Jumat, 08 Mei 2020

Parikshit: Menghadapi Kematian setelah Mendengarkan Bhagavatam #BhagavatamIndonesia

“Demikian mereka senantiasa memuliakan Aku; berupaya untuk menyadari kehadiran-Ku di mana-mana; dan selalu berlindung pada-Ku dengan keyakinan yang teguh. Sesungguhnya, mereka telah bersatu dengan-Ku dalam meditasi, puja-bakti, dan panembahan mereka, yang sepenuhnya terpusatkan pada-Ku.” Bhagavad Gita 9:14

Apa yang kita inginkan dari dan dalam hidup ini? Jika kita menginginkan Ananda atau Kebahagiaan Sejati – maka tidak ada jalan lain, metode lain kecuali satu – yaitu, berkesadaran Jiwa. Jiwa adalah kekal, karena ia tidak pernah berpisah dari Jiwa Agung. Perpisahan adalah ilusif, khayalan, imaginer, yang kemudian merosotkan kesadaran kita dan mengalihkannya ke badan dan indra.

…………….

“Memuliakan-Nya” berarti senantiasa memuliakan Kesadaran Jiwa, Jiwa Agung; serta menempatkan-Nya di atas kebutuhan-kebutuhan raga, indra dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu dipenuhi. Kebutuhan indra, badan – semuanya mesti diladeni dengan moderasi. Tidak berlebihan, tidak kekurangan – berkecukupan. Namun jangan lupa, terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu, Jiwa tidak ikut bahagia. Kebahagiaan Jiwa datang dari kesadaran akan hakikat dirinya.

……………….

Tanpa Kesadaran Jiwa – badan yang satu ini; indra yang berjumlah lima ditambah indra-indra persepsi yang berjumlah lima pula; gugusan pikiran dan perasaan, keberhasilan akademis dan profesional – semuanya menjadi “segala-gala”nya. Jika ada yang hilang, maka kita kehilangan segala-galanya.

Kesadaran Jiwa membuat kita tidak merasa kehilangan sesuatu apa pun, walau kita menyaksikan tubuh menjadi debu, menjadi abu! Saat itu pun kita masih bisa menyanyi girang dan bersuka cita, “Aku abadi, aku abadi. Sivoham, So ham!” Saat itu, kita baru menyanyikan Bhajan, baru mengagungkan kemuliaan-Nya dalam pengertian yang sesungguhnya. Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia lewat #BhagavadGitaIndonesia

 

“Pusatkanlah segenap pikiran dan perasaanmu pada-Ku; berbhaktilah pada-Ku; (tundukkan kepala ego) bersujudlah pada-Ku dengan semangat panembahan yang tulus; demikian, berlindung pada-Ku senantiasa, niscayalah kau meraih kemanunggalan dengan-Ku.”

Segala sembah, sujud, dan sebagainya – bukanlah untuk membuat seseorang menjadi hamba Krsna. Bukan, itu bukanlah tujuan Krsna. Krsna bukanlah seorang guru picisan yang sedang mencari, dan merekrut murid. Ia tidak senang melihat kita membuntutinya seperti domba. Ia menginginkan kita – setiap orang di antara kita – untuk mengalami apa yang dialami-Nya. Yaitu, kemanunggalan ‘aku’ kecil, aku-ego, dengan Jiwa Agung. Pertemuan antara Jiwa-Individu dan Jiwa-Agung – Jivatma dan Paramatma. Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia lewat #BhagavadGitaIndonesia

Tujuh hari telah berlalu, sejak Parikshit mendengarkan cerita-cerita dari Rishi Shuka.

Rishi Shuka berkata, bagi mereka yang mendengarkan cerita Srimad Bhagavatam ini dengan penuh penghayatan, tidak ada ketakutan terhadap kematian. Makhluk-makhluk hidup semua berawal dari yang tidak nyata – tidak berwujud; dan, berakhir pula dalam ketidaknyataan, tidak berwujud lagi. Hanyalah di masa pertengahan mereka menjadi nyata, berwujud. Tidak demikian dengan Atman yang selalu ada. Renungkanlah badan yang sementara ada dan Atman yang selalu ada.

Parikshit berkata bahwa dia sudah melampaui rasa takut terhadap kematian. Parikshit mohon ijin pergi untuk menyelesaikan kehidupannya. Rishi Shuka beserta para rishi yang lain juga meninggalkan tempat tersebut.

Parikshit duduk bersila melakukan Yoga. Ular Taksaka mewujud sebagai brahmana mendekati Parikshit, tidak ada seorang pun yang mempedulikan brahmana tersebut. Tak lama kemudian brahmana tersebut kembali menjadi ular yang menggigit ParikshitParikshit terbakar menjadi abu………………

 

Bhagavatam mengatakan bahwa cerita dan perbuatan Gusti Pangeran tidak dapat dipahami. Tidak ada yang bisa mengerti mengapa dilakukan-Nya, tetapi mendengarkan/membaca kisah Srimad Bhagavatam menghasilkan kebahagiaan di dalam hati dan memberikan keabadian. Begitulah sifat keilahian.

(Memahami semua perbuatan Gusti Pangeran berarti kita telah menjadi Gusti Pangeran??)))

Perhatikan gelombang radio yang dipancarkan dari Delhi, Bangalore, Madras, Calcutta, Sri Lanka, bahkan Amerika. Tidak ada dua gelombang yang berbaur. Amat sangat misteri! Tidak ada kebingungan antara jutaan gelombang di udara. Kapan kebingungan muncul? Hanya saat kita tidak menyetel stasiun pemancar yang benar. “Tuning” atau menyetel gelombang itulah meditasi. Selesaikan pikiran Anda dengan fokus untuk menerima “berita”, yaitu, penglihatan ilahi. Bila pikiran tidak fokus, penerimaannya tidak jelas atau tidak berarti.

Matahari bersinar di atas kolam. Airnya beriak karena angin. Matahari tampak goyah di kolam. Namun kenyataannya, hanya gambar yang goyah, bukan matahari. Gelombang dalam pikiran Anda membuat Anda merasakan keilahian dalam berbagai suasana hati, nama, bentuk. Tapi keilahian adalah satu. Bukan keilahian tapi hanya perasaanmu yang berubah seiring berjalannya waktu. Meditasi adalah proses penyatuan pikiran yang terpecah.

Semua orang bisa melihat keberagaman. Kita harus melihat kesatuan dalam keberagaman, dengan prinsip dasar, atma. Bagaimana? Seperti piring, gelas dan sendok perak. Nama dan bentuknya berbeda. Nilai masing-masing objek juga berbeda. Tapi nilai peraknya sama, baik di piring, gelas maupun sendok. Keilahian telah mengasumsikan nama dan bentuk setiap entitas dalam penciptaan. Anda mungkin menghargai dan menghargai satu persatu dan menertawakan orang lain. Inilah sikap yang didasarkan pada perilaku orang-orang tersebut. Tapi prinsip atma adalah satu.

Terjemahan bebas dari Discourse on Srimad Bhagavatam by Sai Baba chapter 2

Terima kasih kami ucapkan kepada para pembaca #BhagavatamIndonesia, semoga Sri Vasudeva, caretaker, penjaga alam semesta, penjaga kesucian diri kita semua, Sri Narayana, Dia yang berada di setiap Nara, setiap makhluk, di mana-mana memberkati hidup kita semua.

 

Shanti mantra peace and meaning

 

Om Sarvesham Swastirvavatu – in sanskrit with meaning – mantra from Upanishad

 

Om Sarveshaam Svastir-Bhavatu |

Sarveshaam Shaantir-Bhavatu |

Sarveshaam Purnnam-Bhavatu |

Sarveshaam Manggalam-Bhavatu |

Om Shaantih Shaantih Shaantih ||

 

Meaning:

1: May there be Well-Being in All,

2: May there be Peace in All,

3: May there be Fulfilment in All,

4: May there be Auspiciousness in All,

5: Om Peace, Peace, Peace.

 

Om Sarve Bhavantu Sukhinah – in sanskrit with meaning – mantra from Upanishad

 

Om Sarve Bhavantu Sukhinah

Sarve Santu Nir-Aamayaah |

Sarve Bhadraanni Pashyantu

Maa Kashcid-Duhkha-Bhaag-Bhavet |

Om Shaantih Shaantih Shaantih ||

 

Meaning:

1: Om, May All become Happy,

2: May All be Free from Illness.

3: May All See what is Auspicious,

4: May no one Suffer.

5: Om Peace, Peace, Peace.

 

Om Sahana Vavatu (Saha Navavatu) – in sanskrit with meaning – mantra from Upanishad

Om Saha Naav[au]-Avatu |

Saha Nau Bhunaktu |

Saha Viiryam Karavaavahai |

Tejasvi Naav[au]-Adhiitam-Astu Maa Vidvissaavahai |

Om Shaantih Shaantih Shaantih ||

 

Meaning:

1: Om, May God Protect us Both (the Teacher and the Student) (during the journey of awakening our Knowledge),

2: May God Nourish us Both (with that spring of Knowledge which nourishes life when awakened),

3: May we Work Together with Energy and Vigour (cleansing ourselves with that flow of energy for the Knowledge to manifest),

4: May our Study be Enlightening (taking us towards the true Essence underlying everything), and not giving rise to Hostility (by constricting the understanding of the Essence in a particular manifestation only),

5: Om, Peace, Peace, Peace (be there in the three levels – Adhidaivika, Adhibhautika and Adhyatmika).

 

Om Asato Ma Sadgamaya – in sanskrit with meaning – mantra from Upanishad

Om Asato Maa Sad-Gamaya |

Tamaso Maa Jyotir-Gamaya |

Mrtyor-Maa Amrtam Gamaya |

Om Shaantih Shaantih Shaantih ||

 

Meaning:

1: Om, (O Lord) Keep me not in the Unreality (of the bondage of the Phenomenal World), but lead me towards the Reality (of the Eternal Self),

2: (O Lord) Keep me not in the Darkness (of Ignorance), but lead me towards the Light (of Spiritual Knowledge),

3: (O Lord) Keep me not in the (Fear of) Death (due to the bondage of the Mortal World), but lead me towards the Immortality (gained by the Knowledge of the Immortal Self beyond Death),

4: Om, (May there be) Peace, Peace, Peace (at the the three levels – Adidaivika, Adibhautika and Adhyatmika).

 

Om Purnamadah Purnamidam – in sanskrit with meaning – mantra from Upanishad

Om Puurnnam-Adah Puurnnam-Idam Puurnnaat-Purnnam-Udacyate

Puurnnasya Puurnnam-Aadaaya Puurnnam-Eva-Avashissyate ||

Om Shaantih Shaantih Shaantih ||

 

Meaning:

1: Om, That (Outer World) is Purna (Full with Divine Consciousness); This (Inner World) is also Purna (Full with Divine Consciousness); From Purna comes Purna (From the Fullness of Divine Consciousness the World is manifested) ,

2: Taking Purna from Purna, Purna Indeed Remains (Because Divine Consciousness is Non-Dual and Infinite).

3: Om Peace, Peace, Peace.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar