Kamis, 01 April 2021

Kematian Adalah Kesempurnaan

Kematian Adalah Kesempurnaan
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd

DIA BERBUAT UNTUK KAMI, 

DIA MATI UNTUK KAMI, 

KEBANGKITAN PASEMETONAN BAGI KAMI SEMUA, 

DIA IDA HYANG SINUHUN LELUHUR KAMI, 

OM HYANG SINUHUN RSI BYUH NAMAH,  

OM HYANG SINUHUN PITRA BYUH NAMAH, 

OM HYANG SINUHUN SARASWATI BYUH NAMAH,  

OM HYANG SINUHUN PRATISTA YA NAMAH SWAHA. 


Manusia akan menempuh dua bentuk kehidupan, yakni kehidupan di dunia dan di akhirat. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang sangat singkat atau pendek karena memang arti dunia adalah singkat dan pendek. 

Kehidupan kedua yang akan dimasuki oleh manusia adalah kehidupan akhirat. Arti akhirat ialah panjang dan memang kehidupan di akhirat (akhir=selesai dan rat=dunia) adalah kehidupan yang telah selesai didunia ini merupakab sebuah kehidupan yang sangat panjang. 

Berkaitan dengan dua bentuk kehidupan di atas, pertanyaan yang muncul adalah kenapa Ida Sang Hyang Widhi Wasa menghidupkan manusia di dunia terlebih dahulu? 

Tampaknya Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan kepada manusia sebuah pilihan untuk menentukan posisinya di akhirat kelak. Manusia yang menginginkan surga, maka ia harus memilih jalan surga, sedangkan manusia yang memilih neraka maka dipersilakan untuk mengambil jalan neraka. Posisi manusia di akhirat kelak adalah pilihan manusia itu sendiri ketika hidup di dunia.

Lalu, apa sebenarnya kematian? Mati adalah kesempurnaan. Jika manusia ingin sempurna, maka harus melewati pintu gerbang yang bernama kematian dan setiap manusia yang hidup pasti akan mati. Jadi mati adalah jalan menuju kepada kesempurnaan. Entah bagaimana caranya atau seperti apa matinya.

Setiap orang pasti akan merasakan kematian, walaupun arti “merasakan” itu tidak sama dengan yang dipersepsi oleh orang yang hidup. Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan yang pasti dijalani, sama seperti kelahiran. Bedanya adalah yang pertama menandai akhir dari suatu kehidupan, sedangkan yang terakhir menandai awal dari suatu kehidupan. Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Di tengahnya itulah kehidupan yang ada dan berada.

Manusia tidak akan pernah mengerti hakikat kehidupan jika ia tidak mau mengingat arti dan hakikat kematian. Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Ida Sang Hyang Widhi Wasa telah jelas bahwa manusia pasti akan menghadapi kematian kapan pun, di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Orang yang pintar adalah orang yang bisa mengingat mati dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengingat kematian manusia akan lebih bijak dan berhati-hati dalam meningkatkan keimanan dan ketawaan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba, berpesan: "Banyak-banyaklah mengingat mati sebab mengingat mati itu menghapuskan dosa dan mengkikis ambisi seseorang terhadap dunia serta cukuplah mati sebagai pemberi peringatan.” 

Di antara faedah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa mengingat mati adalah melembutkan hatinya untuk bersegera memohon ampun atas dosa-dosanya dan bertobat. Dengan mengingat kematian dengan sendirinya akan menimbulkan ketidaksenangan terhadap dunia dan akan mendorong manusia untuk melakukan persiapan di kehidupan akhirat, sedangkan kelalaian terhadap maut akan mendorong manusia untuk tenggelam dalam kehidupan di dunia.

Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang yang beriman. Oleh karena itu, sambutlah kematian dengan sukacita karena ia mengakhiri penderitaan. Namun, jangan senang dahulu, karena ia hanya mengakhiri penderitaan yang ada di dunia, tetapi apa yang telah Anda perbuat di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Dunia ini ibarat sebuah penjara bagi orang yang beriman, dan surga bagi orang yang mendambakan dunia.

Fenomena maut adalah salah satu fenomena yang paling jelas dan pasti bagi makhluk hidup. Semuanya ingin mempertahankan hidupnya. Semut kecil yang diremehkan manusia pun melawan jika hidupnya terancam.

Ada dua tipe manusia dalam menyambut kematian. Ada yang pesimistis dan ada yang optimistis. Manusia yang pesimistis menganggap kematian itu adalah suatu yang berat dan menyeramkan, sehingga orang tersebut lebih memilih tidak memikirkannya dan berusaha menghindarinya agar bisa merasakan kebahagian setiap saat yang dilaluinnya.

Ketakutan akan kematian adalah sebuah persepsi yang salah. Sebagaimana persepsi sewaktu kita lahir dan keluar dari rahim ibu, kita juga menangis sedih. Ternyata setelah kita melalui kehidupan di dunia ini, kita juga enggan dan takut berpisah. Karena setelah kematian itu ada kehidupan yang jauh lebih indah dan mengasyikkan.

Bagi manusia yang optimistis, ia menganggap kematian itu bukan akhir dari segalanya. Mereka menganggap meninggalkan dunia hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan suatu persiapan agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai. Kematian, bagi mereka, adalah suatu istirahat terakhir dalam damai.

Kematian adalah suatu peristirahatan menuju kedamaian. Damai adalah kelanjutan dan padanan dari mati, karena kematian akan menuju kedamaian. Dan kedamaian adalah dambaan setiap orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang hidup, mungkin bisa ditemukan di “dunia” orang mati.


#tubaba@griyangbang//kematianadalahkesempurnaan#


Tidak ada komentar:

Posting Komentar