Sloka - Sloka AGURON GURON
Hana ta wwang mangke kramanya, tan pasuruhan sang ramarenanya, apayapan tan pamnganya, yan tan hinayapakenya ri sang ramarena, salwirning tinadahnya, niyata sang ramarena tapwa pinanganya sarisari, ikang wwang mangkana kramanya, ya ika yathasukhan panemwaken sukha asamasama dlaha.
Sarasamuccaya 227
Artinya :
Adalah orang yang begini prilakunya, tidak menjadikan ibu bapaknya tukang masak, iapun tidak makan jika tidak disuruh oleh ibu bapaknya, segala sesuatu yang dimakannya yang telah disisakan oleh ibu bapaknya, itulah dimakan olehnya setiap hari, maka orang yang demikian perbuatannya, adalah merasa diri senang puas, sebab memperoleh kebahagiaan yang tiada taranya kelak.
Sloka tersebut mengisyaratkan seorang anak untuk selalu hormat dan bhakti kepada ornagtuanya, selalu mengutamakan pelayanan yang tulus kepada mereka sehingga nantinya akan mendapatkan kebahagiaan yang tiada taranya kelak.
Selain itu anak juga diharapkan untuk memiliki rasa simpati kepada orang yang tertimpa musibah, membantu orang yang memerlukan seperti ornag miskin, orang sakit, seperti yang dipaparkan dalam sloka berikut.
Nihan singgah anak, ikang carananing anatha, tumulung kadang kalaran doning saktinya, danakena donya antuknya angarjana, panganening daridra donyan pasuruhan, ikang mangakana yatikanak ngaranya.
Sarassamuccaya 228
Artinya:
Yang dianggap anak adalah orang yang menjadi pelindung ornag yang memerlukan pertolongan serta untuk menolong kaum kerabat yang tertimpa kesengsaraan, segala hasil usahanya agar disedekahkan, gunanya ia memasak menyediakan makanan untuk orang-orang miskin, oran yang demikian itu putra sejati namanya.
Lebih lanjut terkait etika sebagai seorang anak atauun sisya (murid) hendaknya memperhatikan sloka-sloka berikut :
Hana pwa drohaka ring pangajyanya, ring bapebu kunang, makakaranang kaya, wak, manah, ikang mangkana kramanya, agong papanika, lwih sakeng papaning bhrunaha, bhrunaha ngaraning rurugarbha, sangksepanya atyanta papanika.
Sarassamuccaya 234
Artinya :
Jika ada orang berkhianat terhadap guru, terhadap ibu dan bapa, dengan jalan perbuatan, perkataan dan pikiran, orang yang demikian perilakunya amat besarlah dosanya, lebih besar daripada dosa bhrunaha artinya menggugurkan kandungan, singkatnya amat besarlah dosanya.
Nyang daya, haywa juga ngwang sumahur awahil-wahilan lawan guru, mangkana yar abuteng, anumanan sira, asihasihen, petenikang sanukana ri manahnira.
Sarassamuccaya 237
Artinya:
Yang patut dilakukan adalah sebagai berikut ini, jangan menjawab secara berolok-olok kepada guru, jika beliau gusar, berang hatinya, sabarkan beliau, hiburlah, usahakanlah segala yang menyenangkan beliau.
Lawan waneh, haywa juga ngwang mangupat ring guru, yadyapin salahkena polahnira, kayatnakena juga gurupacarana, kasiddhaning kasewaning kadi sira, bwat amuharalpayusa amangun kapapan kanindaning kadi sira.
Sarassamuccaya 238
Artinya:
Dan lagi, jangan sekali-kali mencela guru, meskipun keliru perbuatan beliau, hendaklah diusahakan baik-baik cara perlakuan yang layak kepada guru, agar berhasil melaksanakan pengabdian kepada beliau, sangatlah menyebabkan usia pendek serta menimbulkan dosa jika menghina guru.
Matangnyan mangkeng ulaha ring wwang matuha, manantwa swagata awehonggwanunggwan, manembaha asila angharepakena, yar angkat mangaterakena.
Sarassamuccaya 248
Artinya:
Perilaku anak terhadap orangtua hendakanya sebagai berikut: memberi salam selamat dan menyapanya dengan sopan santun, mempersilahkan duduk, kemudian menyembah serta dengan sopan duduk bersila dihadapannya, pada waktu berangkat hendaklah mengantarkannya.
Kuneng phalaning kabhaktin ring wwang atuha, pat ikang wrddhi, pratyekanya, kirti, ayusa, bala, yasa kirti ngaraning paleman ring hayu, ayusa ngaraning hurip, bala ngaraning kasaktin, yaca ngaraning patitinggal rahayu, yatikawuwuh paripurna, phalaning kabhaktin ring wwang atuha.
Sarassamuccaya 250
Artinya:
Akan pahala hormat bakti terhadap orangtua, adalah empat jenis hal yang bertambah, perinciannya : kirti, ayusa, bala, yaca. Kirti artinya pujian tentang kebaikan, ayusa artinya hal hidup, bala artinya kekuatan, yaca artinya peninggalan yang baik (jasa), itulah yang bertambah sempurna sebagai pahala hormat bakti terhadap orangtua.
Nāsti satyāt paro dharmo nānrtāt pātakam param
Triloke ca hi dharma syāt tasmāt satyam na lopayet
( Slokantara, sloka 3 (7) )
Terjemahan :
Tidak ada dharma (kewajiban suci) yang lebih tinggi dari kebenaran (satya), tidak ada dosa yang lebih rendah dari dusta. Dharma harus dilaksanakan diketiga dunia ini dan kebenaran harus tidak dilanggar.
Nāsti satyāt paro dharmo nānrtāt pātakam param
Triloke ca hi dharma syāt tasmāt satyam na lopayet
( Slokantara, sloka 3 (7) )
Terjemahan :
Tidak ada dharma (kewajiban suci) yang lebih tinggi dari kebenaran (satya), tidak ada dosa yang lebih rendah dari dusta. Dharma harus dilaksanakan diketiga dunia ini dan kebenaran harus tidak dilanggar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar