Sabtu, 30 Mei 2020

Jangan Pernah Meremehkan Sebuah Karya

Jangan Pernah Meremehkan Sebuah Karya
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd
    tanggal 13 Desember 2016 mulai  
    ngeruak bukit pundukdawa

Sebuah karya adalah suatu hal yang amat menarik dan inspiratif bagi orang lain, apapun jenis karyanya patut diapresiasikan dan dinilai oleh khalayak. Sehingga dari bentuk apresiasi dan penilaian itulah membuat si pencipta menjadi senang dan merasa termotivasi karena telah diberikan saran dan kritik yang bersifat positif serta konstruktif.

Jangan pernah melihat suatu karya dari ukuran dan bentuknya. Misalkan saja karya yang dihasilkan berupa patung dengan ukuran besar, selain itu membuat sebuah ilustrasi yang berisi tentang himbauan untuk masyarakat, kemudian karya yang berupa animasi film 3D yang disegmentasikan untuk anak-anak, dan sebagainya. Yang dilihat bukan dari bentuk karyanya, ukurannya, serta jenis dan juga macamnya.
    goresan tangan Ida Sinuhun konsep 
    awal pura pundukdawa

Tetapi pada umumnya hal itu juga penting pada sebuah karya. Namun masih ada yang lebih penting dan utama lagi, yaitu adalah ide proses penciptaan karya itu. Jadi bagaimana karya itu bisa dihasilkan, seperti apa ide dan proses si pencipta dalam membuatnya, kemudian cara apa yang dilakukan supaya bisa mendapat respon yang baik dari masyarakat, bila memang itu adalah karya yang dijual apa yang bisa membuat harganya begitu mahal misalkan.

Tentu itu semua ada prosesnya. Ingat ya, karya apapun itu jangan diremehkan. Jangan pernah kita anggap sebuah karya itu adalah hal yang biasa-biasa saja, jangan menganggap karya adalah hasil seseorang yang tiada artinya sama sekali. Walaupun kita membuat sebuah gambar sekalipun dan itu terlihat sederhana, jangan pernah dianggap remeh.

Itu adalah hasil seseorang dan itu adalah ide serta kemampuannya dalam membuat gambar. Tidak bagus tidak masalah, tidak terlihat rumit juga biarkan saja. Toh ia juga pasti masih belajar, mengasah terus kemampuan menggambar yang dimiliki. Hanya saja ia pasti meminta saran dan kritik orang lain bagaimana tanggapannya. Dari situlah ia bisa memperbaikinya di kemudian hari ketika ia ingin membuat gambar lagi misalkan.

Dan yang pasti karya itu mahal adalah dari ide nya. Ya tentu, sebuah ide mahal apapun itu konsep dan gagasannya. Karena ide itu adalah sebuah gagasan dan rancangan seseorang terhadap apa yang sedang dipikirkannya sehingga membutuhkan waktu beberapa menit atau jam atau bahkan berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menyelesaikannya secara baik dan sempurna.

Maka itu tidak bisa kita asal-asalan untuk membuatnya, tentu harus ada konsep dan gagasan dahulu inginnya karya seperti apa. Dan memang itu akan membutuhkan proses yang cukup panjang, karena jika menginginkan karya yang baik dan sempurna, prosesnya pun harus lama. Memang harus sabar dan tekun.

Jika sudah jadi dan hasilnya memuaskan pasti kita juga yang senang dan orang lain yang melihatnya pun akan memberikan masukan yang positif dan banyak pula yang mengaguminya. Jangankan anak-anak muda dan orang dewasa, sekarang ini anak-anak kecil saja sudah bisa berkarya lho! Ya pastinya, di era milenial seperti sekarang ini tidaklah mungkin bila anak anak tidak bisa menciptakan suatu karya yang menakjubkan.

Salah satunya yang saya tahu, bahwa anak SD sekarang sudah bisa membuat komik. Dan itu hasilnya lumayan bagus. Bukan lumayan lagi sih, malah bagus sekali kalau menurut saya. Bila kalian pergi ke toko buku, bisa lihat tuh di komik bagian anak-anak. Seri bukunya adalah 'Kecil-Kecil Punya Karya' cobalah untuk melihatnya. Itu yang membuat adalah anak anak SD semua.

Tak hanya gambarnya, ceritanya pun juga tak kalah menarik untuk disimak. Sayapun juga sempat bergumam dalam hati "waah anak SD sekarang hebat dan keren ya! Masih kecil aja udah bisa bikin karya sebagus ini, di publish pula ckckck... Salut!!". Sebenarnya tak hanya komik sih, pasti juga banyak anak-anak kecil lainnya yang menciptakan karya yang keren dan hebat.
Mulai sekarang jika De... ingin menciptakan suatu karya ya buat saja. Tak usah peduli apa kata orang, ini kan yang membuatnya kita sendiri dan ide, proses, rancangan serta gagasannya juga kita sendiri yang melakukannya. Orang lain nanti tinggal lihat saja hasilnya.
    wujud penghormatan pada sang pelopor

#tubaba@berhenti bersikap ragu-ragu dan bimbang//teruslah jalan ke depan dan jangan berhenti di tengah jalan#

Rumah Bukan Hanya Sebuah Bangunan

Rumah Bukan Hanya Sebuah Bangunan

Rumahku adalah surgaku, mungkin itulah yang membuat titiang selalu betah dan ingin pulang. Bagi titiang, rumah tak hanya sekadar bangunan yang dinilai sederhana ataupun mewah.

Titiang percaya bahwa rumah bukan hanya sebuah bangunan. Rumah dapat dalam bentuk apapun selama itu membuat titiang ingin pulang.

Sebuah rumah yang dihuni oleh orang-orang tercinta merupakan sebuah hal yang sangat membuat kerinduan tersendiri. Seperti itulah titiang membangun rasa yang senantiasa rindu untuk pulang setiap ada pekerjaan.

Dulu Ida Sinuhun mengatakan bahwa diri beliau selalu senang tatkala ada yang menunggu kehadirannya. Itulah rumah yang semestinya menjadi rumah bagi setiap orang.

Dan di sinilah rumah aku, 

di mana waktu pulang adalah waktu yang aku tunggu. 

Di sinilah rumah aku, 

di mana aku tahu ketika aku pulang ada mereka yang menungguku.


PENGHUNI KE-9 Dari Ki Dalang Tangsub

Dulu Ki Dalang Tangsub........, 

Lelah tubuh melayangi waktu

Mencari puing reruntuhan rumah bata merah dipelosok hutan rimba Teguhwana

Namun yang beliau temukan hanya gubuk kayu penuh semak belukar

Jejak kaki yang tak menapak melangkah masuk

Bau pengap dan dingin menyeruap tajam

Gubuk tua yang awalnya tak berpenghuni seketika ramai riuh

"Selamat datang, generasi penghuni ke-9!" para leluhur menyambut haru.

Rumahku adalah istanaku
Yang kumasuki pintu rengatnya dengan penuh khawatir terlepas dari tempatnya
Rumahku adalah istanaku
Meski cahaya tajam mentari masuk tanpa permisi setiap siang lewat jendela yang pecah
Rumahku adalah istanaku
Bangku, meja, dapur menjadi riwayatku setahun ini walau bisu membungkam lebih kejam dari kesepian hati
Rumahku adalah istanaku

#tubaba@griyang bang//pesan beliau//memelihara lebih utama#

Banten Caru Ayam Brumbun Eka Sata

BANTEN CARU AYAM BRUMBUN

Caru adalah bagian dari upacara Bhuta Yadnya (mungkin dapat disebut sebagai danhyangan dalam bhs jawa) sebagai salah satu bentuk usaha untuk menetralisir serta menyeimbangkan kekuatan alam semesta / Panca Maha Bhuta.

banten caru ayam brumbun eka sata Sarana: Olahan ayam Brumbun (ayam yang bulunya ada minimal 4 warna) dengan bayang-bayangnya (blulang --bahasa Bali-red) dialasi sengkuwi dibagi lima tanding. Disertai dengan datengan, daksina, penyeneng dan canang (untuk semua jenis caru).

Jenis-jenis caru eka sata :

  • Caru ayam brumbun/Pengruwak (berwarna putih-merah-kuning-hitam)
  • Caru Dengen ( menggunakan ayam putih nulus
  • Caru Preta ( menggunakan ayam biying atau bulunya merah )
  • Caru Ananta Kusuma ( menggunakan ayam putih siyungan atau bulunya putih namun paruh dan kakinya kekuning-kuningan
  • Caru Bicaruka ( menggunakan ayam ireng mulus )

Penggunaan caru eka sata :


  1. Menyertai Piodalan
  2. Perombakan suatu tempat/hutan
  3. Pembongkaran atau peletakan batu pertama untuk suatu bangunan suci
  4. Permulaan menggunakan suatu bangunan seperti rumah, bale, banjar, pura dll

Tetandingan Ulam Caru Eka Sata ;

Tahap Mempersiapkan Olahan ayam

Sebelum menyembelih binatang korban untuk caru/tawur, didahului dengan mantra :
“ Om pasu pasa ya wihmane sira ceda ya dimahi, tanne jiwah pracodaya” 
Artinya, Om Hyang Widhi Wasa, hamba menyembelih hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.

Hewan tersebut dikuliti (dalam keadaan kering/jangan diseduh dg air panas) sehingga kepala. Sayap, kaki dan ekornya masih melekat dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya ( dibuat blulang ayam/walung malayang-layang

Dagingnya diolah menjadi :

  1. Urab-uraban antara lain : urab barak, urab putih, gegecok. 
  2. Berbagai jenis sate, antaralain : lembat, asem, dan calon. Ketiga jenis sate dan urab-uraban disebut Trinayaka yaitu symbol jasmani binatang tersebut yang aksaranya Ang, Ung, Mang
Dari hasil urab-uraban dan sate tersebut diatur menjadi beberapa tetandingan, yaitu ;

Karangan caru eka sata


  • Alasnya : sebuah taledan
  • Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi dengan nasi sokan, berisi lekesan.
  • Sampyan : sampyan nagasari

Kawisan caru eka sata

  • Alasnya : sebuah taledan Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi dengan nasi pangkonan (setengah bundar dg dialasi daun ), berisi lekesan. Sampyan : canang genten c. Bayuhan Alasnya : sebuah taledan
  • Isinya : urab-uraban, sate tiap jenis 1 bh, dibuat tetandingannya sejumlah urip pangideran, nasinya menggunakan tumpeng danan 2 bh dengan warna dan jumlah set tumpeng danannya sesuai urip pengideran , dilengkapi garam dan sambal serta raka-raka.
  • Sampyan : sampyan metangga/peras

Ketengan / Datengan caru eka sata


  • Alas : taledan kecil berisi tangkih sejumlah urip pengiderannya
  • Isinya : nasi sasah sesuai dengan warna pengidernya dilengkapi dengan urab-uraban dan sate tiap jenis 1 bh.
  • Sampyan : canang genten

Tahap Tetandingan Caru Eka Sata banten tambahan :

Segehan cacahan

Sejumlah urip dan warna pengideran, dengan menggunakan alas taledan, dilengkapi ulam bawang jahe dan garam serta adeng, diatasnya dilengkapi canang genten

Cau danan

Bentuk jejahitannya seperti kapu-kapu, dibuat bergandengan sejumlah urip pengiderannya, masing-masing berisi nasi sesuai warna arah, dilengkapi dengan kacang-saur dengan sebuah sampyan plaus

Tulung sangkur

Alasnya ceper berisi tulung sangkur sejumlah urip pengiderannya, berisi nasi warna sesuai arah, dilengkapi dengan kacang-sauh, dilengkapi sampyan plaus

Api takep / Takep-takepan

Takep-takepan berisi tatukon (base tampelan,beras,benang,uang kepeng) sejumlah urip pengiderannya

Kalakat

Anyaman bamboo berbentuk bujursangkar sebagi alas laying-layang hewan korban

Daun talujungan

Ujung daun pisang yang digunakan pada sanggah cucuk, dan sebuah lagi diatas kelakat sebagai alas layang-layang

Sebuah kwangen

Yang berisi uang kepeng sesuai dengan jumlah urip pengiderannya

Sanggah pesaksi Sanggah Surya)

Dihias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan serta diisi beberapa banten

Sanggah cucuk

Dihias dengan janur pada pinggirnya secara berkeliling, lalu lamak, daun talunjungan, gantung-gantungan

Sengkwi

Dianyam sejumlah urip pengiderannya, dipakai sebagai alas caru

Kain berwarna

Warnanya sesui dengan pengiderannya, diletakkan diatas sanggah cucuk

Tetimpug

Terdiri atas 3 ruas bambu utuh lalu diikat menjadi satu, yang diletakkan nantinya diatas dapur darurat (3 bh bata tersusun) lalu dibakar agar mengeluarkan suara letusan 3 kali

Sapu / sampat

Sebagai alat pembersih

Tulud

Sebagai alat untuk mendorong-dorong sisa sampah

Tahap Tata cara Pengaturan Susunan Caru eka sata

Pada arah timur laut ditancapkan sanggah pasaksi, dimana hulunya menghadap timur laut.

  • Hias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan
  • Letakkan didalam sanggah beberapa banten yaitu; Suci, pejati
  • Letakkan dibawah pada depan sanggah berupa banten Gelar sanga

Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan sanggah cucuk yang sudah dihias dan dilengkapi dengan tikar kecil.

  • Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak, berem, tuak dan toya
  • Letakkan banten didalam sanggah cucuk antaralain : tumpeng danan, tadah sukla, canang lengawangi

Dibawah sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman 8 sebagai jumlah urip tengah, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan, ketengan, segehan cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan alas daun talujungan, laying-layang ayam brumbun, sebuah kwangen berisi uang sesari 8 kepeng dilengkapi nasi wong-wongan berwarna brumbun.

Disebelah-menyebelah diletakkan banten tumpeng dengan dilengkapi dengan rerasmen, raka-raka dan sampyan tumpeng yaitu :

  • Tumpeng putih 5 buah di timur
  • Tumpeng merah 9 buah diselatan
  • Tumpeng kuning 7 buah di barat
  • Tumpeng hitam 4 buah di utara

Pada bagian hulunya layang-layang diletakkan banten suci, daksina, peras Sedangkan banten caru lainnya yang menyertai diletakkan pada sekelilingnya berupa :

  • penyeneng, 
  • sorohan, 
  • sasayut pengambeyan, 
  • pangulapan, 
  • ajuman, 
  • tipat kelanan, 
  • sanggah urip, 
  • segehan agung

Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa, tirta caru, tirta pabyakalan. Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara

Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat.

#tubaba@griya agung bangkasa#

Jumat, 29 Mei 2020

PUJA MANTRA PENGELUKATAN

Griya Agung Bangkasa di Bongkasa

PUJA MANTRA PENGELUKATAN

KAMANDALU;

Om tirta kamadalu
kumucurmaring biyuh akasa
winadahan kendi manik,
maka uriping dewata nawa sanga,
luir dewata kabeh,
angelukat angelebur lara roga wigena,
papa petaka
Kalukat kelebur denira sang hyang amurwa pawitra sanjiwani
Om nama siwa budaya nama swaha.

S A Y E M
Om sayem Brahma sayem Wisnu,
sayem dewa Maheswara nirwediyem sayem,
boktanem Maheswara,
sarwa buta winasanem,
tat purusa buta winasanem,
sarwa dosa aro arem, ya namah swaha.

R U D R A
Om Ludra pengesenganing lara roga wigena, papa petaka, upadrawa, trimala,
dasa mala ring jagat buana kabeh ya nanah swaha

PANCAK SAREM
Ompancak sarem tri aksarem, maha tirtem, pawitrem Papa nasanem,
sarwa papa winasanem, sarwa dosa aro arem sarwa segara bawet
ya nama swaha.

B R A H M A
Om betara Brahma ngemijilaken toya, 
Toya ngemijilaken bumi>
Bumi ngemijilaken bayu >
Bayu ngemijilaken Reditya >
Raditya ngemijilaken candra lintang tranggana>
Candra Lintang Tranggana ngemijilaken sarwa tumuwuh, amilaku linukat amugpug,
sakwehing larania kabeh, 
lara jaya merana kabeh,
udug edan, udug wesi, udug welilang,
ila babahan, ila kalingsih, ila kayapur,
ila mamilih, ila siluman,
tuju rumpuh 128 kwehing sungsang baru,
kelukat kelebur kegeseng denira betara Brahma,
kehening denira sang hyang idep,
kesambut denira betara Bayu,
teka hening tan pati mleteh.

Om sa.ba.ta a I
Om na ma si wa ya
Om sidi rastu ya nama swaha.


PANCA GENI
mangge ring mesuda wedani muang, saraja karya.

Om Mang, Om Um,
Om upas weriang upas geringsing wayang,
upas geni we muka,
tadah dening sang hyang pasupati geni,
inudanan dening sang hyang mega merta,
telas kabeh muka geseng teka dadi awu,
kagunturan deninira sang hyang Undan merta sarmu muang sarsu masar.

Om rheng 3x Ang,Ah 3x.


B U T A.
Om lukat sira Buta Kala Dengen,
Buta Kala Dengen lukat sira Buta Kalika,
Buta Kalika lukat sira Betari Durga
Betari Durga lukat Betari Uma
Betari Uma lukat Betara Guru
Betara Guru lukat Sang Hyang Tunggal
Sang Hyang Tunggal lukat Sang hyang Tanpa Aran
Sang Hyang Tanpa Aran lukat sira Sang Sangkan paran,
sida kaleburkelukat mala petaka kabeh.

Om Ang ksama sampurna ya nama swaha.


ASTA PUNGKU
Om asta pungku dang ascarya,
Siwa merta Betara Siwa,
angelukat asmgelebur aken lara,
uku salah wedi,
kesungsang kecarik,
ketadah kala,
kemargi baya,
ketiti baya,
ketoya baya,
kegeni baya,
kepertiwi dewa,
kecatue loka pala,
kegugu piduka,
kegana pati,
kelukat kelebur denira betara Siwa,
Om sidi rastu y.n.sw.

Metu ring uku nyalah wedi,
Sinta,landep, >>> watu gunung,
kelukat kelebus denira betara Siwa.q
128 kwehing sungsang baru,
kelukat kelebur denira betara Siwa,
mekadi sang hyang asta pungku,
kesaksinin sang hyang trio dasa saksi,
kejenengan senira sang hyang Sapta Rsi,
keruwat denira sang hyang Taya,
sang hyang Mandi raksa,
sang hyang Cadu sakti,
kehening denira sang hyang Panca Rsi,
biyuh bbumi rapuh,
candra geni manulap,
rinencah binencah denira sang hyang Pasupati,
kewastu denira sang hyang Aji Saraswati,
kelukat kelebur denira betara Siwa.
Om sidirast tat astu sawaha.



NAWA RATNA
Om gunung mas mapucak manik,
aplekir nawa ratna,
apancoran selaka winadahan kendi manik,
kinempungan nawa ratna,
inaranan sang hyang amerta kamandalu,
pinaka uriping dewata nawa sanga,
pinaka patirtyan pandita ratu,
manusa ring merca pada angeruwak aken gering kabeh,
lara roga wigena,
mala petaka,
upa drawa,
kesapa ikang bapa ibu kaki nini buyut,
kelukat kelebur denira betara
Om awigenam astu sisdi rastu ya nama swaha.


PELUKATAN G U R U
Om gutu rupem guru madyem,
guru purwem sada siwa maha wiryem,
sarwa dewa pratistanem

Om astu pujiem swara nityem,
nadi srutem dewa mantem,
astawa dewa wijaya,
siwa angga siwa murtinem,
Brahmangga suda suyasem,
sarwa dewa pratistanem,
Dewa-dewa tri dewanem,
swarga dipem siwa layem,
sarwa dewa pujiem nityem ya nama swaha.

MERTYUN JAYA
Om mertyun jaya dewa sya yanamami anu kertayet,
dirga yusyem awap noti,
sanggrama wijaya bawet.
Om atma tat watatma suda mam sawha

Om pertama suda,
dwi ta suda,
trita suda suda,
suda,
wariastu yns.

Mesirat kesembilan penjuru muang ring sariranta.
Om ung rahpat astra ya namah
atma tat watma suda mam sawh,
ksama sampurna ya nama sawha.



GENI NGELAYANG.
Om geni ngelayang murub saking wetan sekalangan urub ira
mijil ira betara Iswara,
petak urub ida,
angelukat nangelebur iwak ake dueung,
kepalih angadakaen linyok ring namania,
tumuwah tumuwuh Geni ngelayang ngon ingulun.

Om geni ngelayang murub saking daksina sekalangan urub ira,
mijil ira betara Brahma,
bang urur ira angelukat nangelebur amugpug edan buduh amatinin wong tanpa dosa,
anyuduk anumbak anuwes,
amaling Geni ngelayang ngoning ulun.

Om geni ngelayang murub saking pascima sekalangan urub ira
mijil ira betara Maha dewa,
pita urub ira angelukat angelebur:
angerabinin wong arabi,
angambahan margi larangan,
angelayanin guru,
angelayanin wang tueane,
angelayanin wong kedanda,
Geni ngelayang ngonin ngulun

Om geni ngelayang murub saking utara sekalangan urub ira,
mijil ira betar Wisnu,
ireng urub ida,
angelukat angelebur;
wong gudig koos koreng,
singkal bulak,
sanggar pareng,
gudig dongktl,
gering,
bungkut,
basang begah,
banyu kuning,
kumbeng,
sesekan,
Geni ngelayang ngon ingulun.


BARUNA GENI.
Om ratnang karem bumi maksyem,
Baruna dewa maha sidiem,
Brahma,
Wisnu,
Iswara dewa,
sarwa wigena winasanem,

Om Ang Ung Yang Mang Yang Ang.
Ditya yogi pramana sidiem,
Siwa Barunantala premana sidiem,

Om Ang Siwa geni,
Om, Ang,surya geni ya namah..ilang klesa suda ya nama swaha


SIWA GENI
Om Siwa rudra brahmantakem,geni juwala maserirem,
sarwa roga basmi citrem,
sarwa petaka sampurna,
sarwa wigena winasanem,
roga dosa winasanem,
sarwa klesa wimoksanem.

Om Ang Ah Siwa geni proda buta ya namah swaha.

PELUKATAN PAWETUAN

REDITE –MARGA GEMANA.
Om kala patiem,
Rudra kala kriyem dustem,
sarwa bucari moksanem,
sarwa merana ya wicitrem
Om ya marga pati maha sidiem,
sarwa lara winasanem ya nama swaha.

SOMA lan SUKRA =SETRA GEMANA.
Om Ang setra gemana durga bucari winasanem,
Om namoni bagawatye ,
kaki dwara durga sewiyem,
murcitem sarwa rogastu,
sarwa wigena wina sanem.
Om Ang kala durga ya nama swaha

ANGGARA = SIWA GEMANA.
Om Siwa jagat pati dewa ya,-
Siwa sada Siwa murtinem,
Siwa gemana premanem-
Murti manggalem,pawitrem –

Om prama siwa nirmala -
roga wigena winasanemIla petaka mercitem,-
satwa lara winasanem,

Om siwa gemana pramana-
sarwa upadrawa murcitem
Om ya nama swaha,-
swasti suda ya namah,
Om phat Ang Ung Mang Om.

BUDA = BUDA GEMANA.
Om Buda gemana arcanem maha wiryem.
Buda gemama pawitrem –
Sarwa mala wimoksanem
Sarira parwa jiwatem.

Om Ang Bang Buda ya namah
Sarwa petaka winasaya nama sawha.

WRASPATI = BARUNA GENI
Om ratnangkarem bumi maksyem
BRUN dewa maha sidyem –
brahma Wisnu Isawara dewa,
sarwa wigena winasanem.

Om Ang Ung Yang Mang Yang
Aditya yogi premanemsiwa barunantala premana sidyem
Pm Ang Siwa geni,
Om Ang Surya geni ya namah
Ilang klesa suda ya nama swaha.

SANISCARA =GIRI GEMANA
Om namami begawate,
Wanantagiri durga kala sangari
Mama kala mamesta kampayem
Sarwa satru sigra nasti -
sarwa durga wigenawinasana
Sarwa papa wimurcitem –
Sarwa kalusa wina sanaya.
Phat nama swaha.


PELUKATAN GEMANA UTAMA LUIH.
Om tirtayem tirta manggalem –
Pawitrem suda jiwitem
Sarwa mala mpurna nityem –
ila petaka murcitem.

Sarwa wigena winasanem –
Merta gemana pawitrem,-
Sarwa papwinasanem,-
Sarwa klesa paripurna.

Om Ang Ah merta yogi tirtanem.
Om merta gemana suda nityem.

Sarwa lara wina sanem premanem,-
Om Ah tirta gemana.y.n.
Om dasa mala sampurna Ang Ah
Siwa Rudra Brahmantakem,-
Ageni jualamaserirem dw.
Sarwa roga basmi citrem.
Sarwa petaka sampurna –

Sarwa wigena winasanem
Roga dosa wimurcitem,-
Sarwa klesa wimoksanem.
Sarwa papa dasmalawinasanem –

Am Ang Ah Siwa geni proda –
Butayanem sriantakem –
Sarwa lara winasanem
Siwa geni suda ya namah.
ANG Ah.

Om kala patyem memarga patyem,-
Rudra kala kryem dustem .
Sarwa bucari wimoksanem
Srianem sarwa merana ya wicitrem.


PELUKATAN PANCA GENI
Mangge ring suda widani muah saraja karya.

Om Mang Om upas weriang –
Om upas kasulayah
Upas geringsing wayang –
Upas geni we muka,
Tadah dening Sang hyang pasupati geni –
Inudanang dening sang hyang mega merta-
telas kabeh muka geseng.
128 kwehing sungsang baru upas teka geseng dening sang hayang pasupati geni teka dadi awu.
Kagunturan denira sang hyang Undan merta sarmu muang sarsu masar.
Om rheng 3x Om Ang Ah 3x.



PELUKATAN BUTA = TIRTAN CARU. = pelukatan buta s/d sang hyang tunmggal +
Buta raja
> sang kala raja
>sang pisaca raja
> sang dengen raja
> skl.buta anangkurat
> buta bragala-bregali
.buta geni
> sbt.raksasa
> sbt.maha sakti
>sbt.tiga sakti
>S H,sangkan paran
S H.Licin
>matemahan S H.tunggal- S H sangkan paran sida ngelukta malapetania kabeh muah seananing leteh letuh.

Ayuwa angwe mati salah pati
mati kesander kilap,
ketiben lulut,
ayuwa angawe wiruda,
ring sang aduwe karya ayu,
paweh manusanta urip waras dirga yusa,
Apan wue kelebur kelukat seananing buta kala dengen,
kabeh,
mundurta kita pamuliha kita ring kahyanganta suang-suang
ayuwa mewali malih ,
apan kita tunggal ring manusa,
wenang kita angambel kaeukertaning jagat,
pekarangan,
paumahan lan kahyangan.
Om SaBa,Ta,A,I,
Om Om Ang Ung Msng Ang Ah.
Om kala buta-buti sawaha.
Om Ang ksama smpn yns.

Dalam kisah Mahabharata terjadi peristiwa mirip manusia melawan Covid-19 hari ini.

Dalam kisah Mahabharata terjadi peristiwa mirip manusia melawan Covid-19 hari ini.
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S. M.Pd

“Ular adalah sumber kematian. Maka harus tumpas sampai habis.” 
Inilah yang dipikirkan oleh Janamejeya. Ayahnya, Raja Parikshita dari dinasti Kuru, tewas digigit Naga Takshaka.

Janamejeya melakukan yadnya (ritual) pengorbanan ular yang dikenal dengan nama Sarpa Satra. Dengan ritual api yang berkobar-kobar, sampai asapnya memenuhi bumi, ia bertekad menumpas habis bangsa ular. Tujuannya: Menyelamatkan bangsa manusia, agar tidak berurusan dengan kematian akibat ular, sekaligus membalas kematian ayahnya.

Jika ditarik ke belakang, ketegangan bangsa Kuru dan bangsa ular sudah dimulai di masa Arjuna, kakek Janamejeya. Bangsa Kuru yang pertama-tama membakar hutan sehingga jutaan makhluk hidup terbakar hidup-hidup, termasuk telah menyebabkan kematian istri kepala suku Naga Takshaka, yang tewas terbakar hidup-hidup. Kisah tersebut dikenal dengan kisah pembakaran hutan Khandava untuk mendirikan Kerajaan Pandawa di Indraprastha.

Janamejaya dengan melakukan Yadnya Sarpa Satra hampir mampu menewaskan semua bangsa ular, termasuk raja naga Takshaka. Pada saat itulah datang seorang bijak terpelajar bernama Astika.

Astika datang turun tangan untuk menghentikan Yadnya Sarpa Satra. Janamejaya, sekalipun memendam dendam, hatinya masih terbuka untuk mendengarkan perkataan sang tercerahi Astika. Sang Astika paham bagaimana habitat bangsa ular, mampu bicara dan mampu mengatur Takshaka sehingga semuanya warga bangsa ular tidak mengganggu lagi.

Dengan pengetahuannya Astika menghentikan pembantaian ular (Naga) dan mengakhiri semua permusuhan bangsa ular (Naga) dan bangsa Kuru. Sejak saat itu mereka hidup berdampingan dalam damai.

Ketakutan dan kebencian Janamejeya adalah wajah dari kebingungan dan kepanikan kita sekarang dalam pandemi Covid-19.

Apa yang menjadi sumber kematian dan ketakutan Janamejeya saat itu, di kemudian hari redup menjadi kisah cerita. Sumber ketakutan itu tidak punah, tapi karena sudah bisa ditangani dengan pengetahuan, akhirnya ia bisa hidup berdampingan dengan sumber kematian itu, tanpa rasa takut lagi.

Covid-19 bisa jadi akan terus ada sepanjang masa, tapi karena nantinya ketika tersedia vaksin, antidote dan obatnya, kita akan “hidup berdampingan” dengan tanpa cekam ketakutan. Seperti flu dan berbagai wabah di masa lalu, seperti TBC, Kolera, Sampar, dan lain-lain, semua “masih ada” sampai kini, tapi umat manusia bisa mengatasinya, dan bisa “aman-aman” karena telah bisa mengatasinya.

Bangsa manusia kini, di tengah pandemic Covid-19, sedang menunggu Astika, sang tercerahi yang akan menemukan antidote dan imunisasi.

Masalahnya: Kapan muncul Sang Astika? Betul. Kita belum tahu kapan. Dalam pada itu, ketika belum ada titik damai, ketika masih dalam kalut, yang terbaik adalah menepi dan mengurung diri.

#tubaba@griya agung bangkasa//hidup berdampingan dengan sumber kematian itu, tanpa rasa takut lagi#

Kamis, 28 Mei 2020

Desa Digital untuk Perbaiki Ketimpangan Desa - Kota dan Mensejahterakan Masyarakat Bongkasa

Desa Wisata Bongkasa Paling Butuh Digitalisasi
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S. M.Pd

Bongkasa adalah Desa Digital. Program keren yang tentunya juga akan sangat mendukung keberadaan Desa Wisata dan "Digital Tourism" dalam pengembangan pariwisata di Bongkasa. Visi Desa Bongkasa Digital, kita mulai dan maksimalkan dengan infrastruktur DESA DIGITAL. 

Melalui program desa digital ini, makin banyak masyarakat melek teknologi dan memanfaatkan internet untuk akses informasi, jual beli, dan berinovasi, menjadi tumpuan Bongkasa yang sejahtera. 

Digitalisasi Desa Wisata Bongkasa akan mempercepat pemasaran produk unggulan desa Bongkasa terutama di bidang pariwisata. Itu berarti idealnya sebuah desa wisata harus memiliki portal dan jaringan internet yang baik.

“Digitalisasi ini terutama dibutuhkan desa Bongkasa sebagai wisata digital. Menurut titiang di desa yang mengandalkan sektor pariwisata, perangkat jaringan harus tersedia dengan baik.

Terkait digitalisasi desa Bongkasa, titiang berharap melalui rapat koordinasi dapat membahas hal-hal yang bisa difasilitasi oleh dana desa. Selain itu, titiang juga meminta kementerian komunikasi dan informatika turut berperan aktif memfasilitasi perdesaan yang masih belum tersentuh jaringan internet.

Pada dasarnya desa digital tidak bisa dilaksanakan jika jaringan internet tidak ada. Titiang harap, bisa ditemukan kendala-kendala yang ada, menyempurnakan, serta mensinkronkan aturan-aturan.

Digitalisasi desa Bongkasa perlu dilakukan untuk menghadapi era revolusi 4.0. Saat ini, Kemendes PDTT juga tengah berinovasi memberikan pendidikan kepada pegiat desa secara digital melalui akademi desa.

Ada banyak inovasi-inovasi menarik di desa Bongkasa yang bisa ditiru oleh desa-desa lainnya. Inovasi yang pilih di desa Bongkasa, yang akan menjadi bahan bagi pembelajaran di akademi desa.

Dana BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang mencapai 1-1.4 Miyar per desa perlu dikelola dengan pengetahuan untuk pemanfaatannya. Sehingga dana BUMDES bisa digunakan untuk usaha produktif pengembangan  potensi desa wisata di era digital.

Bisnis Desa Wisata di Era Industri 4.0 Membangun Desa Siap bersaing dalam Era Industri 4.0. Sekarang ini Pariwisata dan digital itu sudah merupakan satu kesatuan, jadi sekarang promosi melalui digital, khususnya desa wisata. Digital adalah suatu keharusan untuk percepatan kemajuan perkembangan Desa Wisata Bongkasa.

Menurut titiang Bongkasa Harus Siapkan Aplikasi Desa Digital
Merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk membantu masyarakat dalam kepengurusan berkas seperti halnya KTP, Akta kelahiran, dll. Sistem ini tidak hanya sangat membantu pihak Desa dan masyarakat dalam hal kepengurusan berkas Desa. Sistem ini juga sangat membantu untuk memasarkan UKM Produk Desa, memperkenalkan Kuliner Desa, memperkenalkan Wisata yang ada di Desa, dan memperkenalkan Penginapan Desa , serta aplikasi ini bisa diakses di Android.
Adanya Aplikasi Desa Digital tentunya akan sangat penting untuk berbagai kebutuhan Desa. Selama ini memang penggunaan data manual masih banyak dilakukan karena belum sampainya penggunaan berbagai data digital sebagai media penyimpanan data penting tersebut. Perkembangan di dunia digital memang menjadi bagian yang memudahkan berbagai penyimpanan data termasuk untuk kebutuhan Desa.
Cara Pengumpulan Data Kependudukan Desa Manual

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan data kependudukan desa secara lebih tepat. Cara manual yang selama ini dilakukan sudah cukup mampu mengumpulkan data yang dibutuhkan, meskipun ada berbagai kekurangan dalam metode tersebut. Berikut cara mengumpulkan data kependudukan secara manual yaitu :

Registrasi penduduk menjadi salah satu metode pencatatan yang dilakukan secara terus-menerus untuk mendapatkan informasi tentang kejadian vital yang ada di masyarakat. Namun dalam metode ini memang akan sangat bergantung pada kesadaran masyarakat dalam melaporkan kejadian vital dalam keluarganya seperti kelahiran, kematian dan kejadian lainnya
Sensus penduduk mencakup semua proses mulai dari pengumpulan, penyusunan, pengolahan dan penerbitan data kependudukan tersebut. Memang sensus ini data yang didapatkan menyeluruh tetapi tentunya membutuhkan dana yang besar serta tenaga ekstra dalam proses pengumpulan datanya. Tanggungjawab untuk memastikan datanya tepat juga cukup besar karena biasanya data hasil sensus ini akan digunakan untuk berbagai perencanaan pembangunan di segala bidang
Survei penduduk hanya dilakukan dalam bentuk sampel penduduk sehingga hanya sebagian yang diambil datanya yang diaplikasikan menggunakan metode statistik tertentu. Dengan begitu data yang didapatkan akan tetap dapat menggambarkan populasinya
Anda bisa memilih untuk menggunakan Aplikasi ini sebagai solusi dalam mengatur data kependudukan secara optimal dan tepat. Tentu akan ada berbagai keuntungan yang didapatkan dari mengaplikasikan bantuan teknologi tersebut untuk kebutuhan pemerintahan desa. Membantu meringankan kebutuhan pengolahan data dari pegawai kantor desa dengan membekali para pegawai tersebut menggunakan aplikasi tentu akan mempersingkat waktu pengerjaan pengolahan data sesuai kebutuhan. Penggunaan aplikasi Desa ini memang akan menjadi solusi untuk masalah data kependudukan desa di pemerintahan.

#tubaba@griyang bang//desa digital untuk perbaiki ketimpangan desa - kota dan mensejahterakan masyarakat bongkasa#



KIDUNG SABDA PALON NAYA GENGGONG

KIDUNG SABDA PALON NAYA GENGGONG

Pupuh Sinom:
1. Pada sira ngelingana
Carita ing nguni-nguni
Kang kocap ing serat babad
Babad nagri Mojopahit
Naika duking nguni
Sang-a Brawijaya Prabu
Pan Samya pepanggihan
Kaliyan Njeng Sunan Kali
Sabda Palon Naya Genggong rencangira

Terjemahannya:
Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang Negara Mojopahit, Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh punakawannya yang bernama 
Sabda Palon Naya Genggong.

2. Sang Prabu Brawijaya
Sabdanira arum manis
Nuntun dhateng punakwan
“Sabda palon paran karsi”
Jenengsun sapuniki
Wus ngrasuk agama Rosul
Heh ta kakang manira
Meluwa agama suci
Luwih becik iki agama kang mulya

Terjemahannya:
Prabu Brawijaya berkata lemah-lembut kepada punakawannya: 
“Sabda palon sekarang saya sudah
menjadi Islam. Bagaimanakah kamu. Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik.

3. Sabda Palon matur sugal,
“Yen kawula boten arsi,
Ngrrasuka agama Islam
Wit kula puniki yekti
Ratuning Dang Hyang Jawi
Momong marang anak putu,
Sagung kang para Nata,
Kang jemeneng Tanah Jawi,
Wus pinasthi sayekti kula pisahan”.

Terjemahannya:
Sabda Palon menjawab kasar: 
“Hamba tidak masuk Islam Sang Prabu, 
sebab saya ini raja serta pembesar 
Dah Hyang se tanah Jawa. 
Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah Jawa. 
Sudah digariskan
kita harus berpisah.

4. Klawan Paduka sang Nata,
Wangsul maring sunya ruri,
Nung kula matur petungna,
Ing benjang sakpungkur mami,
Yen wus prapta kang wanci,
Jangkep gangsal atus tahun,
Wit ing dinten punika,
Kula gantos kang agami,
Gama Budha kula sebar tanah Jawa.

Terjemahannya:
Berpisah dengan Sang Prabu kembali keasal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi,
saya sebar seluruh tanah Jawa.

5. Sinten tan purun nganggeya,
Yekti kula rusak sami,
Sun sajeken putu kula,
Berkasakan rupi-rupi,
Dereng lega kang ati,
Yen during lebur atempur,
Kula damel pratandha,
Pratandha tembayan mami,
Hardi Merapi yen wus rijeblug mili lahar.

Terjemahannya:
Bila tidak ada yang mau memakai, 
akan saya hancurkan. 
Menjadi makanan jin setan dan lainlainnya.
Belum legalah hati saya bila belum
saya hancur leburkan. 
Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. 
Bila Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya..

6. Ngidul ngilen purugina,
Ngganda banger ingkang warih,
Nggih punika medal kula,
Wus nyebar Agama Budi,
Merapi janji mami,
Anggereng jagad satuhu,
Karsanireng Jawata,
Sadaya gilir gumanti,
Boten kenging kalamunta kaowahan.

Terjemahannya:
Lahar tesebut mengalir ke barat daya. Baunya tidak sedap. 
Itulah pratanda kalau saya datang.
Sudah mulai menyebarkan agama Budha. Kelak Merapi akan bergelegar. 
Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus berganti. 
Tidak dapat bila dirubah lagi.

7. Sanget-sangeting sangsara,
Kan tuwuh ing tanah Jawi,
Sinengkalan tahunira,
Lawon Sapta Ngesthi Aji,
Upami nyabrang kali,
Prapta tengah-tengahipun,
Kaline bajir bandhang,
Jerone ngelebne jalmi,
Kathah sirna manungsa prapteng pralaya.

Terjemahannya:
Kelak waktunya paling sengsara di tanah jawa ini pada tahun: 
Lawon Sapta Ngesti Aji (1.878 atau 1.877).
Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang ditengah-tengah. 
Tiba-tiba sungainya banjir besar,
dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.

8. Bebaya ingkang tumeka,
Warata sa Tanah Jawi,
Ginawe kang paring gesang,
Tan kenging dipun singgahi,
Wit ing donya puniki,
Wonten ing sakwasanipun,
Sadaya pra Jawata,
Kinarya amertandhani,
Jagad iki yekti anak akng akarya.

Terjemahannya:
Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. 
Sebab dunia ini ada ditanganNya. 
Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.

9. Warna-warna kang bebaya,
Angrusaken Tanah Jawa,
Sagung tiyang nambut karya,
Pamedal boten nyekapi,
Priyayi keh beranti,
Sudagar tuna sadarum,
Wong glidhik ora mingsra,
Wong tani ora nyukupi,
Pametune akeh serna aneng wana,

Terjemahannya:
Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi.
Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. 
Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. 
Orang tanipun demikian juga. 
Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.

10. Bumi ilang berkatira,
Ama kathah ingkang ilang,
Cinolong dening sujanmi,
Pan sisaknya nglangkungi,
Karana rebut rinebut,
Risak tetaning janma,
Yen dalu grimis keh maling,
Yen rina-wa kathah tetiyang ambegal.

Terjemahannya:
Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. 
Kayupun banyak yang hilang dicuri.
Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tetapi bila siang hari banyak begal.

11. Heru hara sakeh janma,
Rebutan ngupaya bukti,
Tan ngetang angering praja,
Tan tahan perihing ati,
Katungka praptaneki,
Pageblug ingkang linangkung,
Lelara ngambra-ambra.
Waradin saktanah Jawi,
Enjing sakit sorenya sampun pralaya.

Terjemahannya:
Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. 
Mereka tidak mengingat aturan
Negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut masih berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya
telah meninggal dunia.

12. Kasandung wohing pralaya,
Kaselak banjir ngemasi,
Udan barat salah mangsa,
Angin gung anggegirisi,
Kayu gung brasta sami,
Tinempuhing angina angun,
Katah rebah amblasah,
Lepen-lepen samya banjir,
Lamun tinon pan kados samodra bena.

Terjemahannya:
Bahaya penyakit luar biasa. Disana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir, sehingga bila dilihat persis lautan pasang.

13.  Alun minggah ing daratan,
Karya rusak tepis wiring,
Kang dumunung kering kanan,
Kajeng akeh ingkang keli,
Kang tumuwuh apinggir,
Samya kentir trusing laut,
Sela geng sami brasta,
Kabalebeg katut keli,
Gumalundhung gumludhug suwaranira.

Terjemahannya:
Seperti lautan meluap arinya naik ke daratan.
Merusakkan kanan kiri, Kayu-kayu banyak yanghanyut. 
Yang hidup di pinggir sungai terbawa
sampai ke laut. 
Batu-batu besarpun terhanyut
dengan bergemuruh suaranya.

14. Hardi agung-agung samya,
Huru-hara nggeririsi,
Gumleger suwaranira,
Lahar wutah kanan kering,
Ambleber angelelebi,
Nrajang wana lan desagung,
Manugsanya keh brasta,
Kebo sapi samya gusis,
Surna gempang tan wenten mangga puliha.

Terjemahannya:
Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap kekanan serta kekiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis
sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.

15. Lindu ping pitu sedina,
Karya sisahing sujanmi,
Sitinipun samya nela,
Brekasakan kang ngelesi,
Anyeret sagung janmi,
Manungsa pating galuruh,
Kathah kang nandhang roga,
Warna-warni ingkang sakit,
Awis waras akeh kang praptng pralaya,

Terjemahannya:
Gempa bumi 7 kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia masuk ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sanasini,
banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa.
Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan
mereka meninggal dunia.

16. Sabda Palon nulya mukswa,
Sakedhap boten kaeksi,
Wangsul ing jaman limunan,
Langkung ngungun Sri Bupati,
Njegreg tan bisa angling,
Ing manah langkung gegetun,
Keduwung lepatira,
Mupus karsaning Dewadi,
Kodrat itu sayekti tan kena owah.

Terjemahannya:
Demikian kata-kata Sabda Palon yang segera
menghilang sebentar tidak tampak lagi dirinya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin dirobah
lagi.

Rabu, 27 Mei 2020

Dampak Positif dan Negatif Game Online

#Dampak Positif dan Negatif Game Online#
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S. M.Pd

Game kini bukan hanya menjadi sebuah hiburan yang banyak dinikmati oleh semua orang dari berbagai kalangan. Namun sesuai dengan perkembangannya, bermain game kini pun sudah menjadi semacam hobi yang dilakukan oleh orang muda sampai tua dengan berbagai latar belakang yang berbeda.
Game online merupakan suatu jenis permainan komputer yang memanfaatkan jaringan internet. Permainan jenis ini dapat diakses oleh para penikmat game secara langsung dari sistem perusahaan melalui jaringan internet di komputer, laptop, tablet atau handphone. Selain itu, game online dapat dimainkan bersama dengan pemain game (player/gamer) lain dan berkomunikasi secara langsung antar sesama player dalam suatu game yang sama. Contoh game online yang dewasa ini paling diminati, di antaranya Mobile Legend, FF, Pabji dll.


Munculnya game online sebagai perkembangan teknologi di era modern ini tentu perlu disikapi dengan berbagai sudut pandang positif dan negatif menurut penggunanya. Sebagai manusia yang menerima perubahan, perlu adanya pembatasan-pembatasan tentang sejauh mana dampak negatif yang diakibatkan.

Dampak negatif & positif game online terhadap remaja

Salah satu dampak negatif yang diakibatkan dari game online yaitu: Menimbulkan efek ketagihan, Membuat orang terisolir dari kehidupan disekitarnya, Membuat orang menjadi malas, Mengganggu kesehatan, Menimbulkan masalah psikologis apabila terlalu dipikirkan, kurang tidur, dll.

Sedangkan dampak positifnya yaitu: Menambah Teman, Membuat Pola Pikir Semakin Cepat, Mengurangi stres, Melatih kesabaran dan ketangkasan.

Kadek merupakan salah satu dari beberapa orang yang hobby dalam bermain game, dia mengatakan bahwa "tidak semua bermain game berdampak negatif, jadi itu tergantung pada individu masing-masing. Dan perlu diketahui apapun yang berlebihan itu tidak baik". 

Sedangkan Ketut berpendapat lain, dia merupakan seseorang yang bisa di kata anti game. Dia berkata bahwa " banyak para pengguna game yang mengatakan bahwa game itu bisa merefresh otak, tapi kalau menurut saya malah sebaliknya, jadi bermain game itu bisa membuat otak menjadi capek, apalagi game online yang bisa dikatakan sedang naik daun pada era sekarang. Itu bisa membuat kecanduan dan menguras energi otak bagi si pengguna".

#Dampak Positif Pengaruh Game Online#

Semua tindakan yang dilakukan seseorang pasti memiliki sisi positif dan negatif, seperti kegiatan bermain game online. Hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh sudut pandang yang berbeda-beda. Selama ini, sebagian besar orang tua akan melihatnya dari satu sisi saja sehingga kegiatan ini akan terlihat kurang baik. 

Pada dasarnya, dampak bermain game tidak selalu jelek. Anda hanya perlu melihatnya dari segi yang berbeda dari biasanya.  Selain itu, dipengaruhi juga oleh perkembangan teknologi yang membuat sebagian besar anak-anak hingga dewasa suka permainan seperti ini. 

Lalu, apakah bermain game online memiliki dampak baik? Berikut ini ada 5 dampak positif dari bermain yang bisa Anda rasakan. 

1. Menambah Aktivitas Otak
Salah satu dampak positif game online yang bisa Anda rasakan yaitu menambah dan mengasah aktivitas otak. Tentu saja, pada setiap permainan dibutuhkan konsentrasi tinggi agar dapat fokus mencapai skor tertinggi. Selain itu, sambil menyelesaikan misi dibutuhkan strategi tepat sehingga memaksa otak Anda untuk mencari inovasi agar dapat menang melawan musuh. 

2. Melatih Rasa Kesportifan Terhadap Lawan
Pengaruh game online selanjutnya yaitu dapat melatih rasa sportifan pada lawan. Hal ini dapat membuat Anda lebih siap menerima kekalahan tanpa rasa putus asa ataupun kemenangan dengan rendah hati. Cara seperti ini dapat membuat Anda bermain lebih jujur mengikuti aturan yang berlaku. 

Biasanya permainan olahraga online ini tidak hanya dipelajari oleh para orang dewasa saja, namun anak-anak hingga remaja pun bisa mengerti makna dari bermain game online. Permainan online memang dapat dimainkan oleh hampir segala usia namun pastikan Anda juga mengawasi anak-anak agar tidak berlebihan dalam memainkannya.  

3. Mengasah Kemampuan Kerja sebagai Tim 
Di dalam area permainan online seringkali dibutuhkan kerjasama tim untuk mendapatkan sebuah kemenangan dan bonus. Oleh karena itu, Anda pun akan dilatih agar terbiasa berkomunikasi aktif bersama tim untuk saling membantu dan mendukung. 

Komunikasi ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengatur strategi antar pemain agar semakin kompak melawan musuh.  Hal ini sangat penting supaya kemenangan lebih mudah diperoleh. 

4. Membiasakan Diri dengan Lebih dari Satu Aktivitas
Agar dapat mencapai kesuksesan dalam bermain game online, dibutuhkan keahlian yang baik. Oleh karena itu, Anda membutuhkan konsentrasi tinggi agar dapat melakukan hal tersebut. Kebiasaan tersebut dapat menghasilkan dampak positif game online yaitu terbiasa melakukan lebih dari satu kegiatan secara bersamaan. 

5. Menghibur Diri dengan Aktivitas Berbeda
Berbagai aktivitas yang kita hadapi memang seringkali menimbulkan rasa bosan. Perasaan seperti itu dapat mempengaruhi menurunnya kinerja seseorang baik anak-anak di sekolah hingga orang dewasa yang sudah bekerja. Jadi, mulailah mencari aktivitas berbeda seperti bermain game online untuk menghibur diri dan mengembalikan semangat. 

Itulah dampak positif yang bisa Anda rasakan setelah bermain. Ternyata, memainkan permainan online tidak selalu buruk jika tidak dilakukan secara berlebihan. Untuk memastikan masa depan Anda dan keluarga tetap terjamin, dibutuhkan perlindungan terpercaya dari orang tua.

Intinya, game online membawa banyak dampak bagi kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun negatif, meskipun semua itu bisa dikatakan tergantung penggunanya. Kurang lebih bermain game online akan membawa lebih banyak dampak positif selama dilakukan dalam tahap wajar (tahu batas kapan harus berhenti) Untuk menghindari segala dampak negatifnya pun anda harus bermain game dengan taraf yang normal-normal saja. 

#tubaba@griyang bang#

Selasa, 26 Mei 2020

BANTEN SUDIWIDANI MENJADI ORANG HINDU

Banten Sudiwidani

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S

Banten ini akan diberikan kepada umat agama lain yang akan menjadi pepeluk agama hindu, biasanya perkawinan beda agama. berikut uraian bantennya.


Manut lontar Sundari Putih
salah ngambil ( ambil ) anak siyosan agama, kapatut :

  1. Byakawon, durmanggala, prayascita
  2. Sesayut pageh urip
  3. Sesayut sudhi wadani
  4. Pacolongtan, miyak sepih
  5. Panebusan, pangulapan
  6. Tigang sasihan
  7. Otonan ngelantur menek daha taruna
  8. Mesangih, mepadamel
  9. Basma kuning
  10. Melukat : Astu pungku, Lara wigna, Panca dewata, Resi Ghana, Betara Ghana, Sudha mala, Gni ngelayang, Sangkepi


Sesayut Sudi Wadani

luire:

  • Dulang mesusun wastra barak, putih. 
  • Mesusun kulit sayut meplekir, 
  • daging beras barak-putih, 
  • suci genep asoroh, 
  • daksina 1, 
  • tumpeng agung barak 1, putih 1, meiter. 
  • Tumpeng alit putih 5, barak 9, 
  • tulung 2, 
  • nasi kojongan 4, 
  • metakan daun sudamala, 
  • kwangen 5, 
  • iwak balong ( balung bolong ), 
  • sata wiring pinanggang, lan sata bitih, 
  • canang 5, 
  • sekar tunjung barak putih, 
  • klungah klapa gading, 
  • lis sanjata, 
  • toya wadah sibuh, 
  • pras panyeneng – buhu-buhu, 
  • bresian, 
  • pangresikan, 
  • lis busung, 
  • segaan cacahan, 
  • segahan kepelan mancawarna, 
  • tetabuhan genep.

Sesayut pageh urip

luire:

  • Kulit sayut meplekir, 
  • nasi tlompokan akucak, 
  • nasi tumpeng putih kuning pada adanan, mearu antuk toya cendana, mepager kwangen 9 siki, tumpenge mesekar cempaka putih kuning 9 katih, tunjung biru 1, tunjung putih 1, 
  • raka-raka sarwa suci magula tebu, 
  • pisang gading a ijas, 
  • raka-raka sarwa galahan, 
  • tulung urip 1, 
  • tulung sangkur 5, 
  • katipat pandawa 1, 
  • katipat sari 1,
  • iwak itik ginuling 1, 
  • tatebusan putih kuning sedah woh, 
  • roro ingapun, 
  • ganak merik, 
  • lis sanjata, 
  • klungah klapa gading 1, 
  • sibuh slaka medaging toya empul, 
  • arta 225, 
  • pabersihan jangkep.

A. Persyaratan Administrasi
Bagi seseorang yang akan melaksanakan upacara Sudhi Wadani, baik yang di lakukan oleh perorangan maupun kolektip (massal) diwajibkan terlebih dahulu memenuhi persyaratan administrasi, diantaranya :
1. Membuat surat pernyataan dengan tulus ikhlas untuk menganut agama Hindu, tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak lain.
2. Membuat surat permohonan kepada Parisadha Hindu dharma Indonesia setempat atau lembaga adat untuk pensuddhian.
3. Pas photo hitam putih ukuran 3x4cm sebanyak 2 lembar foto copy Kartu Tanda Penduduk.

4. Adanya saksi-saksi dalam pelaksanaan upacara Suddhi Wadani. Perlu diketahui dalam pelaksanaan upacara Suddhi Wadani tidak di tentukan batas umur bagi calon yang akan disudhikan karena upacara ini bersifat sebagai penyucian lahir bathin seseorang dan sebelum diatur persyaratan administrasi seperti tersebut tadi yang mana pelaksanaannya hanya dengan upakara dan disaksikan oleh masyarakat lingkungan.

B. Sarana upacara
Sarana Upacara selalu ditunjang dengan sarana Upakara yang sudah lazim terdiri dari :
1. Berwujud dedaunan, seperti : daun kelapa, daun enau, daun pisang, daun sirih, dan sebagainya.
2. Berwujud buah-buahan, seperti : buah kelapa, beras/padi, pinang, kacang-kacangan dan lain lain.
3. Berwujud bunga-bungaan atau kembang.
4. Berwujud air.

C. Pelaksanaan Upacara :

1. Yang bersangkutan (orang yang akan disudhiwadani) mengajukan permohonan pensudhian kepada PHDI setempat dengan melampirkan surat pernyataan masuk agama Hindu dan Paspoto.

2. Pihak Parisada sebagai penanggung jawab pelaksanaan upacara Sudhi wadani nenunjuk salah seorang rohaniawan untuk memimpin upacara, mempersiapkan upakara dan tempat pelaksanaan upacara.

3. Setelah ditentukan pemimpin upacara, Upakara, tempat upacara, Parisada memanggil calon yang akan disudhikan, biasanya di Pura atau tempat suci lainnya yang dipandang cocok.

4. Pemimpian upacara terlebih dulu mengantarkan upakara dengan puja mantra kehadapan Hyang Widhi beserta manifestasinya yang dipusatkan di Padmasana.

5. Calon yang disudhiwadani diharapkan sudah siap lahir batin dengan berpakaian bersih dan rapi serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada Hyang Widhi sebagai saksi agung.

6. Upacara Byakala sebelum memasuki halaman tempat suci dengan doa :
“Om kaki bhuta penampik lara, kaki bhuta penampik klesa, ngunduraken bhaya kalaning manusaning hulun.
Om ksama sampurna ya nama”.

7. Setelah melaksanakan upacara Byakala, orang yang disuddhikan diantar masuk kedalam tempat suci, kemudian dilakukan upacara prayascita. Upacara ini bertujuan yang bersangkutan dapat dibersihkan dan disucikan dari kotoran sehingga Atma yang bersemayam dalam diri pribadinya dapat memancarkan sinarnya.
Doanya :
“ Om Sri Guru Saraswati, sarwa roga, sarwa papa, sarwa klesa, sarwa kali, kuluwasa ya namah swaha “.

8. Upacara selanjutnya adalah persembahan upakara berupa Tataban atau ayaban sebagai pernyataan terima kasih kehadapan Hyang Widhi.
Doanya :
“ Om Bhuktyantu sarwa dewa bhuktyantu tri
Loka natham sageneh sapariwarah, sarwagah, sadhasidasah “.

9. Setelah selesai menghaturkan upakara, pemimpin upacara membacakan pernyataan yang sudah di tulis oleh yang melakukan Suddhi Wadani, kemudian ditirukan dengan seksama. Adapun bunyi surat pernyataan yang ditulis pada blangko surat pernyataan oleh calon Suddhi Wadani adalah sebagai berikut :
a. Om tat Sat Ekam eva adwityam Brahman
Sang hyang widhi wasa hanya satu tidak ada duanya.
b. Satyam eva jayate
Hanya kebenaran yang jaya ( menang )

c. Dengan melaksanakan ajaran agama Hindu kebahagiaan pasti akan tercapai.
Kemudian selesai mengucapkan pernyataan tersebut, yang disuddhikan disuruh menepati pernyataannya itu dengan mengucapkan janji sebagai berikut :
a. Bahwa saya akan tunduk serta taat pada hukum Hindu.
b. Bahwa saya tetap akan berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran serta batin untuk dapat memenuhi kewajiban saya sebagai umat hindu.

Kemudian di lanjutkan dengan penandatanganan Surat Keterangan Sudhi Wadani, baik oleh yang bersangkutan maupun oleh para saksi-saksi.

10. Setelah penandatanganan selesai dilanjutkan dengan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh pemimpin upacara guna memohon persaksian dan restu dari Hyang Widhi.

Adapun rangkaian persembahyangannya sebagai berikut :

a. Menyembah tanpa sarana ( tangan kosong ) yaitu tangan dicakupkan, diangkat setinggi dahi sehingga ujung jari sejajar ubun-ubun. Doanya : om atma tattwatma sadhanam swaha.
Artinya :
Hyang widhi yang merupaakn atma tattwa, sucikanlah hamba.

b. Menyembah dengan bunga/kembang.
Tangan menjepit bunga, ujung jari sejajar ubun-ubun ditujukan kehadapan Siwa Raditya, manifestasi Hyang widhi sebagai Dewa Surya untuk menyaksikan semua persembahan manusia.

Doanya :
Om adiyasya paramjyoti, raktateja namo stute
Sweta pankaja madhyasta bhaskara ya namo stute,
Om pranamya bhaskara dewam, sarwa klesa winasanam,
Pranamyaditya ciwartam bhukti mukhti warapradham,
Om rang ring sah parama ciwaditya namo namah swaha.

Artinya :
Hyang widhi hamba sembah Engkau dalam manifestasi sebagai sinar surya yang merah cemerlang, berkilauan cahaya-Mu, Engkau putih suci bersemayamditengah-tengah laksana teratai, Engkaulah Bhaskara yang hamba puja selalu.

Hyang widhi, cahaya sumber segala sinar binasa.
Karena Dikau adalah sumber bhukti dan mhukti, kesejahteraan hidup jasmani dan rohani. Hamba memuja-Mu, Hyang widhi paramaciwaditya.

c. Menyembah dengan Kwangen.
tangan menjepit Kwangen, ujung jari sejajar ubun-ubun sehingga permukaan kwangen berada lebih tinggi dari ubun-ubun. Pemujaan dengan kwangen ini ditujukan kehadapan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Ardanareswari.

Doanya :
Om, namah dewa adhistanaya, sarwa wyapiwai ciwaya,
Padmasana eka pratisthaya ardhanarecwaryainamo namah.

Artinya :
Hyang Widhi hamba memujuamu sebagai sumber sinar yang hamba muliakan, hamba memuja dikau sebagai Siwa penguasa semu makhluk, bertahta pada Padmasana sebagai satu-satunya penegak. Engkaulah satu-satunya wujud tunggal Ardanareswari yang hamba hormati.

d. Menyembah dengan Kwangen.
Tangan menjepit kwangen, ujung jari sejajar ubun-ubun ditujukan kehadapan Hyang Widhi guna memohon anugrah.

Doanya :
Om Anugraha manohara dewadatta nugrahaka
Arcanam sarwapujanam, namahsarwanugrahaka. Dewa-dewi mahasiddhi, yajnakita mulat idham, laksmisidhisca dhirgayuh, nirwignam sukha wrdhisca. Om ghring anugraha arcane ya namo namah swaha, om ghring anugraha manoharaya namo namah swaha.

Artinya :
Hyang widhi, limpahkanlah anugerah-Mu yang menggembirakan pada hamba, Hyang widhi maha pemurah yang melimpahkan segala kebahagiaan, yang dicita-citakan serta dipuji-puji dengan segala pujian. Hamba puja Engkau yang melimpahkan segala macam anugrah, sumber kesiddhian semua dewata yang semua berasal dari yajna kasih saying-Mu.

Limpahkanlah kemakmuran, kesiddhian, umur panjang serta keselamatan. Hamba puja dikau untuk dianugrahi kebaktian dan kebahagiaan.

e. Menyembah tanpa sarana.
Tangan dicakupkan diangkat sejajar dahi, sehingga ujung jari sejajar ubun-ubun. Tujuan menyembah terakhir ini untuk mengucapkan terima kasih atas anugrah yang dilimpahkan.

Doanya :
Om dewa suksma parama-achintya nama swaha
Om santih santih santih Om

Artinya :
Hyang widhi, hamba memuja-Mu dalam wujud suci yang gaib serta wujud maha agung tak dapat dipikirkan. Semoga semuanya damai dihati, damai didunia, damai selalu.

Dengan demikianlah berakhirlah rangkaian persembahyangan yang kemudian disusul dengan memohon tirtha ( air suci ) yang dipercikan, diminum, dan diraup.

Doanya :
Om pratama sudha, dwitya sudha, tritya sudha, sadham wari astu
Artinya :
Pertama suci, kedua suci, semoga disucikan dengan air ini.

11. Sebagai rangkaian terakhir dari pelaksanaan upacara Suddhi Wadani adalah Dharma Wacana yang diberikan oleh Parisaddha Hindu Dharma atau yang mewakili. Tujuan dharma wacana ini diberikan adalah untuk memberikan bekal dan tuntunan kepada umat hindu yang baru mulai menganut agama Hindu sehingga mereka mengetahui isi ajaran agama Hindu. Upacara ditutup dengan memberikan ucapan selamat oleh yang ikut menyaksikan berlangsungnya upacara pensudhian. Selanjutnya diakhiri dengan Parama santhi.

FORMULIR SUDIWIDANI

DHA DHA ITTIDAM DATTA DAYA DIVAM SUDDHI VADHANI

(SURAT PERNYATAAN BERAGAMA HINDU)

I. Yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama  :

2. Umur/tanggal lahir   :

3. Pekerjaan   :

4. Bangsa/suku  :

5. Tempat tinggal   :

6. Bapak :

a. Nama   :

b. Alamat  :

7. Ibu :

a. Nama   :

b. Alamat   :

II. Menyatakan dengan tulus hati dan kemauan sendiri, tanpa bujukan atau pengaruh dari orang lain, masuk agama Hindu dengan keyakinan :

1. OM TAT SAT EKAM EVA ADWITYAM BRAHMAN, Sang Hyang Widdhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ) adalah tunggal tidak ada duanya.

2. BRAHMAN, ATMAN, KARMAN, SAMSARA DAN MOKSA adalah lima pokok keyakinan/PANCA SRADA AGAMA HINDU.

3. MOKSARTHAM JAGADHITAYA CA ITI DHARMA :

Kebahagiaan rokhaniah yang kekal abadi serta kesejahteraan dunia adalah tujuan dari Dharma ( Agama Hindu )

4. Dengan kepatuhan dan kesetiaan menjalankan ajaran agama Hindu kebahagiaan pasti akan tercapai.

III. Untuk menepati maksud dan tujuan saya tersebut diatas saya sanggup dan berjanji:

1. Bahwa saya akan tunduk dan taat pada Hukum agama Hindu

2. Bahwa saya akan tetap berusaha sekuat tenaga dan pikira untuk memenuhi kewajiban saya sebagai umat Hindu.

3. Bahwa saya bersedia untuk di suddhikan menurut ketentuan-ketentuan Agama Hindu.

IV. Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan saya tanda tangani dihadapan para saksi, Pandita/Pinandita yang namanya tersebut dibawah ini :


SAKSI I.  SAKSI II.

1. Nama : .................... 1. Nama :.............

2. Umur : ...................... 2. Umur : ............

3. Pekerjaan : .............. 3. Pekerjaan :

4. Alamat :  .................. 4. Alamat :


……………….,

Yang memberikan pernyataan.

 

( _____________________ )

 

Nomor : …………………………….

Telah di suddhikan dan di syahkan sebagai penganut AGAMA HINDU

Pada hari _________________ tanggal _________________bertempat _________________


Dilakukan oleh Pandita/Pinandita Loka Pala Seraya.

Mengetahui dan membenarkan : Yang melaksanakan Upacara

KETUA PARISADA HINDU PANDITA/PINANDITA

DHARMA INDONESIA


( __________________ ) 


#tubaba//dokumen griyangbang#

Senin, 25 Mei 2020

Lebah atau Tawon di Bangunan Bali

Lebah atau Tawon di Bangunan Bali

Oleh : Jro Mangku Gde Baba

Salah satu keunikan budaya bali adalah menyelami segala ciri alam untuk dipelajari demi kebaikan masyarakatnya, salahsatunya adalah mengamati adanya binatang lebah (tawon) yang kadangkala bersarang di bangunan bali, baik rumah, pelinggih maupun bangunan lainnya.

bagi orang bali, adanya sarang tawon dibangunan bali memiliki arti tanda-tanda khusus yang akan terjadi kedepannya. pertanda tersebut akan membawa kebaikan apabila dilakukan suatu upacara tertentu, dan akan berakibat buruk bila tidak diupacarai. hal itu merupakan tanda pekarangan tersebut sudah terkena pengaruh "durmangala prawesa"
  • durmangala, berasal dari kata "dur" yang artinya telah terkena, "mala" yang artinya keletuhan; cemer; kotor, dengan sisipan "ng". sehingga menjadi kata "durmengala" yang artinya terkena keletuhan.
  • prawesa, berasar dari kata "para" yang dapat diartikan segala bentuk, sedangkan wesabersal dari kata "wasibhuta" yang artinya siksaan.
berikut ini penggalan isi "Lontar Roga Sengara Bumi":
iti widhi sastra sangkaya niti bhatara siwa druwa resi, sira pustikaning dewa angurip jagat, wenang amateni jagat, wenang tan kawara olih bhatara ring martyaloka. sehananing dewata nawasanga, panca dewata, catur dewata, tri purusa, asing dewata aparhyangan ring rasatala, kawasa dening bhatara druwa resi, sira munggwing swarga surya loka, candra loka, sira jiwaning dewata kabeh, sira meraga siptaning gumi, sira meraga ala ayu, sira meraga sarwa rupa, sarwa teja, sarwa tirtha, sarwa rupaning geni, sira nitah bhatara kabeh ring martyaloka, sira adakaken gring mageng, makuweh paparitaning jagat, angadakaken sakwehning kaprewesan muah durmangalaning jagat, luire:
hana katiban tawon muang nyawan asurupa maring wewangunan, maka ceciren wewangunan ika kakneng prawesa durmangala paomahania, sawetaning pracaraning wewangunan ika tatan manut, tinutusa sang bhuta tawan tangis, sangbhuta prawesan, bhuta durmangala de bhatara druwa resi. angawe aru hara durmangala ring sang adruwa omah, luire; amangguh kageringan tan pegatan, tan pegatan anemu redut, angawe wigna, angawe boros. yan hana katiben samangkana wenang kaparisudanan dening sagi-sagi luire: banten pejati, segehan warna ijo 11 tanding, matatkan sidi, sega penek kelongkongan sawiji, ulam daging bawi matah matatakan sengkuwi, metangkeb wastra petak, kelaksanayang ring rahina kajeng klion wudan ring natah paomahan, katur ring bhatara druwa resi, nunas tirtha pangeleburan durmangala prewesa.
sesuai petunjuk "Lontar Roga Sengara Bumi" bahwa:
manusia diberikan petunjuk oleh Hyang Widhi tentang kurangnya upacara yadnya di tempat tersebut, dikarenakan pekaranga itu sebelumnya pernah terkena kedurmangalaan seperti salah satu pohon tersambar petir (sinameraning gelap), maka Ida Hyang Siwa Druwa Resi mengirim bhuta Tawan Tangis dan bhuta Prawesa, sebagai utusan berupa serangga lebah (tawon), dimaksudkan agar manusia membaca isyarat tersebut.
apabila hal tersebut dibiarkan, tidak diupacarai lewat dari setahun, akan menimbulkan aura yang dapat mempengaruhi kehidupan penghuninya, berupa adanya anggota keluarga yang jatuh sakit tak putus-putusnya yang tidak pernah sembuh, sering juga terjadinya pertengkaran yang tiada habis-habisnya dan juga terjadinya keadaan boros dalam perekonomiannya.
menyimak dari petunjuk sastra diatas, dapat diambil suatu pengertian bahwa segala bentuk kejadian yang dialami oleh manusia khususnya umat hindu dibali tidak cukup dinilai dari aspek logika dan rasio, namun harus juga dengan bhakti dan sradha terhadap kekuatan yang dapat pempengaruhi kehidupan manusia, oleh karena itu alam memberikan bahasa isyarat kepada manusia dalam bentuk tanda tersebut, karena alam menuntut manusia agar melaksanakan kewajiban untuk mengembalikan keseimbangan hidupnya terhadap alam.

Tata Cara Pelaksanaan Upacaranya

mengenai pelaksanaan upacara pemarisudha tawon atau lebah, dilaksanakan pada hari Kajeng Kelion Uwudan (kajeng klion setelah purnama), adapun urutan ritualnya dapat diungkapkan sebagai berikut:

Lokasi Pelaksanaannya
Upakara di Sanggah Kemulan:
  • Banten Pejati
  • Ngajum tirtha
Upakara di Bangunan yang disarangi lebah/nyawan:
  • Banten Pejati
kalau lebah tersebut di bangunan suci pura, maka banten labanya ditaruh di halaman pura/pamerajan sebagai berikut:
  1. banten pejati lengkap
  2. sesayut durmangala
  3. Bayakawonan
  4. Payascita
  5. segehan sasahan ijo 11 tanding, ulam bawang jae garam, dengan alas sebuah sidi. lengkap dengan 2 takir yang berisi arak dan berem
  6. banten soda, dengan nasi kelongkongan (penek) 1 buah, berisi daging babi mentah, beralaskan sebuah sengkuwi ulatan 9 katih. tutup dengan kain putih.
 kalau sarang lebah/tawon di bangunan rumah, maka banten laban diatas, upacaranya dipusatkan dihalaman rumah. dan ditambah Banten Pejati ngajum tirtha untuk di Penunggun Karang.

Tata caranya:
ngastawa kehadapan sang hyang siwa raditya sebagai pesaksi:
mantra:
ong aditya syaparanjotir, rakta teja namas tute, sweta pangkaja madyaste, baskara ye namah swaha.
ong  hrang hring sah parama siwaditya ye namah swaha.
sesontengan saa:
om pakulun sang hyang siwa raditya, sang hyang wulan lintang tranggana, saksinan pinakengulun angaturaken tadah saji pawitra sprakaraning daksina, pinakengulun angaturaken saji pemarisudha keprewesa muah kedurmangalan kawentenan tabwan/nyawan ring wewangunan, asung kertha nugraha bhatara maka saksi, pinakengulun aminta anugraha tirtha pangeleburan prewesan muah kedurmangalan, mangda kelukat kelebur menadi amertha kauripan.
om sidhi rastu ye namah swaha.
pangestawa kehadapan bhatara siwa druwa resi:
mantra:
ong, na, ma, si, wa, ya, ang, ah, ong, ing, siwa druwa resi maha sidhi ya namah swaha.
sesontengan saa:
nastuti pekulun bhatara sang hyang siwa druwa resi, meraga sang hyang luhuring angkasa, pinakengulun ring mercapada keni kaprewesan durmengala, kehanania hana tawon utawi nyawan ring wewangunan, menawa maka utusan bhatara, miwah menawa kirang yasan pinakengulun ring bhatara, mangke ulun angaturaken tinebasan antuk seprakaraning daksina, aruntutan sesayut durmangala sega penyanggra marupa; sega sasah ijo 11 tanding, banten soda agung meiwak daging bawi mentah, saksinan pinunas ingsun ring bhatara, asung kertha nugraha bhatara mapaica tirtha pangeleburan sehananing prawesan durmengala ring paumahan ingsun, menadi paripurna ye namah swaha.
mantra sesayut durmengala:
sa, ba, ta, a i, ndah kita sang bhuta durmangala durmangali, sang bhuta durmita durmiti, mari sira mona, saksinan ingsun paweha sira tadah saji sanggraha, maka saji sesayut durmangala, iki tadah saji nira ngeraris amukti sari, wus amukti sari, aja lupa aja lali sira ring tutur-tutur sang hyang dharma, wus amukti sari, sumurup sira menadi widyadara-widyadari aluare sira saking wewangunan muah paumahan ingsun, pasang sarga sira ring bhatara siwa, ong ang... ah mertha bhuta ye namah swada, ong ing namah.
mantra laban:
sa, ba, ta, a i,sarwa bhuta ya namah swada, ndah ta kita sang bhuta tawan tangis, sang bhuta durmengala, sang bhuta prewesa, mari sira mona apupul sira kabeh, saksinan ingsun paweha sira tadah saji ganjaran, maka saji sega warna ijo 11 tanding, sega penek agung maiwak daging bawi mentah, iki tadah sajinira, pilih kabelanira suang-suang, ngeraris amukti sari, wus amukti sari aluara sira saking wewangunan muah paumahan ingsun, paweha ingsun kerahayuan, ang ah, mertha bhuta ye namah swada, pasang sarga sira ring bhatara siwa, ong ing namah.
setelah pangastawa tadi, langsung mengucapkan mantra pesucian:
mantra:
ong jalasidhi maha sakti,
sarwa sidhi maha tirtha,
sarwa tirtha manggala'ya, 
sarwa papa minasaya,
ong sriyam bhawantu, 
ong sukham bhawantu, 
ong purnam bhawantu,
sesudah ngaturang tirtha pasucian tersebut, baru percikan tirtha sesayut durmangala tersebut ke seluruh bangunan di rumah sampai ke pintu gerbang (angkul-angkul) dan lebuh. namun kalau tidak memakai mantra cukup mencipratkan (memercikan) tirtha penglukanan dari sulinggih saja.

kemudian ngayabang banten pejati:
mantra:
ong hyang angadakaken sari,
ong hyang anyumputaning sari,
ong hyang angisepaning sarining yadnya
lunga-sari-teka-sari (3x)
ang ah amertha sanjiwani ye namah swaha
ang, ung, mang, siwamertha ye namah swaha.
kemudian tetabuhan arak berem pada laban tersebut, dengan tata cara:
  1. berem, kemudian arak (pinaka upethi)
  2. tirtha (pinaka nyomia / stiti)
  3. arak, kemudian berem (pinaka prelina)
pengerstawa kehadapan bhatara hyang guru.............

kemudian memohon penugrahan,
mantra:
ong anugeraham manuharam, 
dewa datta nugerahakem, 
yarcanam sarwa pujanam, 
namah sawra nugerahakem, 
dewa-dewi maha sidhi, 
yadnya khartem mulat midem, 
laksmia sidhis'ca,
dirgahayu nirwigna suka werdhi tah
sesudah itu, sanak keluarga melakukan persembahyangan bersama sesuai "kramaning sembah", dan metirha yang ngajum di banten pejati. dan terakhir nunas tirtha bhatara hyang guru.

setelah anggota keluarga semua metirtha, banten laban tersebut ditatab, tirta-tirtanya tersebut dipercikkan ke seluruh banguan dirumah hingga ke lebuh. selanjutnya laban tersebut diletakkan ditempat sarang tawon/lebah. biarkan satu malam, keesokan harinya diletakkan di depan angkul-angkul (lebuh), sorenya sodah bisa dibuang.
demikian sekilas acara upacara untuk rumah lebah di bangunan suci, tala madu di pelinggih, rumah tawon di bale kulkul, sarang lebah madu di pura, sarang tawon di sanggah pamerajan, umah nyawan di meru pura,sarang lebah madu di paumahan, Lebah atau Tawon di Bangunan Bali