA SUKAM

BOJANAM PARAMA MRTAM

DEWA MUKTI MAHA TUSTAM

BHAKTA PALA KSATA YA NAMAH

 

OM DEWA DEWA MAHA SIDDHAM YAJNIKANAM PALAM IDEM LAKSMI SIDHISCA DIRGAHAYUR NIRWIGNA, TU SUKHAK RTI ADYAME SAPHALAM BUKTAM, ADYA ME SAPHALAM TAPAH, ADYA ME SAPHALAM JNANAM, TATAH PUNIAM SURESWARA

OM PUJITAM PARAMAM DIWYAM DUPA DIPA NI WEDYAMCA, SARWA APHALAM  PAYASAN AM MUD GALAMTAMBULAN SAPI, BOJAYED DEWATI DEWAH, SESWARI CA WARA PRADAH PRAYUNAM NA SAM SAYET, MARAN NEKATWA MURTHI PARIPURNAM

OM BUKTHYANTU SARWA TU DEWA, BUKTYANTU SRI LUKA NATAH, SAGANAM SAPARIWARAM SWARGA  SADA SI DASAH

OM DEWA BOKTRA LAKSANA YA NAMAH

OM DEWA TREPTI LAKSANA YA NAMAH

 

NGATURANG PASEGEHAN

MANTRA :

OM SANG KALA EKA WARA, SANG KALA DWI WARA, SANG KALA TRI WARA, NAWED MANUSAN NIRA ANGATURAKEN PASEGEHAN IKI TADAH SAJIN NIRA  RING JENG SANG KALA KABEH, MANUTA TAN KETAMAHAN SISIP RING SANG KALA TIGA, WUS KITA AMUKTI KEGEHAM MANTRA TE KITA RING GENAH SUANG SUANG AYWAKTA RING MERCAPADA APAN INGULUM IKANG MANUSA NGERASTITI DEWA.

(RARIS METABUH)

OM IBEK DANU, IBEK SEGARA, IBEK TA PRAMANAN INGULUN

OM POMA POMA POMA

 

MALIH MAPATANGAN

 

*NGATURANG PENGAKSAMA*

MANTRA :

OM KSAMA SWAMAM MAHADEWA

SARWA PRANI HITANGKARA

MAMOCA SARWA PAPEBYAH

PALAYA SWA SADA SIWA

 

OM PAPO HAM PAPA KARMAHAM

PAPATMA PAPA SAMBAWAH

TRAHIMAMPUN SARWA PAPE BHYAH

KENACID MAMARAK SANTU

 

OM KSANTAWYA KAYIKA DOSAH

KSANTAWYA WACIKA MAMA

KSANTAWYA MANASO DOSAH

TAT PRANADAT KSAMA SWAMAM

 

OM HINAKSARA HINA PADAM

HINA MANTRA TAT TAIWACA

HINA BHAKTI HINA WERDHI

SADASIWA NAMO STUTE

 

OM MANTRA HINA KRYA NAM

BHAKTI HINA MAHESWARAH

YAT PUJINTA MAHADEWAH

PARIPURNAM TADASTUME

 

NGASTAWA BASOKAN / PENGODOG

MANTRA :

OM PAKULUN IKI IKANG MANUSA ANGATURAKEN IKANG PENGOPOG SARWA DAGING PASAR LENDA SABUNGKUL LAWIS SATUKEL, JINAH SATAK BOLONG BERAS CATU MONURAT, MENAWI KIRANG LANGKUNG ATURAN MANUSA, KATUR RING BHATARA SAMI OM SIDHIR ASTU YA NAMAH SWAHA

 

NGATURANG PERAS PRASIDHA IKANG YADNYA

MANTRA             :

OM KARA, MUKTAYET SARWA PERAS PRASIDAM SUDA YA NAMAH SWAHA, ANG, UNG, MANG. OM SADA PERAS SUDHA YA JNANAM SARWA MIKET SATWE YA NITYAM ANG, AH.

TELAS TUTUP ANTUK PETANGAN

MANGKIN PUSPAYANG ANTUK PANCA SEMBAH

SEMBAH PUYUNG

MANTRA             :

OM, HUNG HRAH PAT ASTRA YA NAMAH. ATMA TATWAT MA

SUDHAMAM SWAHA

 

SEMBAH RING SIWA RADITYA (SRANA SEKAR)

MANTRA             :

OM ADHITYA SYA PARAM JYOTIR RAKTA TEJA NAMO STRITE, SWETA PANG

KAJA MADHYASTA BASKARA YA NAMO STUTE. OM PRANAMYA

BASKARAM DEWAM SARWA KLESA WINA SANAM PRANAMYA SIWA

SIWARTAM MUKTI-MUKTI WANA PRANAM.

OM, HRANG, HRING SAH PRAMA SIWA RADITYA YA NAMAH SWAHA

 

SEMBAH RING BHATARA KAWITAN (SRANA KWANGEN)

MANTRA             :

OM AKASA NIRMALA SUNYAM GURU DEWA BYO MANTRAM SIWA NIRBAWA WIRYANA REKA KARA WIJAYAM. OM DEWA DEWA TRI DEWANAM TRI MURTI TRI LINGGANAM TRI PURUSHA SUDA NITYAM SARWA JAGAT JIWAT MANAM. OM GURU DEWA GURU RUPAM, GURU MADYAM, GURU PUWAM, GURU PANTARAM DEWAM, GURU DEWA SUDA NITYAM. OM, BRAHMA WISNU ISWARA. JIWAT MANAM TRI LOKANAM. SARWA JAGAT PRATISTANAM SUDA KLESA WINA SANAM.

 

SEMBAH RING BHATARA SAMODAYA (SRANA SEKAR)

MANTRA             :

OM ANUGRAHA MANOHARAM DEWA DATHA NUGRAHAKEM HYARCANAM SARWA PUJANAM NAMA SARWA NUGRAHAKEM. OM DEWA DEWI MAHASIDHI YADNYA WARTAM PALAM IDEM LAKSMI SIDHISCA DIRGAYUH NIRWIGNA SUKA WERDHITAM. OM AYU WERDHI YASA WERDHI, WERDHI PRADNYA SUKA SRYAH, DARMA SENTANA WERDHISCA, SANTUTE SAPTA WERDAYAH. YATA MERU STETO DEWAM. YAWAT NGANGGA MAHA TALA. CANDRARKO GAGANA TAWAT. TAWAT TWAM WIJAYAM BAWET.

 

SEMBAH PUYUNG

MANTRA             :

OM KSAMA SWAMAM MAHA DEWA, SARWA PRANI HITANG KARAH,

MAMOCA SARWA PAPEBYAH, PALAYASWA SADA SIWA, PAPA HAM PAPO

KARMAHAM, PAPAT MA PAPA SAMBAWAH, TRAH IMAM SARWA

PAPEBYAH, KANACID MAMARAKSAMTHU. KSANTAWYA KAYIKA DOSAH,

KSANTAWYA WACIKA MAMA, KSANTAWYA MANASO DOSAH, TAT

PRAMADAT KSAMA SWAMAM. OM DEWA SUKSMA PARAMACINTYA YA

NAMAH SWAHA. OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM.

 

 

 

 

*NGASTAWA NYINEB IDA BHATARA*

NYUCIANG ANGGA (PATEH KADI AREP)

NUNAS PENGLUKATAN

NGLUKAT BANTEN

PUJA PRENAMIA

NGATURANG ASEP

NGASTAWA BANTEN SUCI

MUKTYANG RING DEWA

NGASTAWA PENYINEB

MANTRA             :

OM ANG ANG GIRI PATI WANDE LOKA NATHA JAGAT PATI DANESAM

KRANA KARANAM SARWA GUNAM MAHAYUSAM. OM MAHA RUDRAM

MAHA SUDAM SARWA ROGA WINASANAM. OM PURWA ISWARA UMA

DEWISEA GENIAN MAHESWARA LAKSMI DEWI, DAKSINA BRAHMA

SARASWATI DEWI, NRTYAM RUDRA SANTANI DEWI, PASCIMA

MAHADEWA SANCHI DEWI, AWAYARYAM SANGKARA WARAHI DEWI,

UTARA WISNU SRI DEWI, ERSANIA SAMBU UMA DEWI, MADYA SIWA

SAWITRI GAYATRI UMA TATWA MAHA DEWISCA.

OM ANG, UNG, ANG, AUNG, ANG, UNG, ANG, UNG, MANG.

OM SA, BA, TA, A, I, NA MA, SI, WA, YA. OM SRI DEWI YA NAMAH SWAHA

 

RARIS METABUH

PEMERELINAN BEBANTEN

MANTRA             : OM INDAHTA KITA SANG DWIPADA SAKING PURWA DESA SINANGKANTA.

PAMULIHA TA KITA MARING PURWA DESA, HYANG ISWARA DEWATANTA.

ONG SANG LINGGANTA. UMANIS PANCA WARANTA YAN KITA MEWALI

MANADI KITA PANDITA SAKTI ANGAWA DARMANING PANDITA YAN

LANANG BAGUS MAPEKIK. YAN ISTRI LINTANG KALISTAAYU. TUTUR AWAY

LUPA ENGET AYWALALI YAN RITEKANING KEPATINTA SAGUNA KAYANTA

ATURANA KENA RING MAMI. APAN HULUN AMANTUKA KENE RING KITA.

OM SANG SADYA YA NAMAH SWAHA.

INDAH TA KITA CATUR PADA, SAKING DAKSINA DESA SINANGKANTA,

PAMULIHA KITA MARING DAKSINA DESA HYANG BRAHMA DEWATANTA.

BANG NAMAH LINGGANTA. PAING PANCA PARANTA. YAN KITA MEWALI

MANADI SANG KESATRYA. KEKEH PAGEH SIRE RING YUDA. TAN ALAH

DENING SATRU, TAN KERANJINGAN SARWA LELANDEPAN. YAN LANANG

MAPEKIK YAN ISTRI KALISTA AYU. TUTU AWAY LUPA INGET KITA AWAY

LALI, YAN RITEKANING KAPATIANTA SAGUNA KAYANTA ATURAKNA RING

MAMI APAN INGULUN AMANTUKAKNA IRI KITA. OM BANG BAMA DEWA

YA NAMAH.

INDAH TA KITA CATUS PADA, SAKING PASCIMA DESA SINANG KANTA.

PAMULIHA KITA MARING PASCIMA DESA. HYANG MAHADEWA

DEWANTANTA. TANG NAMAH LINGGANTA PON. PANCA WARANTA. YAN

KITA MEWALI MANADI KITA SARWA DAGANG TAN WENANG KITA

ANGAWE ALA. YAN LANANG MAPEKIK YAN ISTRI KALISTA AYU. TUTUR

TUTUR AYWA LUPA INGET AWAY LALI YAN RIKNA RING MAMI, APAN

INGULUN MANTUKAKNA IRI KITA. OM TANG TAT PURUSA YA NAMAH.

INDAH TA KITA MINA PADA SAKING UTARA DESA SINANGKANTA

PAMULIHA MARING UTARA DESA HYANG WISNU DEWATANTA, ANG

NAMAH LINGGANIA WAGE PANCA WARANTA. YAN KITA MEWALI MANADI

KITA WONG SUCI NIRMALA. AMARI SUDA SEHANANING LETUH SEBEL

KANDAL LARA ROGA PAWIGNA YAN LANANG MAPEKIK YAN ISTRI KALISTA

AYU, TUTUR TUTUR AWAY LUPA INGET AWAY LALI YAN RITEKANING

KAPATIANTA SAGUNA KAYANTA. ATURAKNA RING MAMI, APAN INGULUN

AMANTUKA AKNA RING KITA. OM ANG AGORA YA NAMAH.

INDAH TA KITA EKA PADA SAKING MADYA DESA PAMULIHA KITA MARING

MADYA DESA HYANG SIWA DEWATANTA. ING NAMAH LINGGANTA

KELIWON PANCA WARANTA. YAN KITA MEWALI MANADI KITA SANG

ANYAKRAWERTI KEKEH PAGEH SIRA RING AKERTANING JAGAT. SARWA

SATRU SAMI ATUANG, KEPENDAK DENING SARWA JANA YAN LANANG

MAPEKIK, YAN ISTRI KALISTA AYU. TUTUR TUTUR AWAY LUPA INGET

AWAY LALI YAN RITEKANING KAPATIANTA SAGUNA KAYANTA ATURAKNA

RING MAMI, APAN INGULUN AMANTUKA RING KITA. OM ING ISANA YA

NAMAH.

NGATURANG PENGAKSAMA PATEH KADI RING AJENG.

NGATURANG MUSPA ANTUK PANCA SEMBAH.

  1. MUSPA PUYUNG
  2. RING SURYA
  3. RING KAWITAN
  4. RING SAMODAYA
  5. MUSPA PUYUNG

 

* BHUTA YADNYA *

NGASTAWA CARU MANCA SATO

KAPERTAMA      : NYUCIANG ANGGA ANTUK TRI ANGGA PATEH KADI SAMPUN KASURAT

RING AJENG

NGELARANG TIRTA         : AMRTA ANUSTHANA UTAWI TIRTHA DASAR PEMUJAAN TALER

PATEH KADI RING AJENG

NUNAS PENGLUKATAN                : TALER PATEH KADI RING AJENG

NYIRATANG PENGLUKATAN       : ANTUK PRETAMA SUDA

NGASTAWA       : LIS

NGASTAWA       : TEPUNG TAWAR/SEGAU

NGASTAWA       : SAYUT DURMA NGALA LAN SUDAMALA

NGASTAWA       : SAYUT PRAYASCITA

NGEMARGIANG PELUKATAN MELIS-LIS

NGATURANG ASEP         : *CINGAK RING AJENG*

SURYA ASTAWA. PYUNING KE SURYAN CARU

MANTRA             : OM DEWATI TAYA SARWAM NISTULA-NISTULA WAPI, DEWA SANGGAWA,

DEWANAM ETEBYAH NAMO NAMAH SWAHA. OM GUHYATI GUHYANGO

TOTAM, GUHYA PAPAM KERTHA MAMAM, SIDHI BAWANTU TAD SYAHA,

TADWI KRANGGAMA SWAMAM YA NAMAH. OM PARAMA

SIWATANGGOHYAM. SIWA TATWA PARAYANAD. SIWASYA PRANATHA

NITYAM. CANDI SACA YA NAMO STUTE.

OM NEWIDYAM BRAHMA WINUSCA, BOKTA DEWA MAHESWARAH.

SARWA WYADI NA LABATI, SARWA KARYA PERESIDANTAM. OM JAYARTI

MAWAP NUYAP, SAYASARTI YASA MAWAP NOTI, SIDI SEKALA

MAWAPNUYAP PARAMA SIWA NA LABATI. OM PARAMA SIWA YA NAMO

NAMAH SWAHA.

NGADEGANG BHATARA RING PURWANING DAKSINA.

MANTRA             : OM PRANAMIA BASKARAM DEWAM. SARWA KLESA WINASANAM.

PRANAMIA SIWA SIWARTAM BUKTI, MUKTI WARA PRADAM.

OM HRANG HRING SAH PARAMA SIWA ADITYA YA NAMAH SWAHA.

 

MESIRAT RING BANTEN. UTPETI BHATARA

MANTRA             : OM HUNG HRAH PAT ASTRA YA NAMAH. ATMA TATWATMA SUDAMAM

SWAHA. OM, OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH. OM SRI PASUPATI YA

UN PAT. ONG, SANG, ONG, BANG, ONG, TANG, ONG, ANG, ONG, ING,

ONG, NANG, ONG, MANG, ONG, SING, ONG, WANG, ONG, YANG, OM

ANG, UNG, MANG.

OM SRIAM BAWANTU

OM SUKAM BAWANTU

OM PURNAM BAWANTU

 

NGADEGANG BHATARA RING BANTEN SUCI

MANTRA             : (PATEH KADI RING AJENG)

 

NGASTAWA BANTEN SUCI *TALER PATEH KADI RING AJENG*

NGADEGANG DEWA BHATARA IDER BHUANA PANGIRING BANTEN SUCI *TALER PATEH KADI RING AJENG

 

PERTIWI STAWA

MANTRA             : OM PERTIWI SARIRAM DEWI. CATUR DEWA MAHA DEWI CATUR ASRAMA

BATARI DEWI, SIWA BUMI MAHA SIDHI.

OM RING PURWA KSITI BASUNDARI SIWA PATNI PUTRA YONI, UMA

DURGA GANGGA DEWI, BRAHMA BATARI WISNAWI.

OM MAHA WARI HYANG KUMARI GAYATRI BERAWI GAURI. ARSA SIDHI

MAHA WARI, INDRANI SAMBUNI DEWI.

OM AKASA SIWA TATWA YA NAMAH SWAHA

OM PERTIWI DEWI TATWA YA NAMAH SWAHA

 

DURGA STAWA

MANTRA             : ONG SUNIA SEKASTA MAHADEWI, BERAWI PRETA BAKSMI, BAGA WATI

TUHA TASYA, DURGA DEWI NAMO NAMAH, SEKALA NISKALAM TUAM,

RADRAMTEM SAMIA DARAYAT, SARWA DEWA TUHA TASYA, DURGA

DEWIYA. BYO NAMAH.

 

KALA STAWA

MANTRA             : ONG BIYAKTUA RAKSASA RUPANCA. YO PUNAH SAMYA RUPAM, MAWAP

NOTE WAN DEWAM, WARADEM AWEM, ONG KRURA RAKSASA RUPAN

CA, WIAK TALA RAKTILO SANAM, PRAPENOTI SANTA RUPATWAM, TAMAH

DI TREPARAM TAKEM.

 

NGASTAWA DAANAN RING CARU

MANTRA             : ONG SANG TABE PAKULUN. SANGHYANG SIWA ALINGGIH RING ULUNING

DAKSINA IRA DATENG RING MADYA, ALINGGIH ANA PUSPAN IRA.

ALINGGIH SIRA SINAMIAN SANAK PUTU BUYUT NIRA ONANG DENING

PUJA SRETA, ANENG BUMI ANENG TAHUN. DOH DENING SASAB BRANA

MURAH SWATI NADAH. DENING SANG PRABU. LANGGENG DENING PUJA

SRETA. ONG SANG, BANG, TANG, ANG, ING, NANG, MANG, SING, WANG,

YANG.

OM SRIAM BAWANTU

OM PURNAM BAWANTU

OM SUKAM BAWANTU.

 

PRELINA (PENGELEPAS ATMA)

MANTRA             : OM INDAH TA KITA SANG DWIPA. SAKING PURWA DESA SINANGKANTA,

PAMULIHA KITA MARING PURWA DESA, MANEMBAH TA KITA MARING

DEWA ISWARA ONG SANG LINGGANTA. HUWUS SAMANG KANA PASANG

SARGA KITA RING DEWA ISWARA AWAY TA KITA TAN MANGASTITYAKEN

KATUTURAN SANGHYANG DHARMA. TUTUR-TUTUR AWAY LALI, ENGET-

ENGET AWAY LUPA, NAHAN TEKA DALEM KEPATYAN. YAN KITA DADI

JATMA, DADYA KITA WIKU SAKTI, SAGUNA KAYANTA ATURAKENA RING

ULUN. APAN HULUN AMANTUKA KENA IRI KITA. OM SANG SADYA YA

NAMAH SWAHA.

 

*CARU AYAM PUTIH TULUS

OM INDAH TA KITA SANG BHUTA JANGGITAN RING PURWA DESNAIRA. UMANIS PACAWARANIA, BHATARA ISWARA DEWAM. IKI TADAH SAJINIRA, PENEK PETAK MIWAH AYAM PUTIH TULUS INGOLAH WINANGUN URIP, KATEKENG SARUNTUNAN IPUN, AJAK SADADWA KALANIRA ULUNG SIKI, MENAWI WENTEN LUPUT KEKIRANGAN IPUN, DENAGENG SAMPURANEN SANG ADREWE CARU. OM MANG NAMAH.

 

*CARA AYAM BIING

OM INDAH TA KITA SANG BHUTA LANGKIR, RING DAKSINA DESANIA PAHING PANCAWARANIA, BHATARA BRAHMA DEWATA NIA, IKI TADAH SAJINIRA. PENEK BANG MIWAH AYAM BIING, INGOLAH WINANGUN URIP, KATEKENG SARUNTUTAN IPUN, AJAK SEDADWA KALAMULUNG SIKI MANAWI WENTEN LUPUT KEKIRANGAN IPUN, DENAGEM SINAMPURA SANG ADRUWE CARU . OM ANG NAMAH.

 

*CARU AYAM PUTIH KUNING

OM INDAH TA KITA SANG BHUTA LEMBUKANIA, RING PASCIMA DESANIA PON PACAWARANIA. BHATARA MAHADEWA DEWATANIA. IKI TADAH SAJINIRA PENEK KUNING MIWAH AYAM PUTIH KUNING INGOLAH WINANGUN URIP, KATEKENG SARUNTUTAN IPUN AJAK SADADWA KALANIA ULUNG SIKI. MENAWA WENTEN LUPUT KAKIRANGAN IPUN DENAGENG SINAMPURA SANG ADRUWE CARU. OM TANG NAMAH.

 

*CARU AYAM SELEM

OM INDAH TA KITA SANG BHUTA TARUNA RING UTARA DESANIA WAGE PANCAWARANIA, BHATARA WISNU DEWATANIA, IKI TADAH SAJINIRA PENEK IRENG MIWAH AYAM SELEM, INGOLAH WINANGUN URIP, KATEKENG SARUNTUTAN IPUN AJAK SADADWA KALANIA ULUNG SIKI, MENAWI WENTEN LUPUT KEKIRANGAN IPUN, DENAGENG SINAMPURA SANG ADRUWE CARU. OM UNG NAMAH.

 

*CARU AYAM BRUMBUN

OM INDAH TA KITA SANG BHUTA TIGA SAKTI RING MADYA DESANIA KLIWON PANCAWARANIA, BHATARA SIWA DEWATANIA, IKI TADAH SAJINIRA PENEK PANCA WARNA MIWAH AYAM BRUMBUN, INGOLAH WINANGUN URIP, KATEKENG SARUNTUTAN IPUN AJAK SADADWA KALANIA ULUNG SIKI, MENAWI WENTEN LUPUT KEKIRANGAN IPUN, DENAGENG SINAMPURA SANG ADRUWE CARU. OM HING NAMAH.

 

MUKTYANG CARU

MANTRA             : PAKULUN BHATARA KALA. PADUKA BATARI DURGA. SANGHYANG PANCA

MUKA, AJA SIRA ANYENGKALA ANYANGKALI IKANG MANUSA APAN

SAMPUN. ANGATUR AKEN CARU BAYA KALAN. AMUKTI SIRA SAMA SUKA.

OM BUKTYANTU DURGA KATARAH. BUKTYANTU KALA MEWACA,

BUKTYANTU SARWA BUTANAM. BUKTYANTU PISACA SALAM. BUKTYANTU

SARWA BUTA YA NAMAH.

 

MESAPAANG BASOKAN. *CINGAK RING AJENG*

MERELINA AYAM SAMBLEH *PATEH KADI RING AJENG *

NGASTAWA PESEGEHAN AGUNG *CINGAK RING AJENG PATEH*

RARIS METABUH

MANTRA             : OM DURGA BUCARI YA NAMAH

OM BHUTA BUCARI YA NAMAH

OM KALA BUCARI YA NAMAH

OM PISACA BUCARI YA NAMAH

OM IBEK DANU, IBEK SEGARA, IBEK BAYU PRAMANAN TA INGULUM

POMA 3X.

 

NGELUKAT BHUTA

MANTRA             : ONG, LUKAT IRA BUTA DENGEN, SEMURUP MARING BUTA KALIKA, LUKAT

IRA BUTA KALIKA SEMURUP MARING BETARI DURGA LUKAT IRA BETARI

DURGA. SEMURUP RING BETARI UMA, LUKAT IRA BETARI UMA, SEMURUP

RING BETARI GURU. LUKAT IRA BETARI GURU . SEMURUP MARING

SANGHYANG TUNGGAL. LUKAT IRA SANGHYANG TUNGGAL. SEMURUP

MARING TAN PARAN. SIRA JUGA PARASIDA ANGELUKAT MALA PAPA

PATAKA KABEH. OM, OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH.

 

MERELINA CARU

MANTRA             : OM SANGKALA MATEMAHAN SIRA PANCA RESI, SANG PANCA RESI

MENADI DEWA. DEWA SEMURUP RING RAGA SARIRA. OM SANG KONSIKA

ISWARA RUPAM. TWAN GARGA BRAHMA RUPAYA MAHA DEWA DEWAM.

KURUSYA WISNU DEWAYA. OM PRETANJALA SIWA RUPAM. SARWA PAPA

WINASANAM. SARWA WIGNA WINASAYA SARWA KLESA WIMOKSANAM.

OM SIDIRASTU YA NAMAH SWAHA.

 

NGASTAWA PERAS

MANTRA             : OM PANCA WARA BAWET BRAHMA WISNU SAPTA WARA WACA SAD

WARA SUARA DEWASCA ASTA WARA SIWA DNYENYAH. OM KARA

MUSCIATE SARWA PRAS.

 

NGATURANG PENGAKSAMA

NGATURANG SEMBAH.

  1. SEMBAH PUYUNG
  2. SEMBAH RING SIWA RADITYA
  3. SEMBAH RING BHATARA DURGA MANTRA

OM SUNYA SEKASTA MAHA DEWI BREWE PRETA BAKSMI. BAGA WATI TUASYA, DURGA DEWI NAMO NAMAH. SEKALA NISKALAM TWAM RADRATEM. SAMIA DARAYET. SARWA DEWA TUASYA DURGA DEWI NAMO NAMAH.

  1. SEMBAH RING SAMODAYA
  2. SEMBAH PUYUNG.

 

NGUNDUR BHUTA

MANTRA             :

  1. ONG DIRAJA KITA WETAN SANG SABDAN NIRA ANGUNDUR BUTA KALA KABEH.
  2. ONG DIRAJA KITA KIDUL BANG SABDAN NIRA ANGUNDUR BUTA KALA KABEH
  3. ONG DIRAJA KITA KULON TANG SABDAN NIRA ANGUNDUR BUTA KALA KABEH
  4. ONG DIRAJA KITA LOR ANG SABDAN NIRA ANGUNDUR BUTA KALA KABEH
  5. ONG DIRAJA KITA MADYA YANG SABDAN NIRA ANGUNDUR BUTA KALA KABEH. OM SIDIRASTU YA NAMAH SWAHA.

 

MANTRAN KALPIKA

OM ANG ATMA TATWA YA NAMAH

OM UNG WIDIYA TATWA YA NAMAH

OM MANG SIWA TATWA YA NAMAH.

 #tubaba//griyangbang#