Kamis, 05 November 2020

SIROWISTA DAN KALPIKA

SIROWISTA DAN KALPIKA
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd

A.  SIROWISTA. 
Sirowista/Sirawista  atau Karawista Adalah tiga helai alang-alang  yang dirangkai sedemikian rupa hingga bagian depan/ujungnya membentuk lingkaran (windu) dan titik (nada), merupakan simbolisasi dari Aksara Suci OM- yang tersusun melalui Bija Aksara A-U-M.

Sirowista/Sirawista  atau Karawista terbuat dari 3 (tiga) helai ilalang/ ambengan memiliki sarat makna. 

Satu ujungnya diikat sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah lingkaran kecil dengan ujung pucuknya tegak ke atas. Pada simpulnya diselipkan helai bunga warna merah dan putih.

Saat dikenakan, simpul bunga tepat di tengah dahi. Sedangkan tiga helainya ditarik kebelakang. 1 helai di sisi kanan dan 2 helai di sisi kiri untuk diikatkan belakang kepala. 

Simpul Sirowista/Sirawista  atau Karawista yang membentuk lingkaran adalah perlambang windu dan ujungnya yang menyatu dalam satu titik adalah nada sehingga menjadi perlambang aksara suci Om. Warna hijau ilalang, bunga merah dan putih melambangkan Tri Murthi : Brahma, Wisnu, Siwa. Sungguh perlambang suci nan indah dan agung.

Secara etimologi kata sirowista/Sirawista merupakan  kata yang terbentuk dari kata ‘SIRO/SIRAH’ (kepala, mahkota, bagian puncak), dan kata ‘WISTA’ yang artinya: pengendalian untuk mencapai kemanunggalan (dengan yang dipuja). Ini sesuai dengan isi Lontar Aji Gurnita dalam bentuk alih aksara pada tahun 1993, koleksi Kantor Dokumentasi Budaya Bali, yang menyebutkan istilah “Sirawista”.

Sedangkan kata ‘Karawista’, sesuai petikan Lontar Śiwapakarana. Pada lontar ini ‘Karawista’ berarti pengikatan tiga helai alang-alang (ambengan: bahasa bali), di kepala sebagai lambang agar seluruh Tubuh yang memakai bisa terpusat pada obyek yang dipuja. Kata ‘kara’ menunjuk pada badan/tubuh baik badan jasmani maupun badan rohani. Itu sebabnya saat proses sembahyang ada istilah ‘kara suddhamam’, yang artinya pensucian (suddha)  badan (kara), sendiri (mam). Jadi Sirawista dan atau Karawista dipergunakan ketika sesorang  menjalani upacara pensucian diri (samskara ).

“SIROWISTA/SIRAWISTA/KARAWISTA”  diikatkan di kepala dengan maksud bahwa sejak itu seseorang telah diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk selalu mensucikan diri yakni dengan selalu mengingat Hyang Widhi melalui aksara OMkara. Dengan diikatkannya sirowista/Sirawista/Karawista ini yang akhirnya orang tersebut siap untuk melaksanakan swadharma berikutnya.

B. KALPIKA
Kalpika adalah terbuat dari daun pucuk diisi bunga yang dilipat-lipat lima kali dengan silih berganti sehingga menjadi tiga lapisan. Kalpika merupakan lambang dari pengringkesan pancaksara menjadi tri aksara menjadi ongkara. Pancaran kekuatan Tri Lingga dan Tri Murti dalam mengendalikan pikiran yang biasanya digunakan pada banten anggen rikala mapetik dan pada saat mewinten khususnya pawintenan saraswati sehingga pikiran ini siap untuk menerima ilmu pengetahuan.

Penggunaan Kalpika yang umumnya diikatkan di kepala dan terbuat dari daun kembang pucuk dalam bahasa Bali sebagaimana disebutkan dalam artikel budaya-lokal12, Kalpika yang berbentuk segitiga yang merupakan,  Simbol Trilingga, alam semesta ciptaan Sang Hyang Widhi seperti halnya : bulan, bintang, dan matahari.
Kemudian ada juga unsur-unsur Tri Murti dan juga bunga berwarna kuning sebagai simbol Mahadewa dan adapun sarana bunga sebagai simbol Tri Murti tersebut sebagaimana dijelaskan yaitu sebagai berikut :Bunga berwarna putih sebagai simbol Siwa, Bunga berwarna merah simbol Brahma, Bungan berwarna biru atau hijau sebagai simbol Wisnu. 

Sirowista dan Kalpika biasanya juga dikenakan saat orang yang mejaya-jaya berbagai upacara pembersihan diri seperti mewinten, tiga bulanan, mebayuh oton, upacara pernikahan, dan lain-lain. Mengikat Sirowista dan Kalpika di kepala merupakan simbul pengikatan diri agar pikiran terpusat pada yang dipuja yaitu Hyang Widhi.

Bhagawad Gita IX.34
मन्मना भव मद्भक्तो मद्याजी मां नमस्कुरु ।
मामेवैष्यसि युक्त्वैवमात्मानं मत्परायणः ॥

manmanā bhava madbhakto madyājī māṃ namaskuru,

māmevaiṣyasi yuktvaivamātmānaṃ matparāyaṇaḥ. (BG 9.34)

Artinya:
Pusatkan pikiranmu kepada-Ku, berbakti kepada-Ku,  dan setelah kau mendisiplinkan jiwamu, maka Aku akan menjadi tujuanmu yang tertinggi dan kau akan tiba kepada-Ku

Tiap kali kita melaksanakan upacara penyucian diri Sirowista dan Kalpika diikatkan di kepala, kita diingatkan akan makna yang terkandung dalam sloka Gita, untuk selalu memusatkan pikiran pada Hyang Widhi. 

Selain mempunyai kekuatan mistis setelah mendapatkan doa dan puja mantra Sulinggih, Sirowista dan Kalpika memberi makna mendalam nan indah, agar kita selalu ingat menyatukan pikiran yang beraneka dan berubah-ubah dengan cepat untuk menjadi satu saat memujaNya.

#tubaba@griyangbang//lontar aguron guron#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar