Rabu, 11 Maret 2020

GURU PIDUKA

GURU PIDUKA
============


Guru Piduka dan Bendu Piduka, adalah nama upakara, sesajen atau banten yang digunakan dalam upacara agama Hindu. Upakara ini dipersembahkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa atau leluhur sebagai sarana permohonan maaf serta memohon waranugrahanya.
Guru Piduka berasal dari dua kata, yaitu ”Guru” dan ”Piduka”.
Guru menurut Kamus ”Sansekerta”, berarti ; berat, besar, luas, hebat dan penting. Guru juga merupakan nama lain dari Dewa Siwa. Arti lain dari Guru ialah ; sesajen berupa Tumpeng Guru, yaitu tumpeng yg pada ujungnya diisi telur itik yg direbus dan dipersembahkan kepada Dewa Siwa. Kata ”Piduka” berasal dari kata ”duka”, yang artinya ; marah, kesusahan, kesukaran.
Sedangkan ”Bendu” artinya ; marah, duka, benci, murka, dendam.

Jadi Guru Piduka dan Bendu Piduka adalah ; persembahan atau haturan upakara sebagai sarana permohonan maaf dan sekaligus memohon anugerah yang utama atas kemarahan, kesedihan dan sejenisnya yang ditimbulkan oleh leluhur / Tuhan kepada manusia.

BEBERAPA SEBAB PERLUNYA DISELENGGARAKAN UPACARA ”GURU PIDUKA”, yaitu, a.l. ; 

1). Sakit berkepanjangan tiada sembuh-sembuh. 
2). Banyak orang mati dalam waktu singkat . 
3). Sering terjadi mati Salah Pati dan Ulah Pati. 
4). Terjadi hubungan 'salah timpal' antara manusia dg binatang, antara binatang dg lain jenis binatang.
5). Terjadi hubungan Gamia Gemana, yaitu hubungan sex antara orang tua dengan anak kandung, anak dengan saudara kandung.
6). Kematian salah satu keluarga bertepatan dengan hari piodalan di Sanggah / Pemerajan / Pura setempat .
7). Keributan terus menerus dalam keluarga, kurang harmonisnya hubungan dengan leluhur / Tuhan.
8). Terbakarnya tempat suci baik disebabkan oleh api maupun halilintar serta dirusak oleh angin puyuh.
9). Tempat suci atau kahyangan tertimpa cemer (kotoran). 
10). Pada bangunan suci / kahyangan yg cemer (kotor), seperti ; ada mayat manusia, darah manusia datang bulan, orang bersetubuh di kahyangan, tulang bangkai manusia di kahyangan, suara tangis pelan, disambar petir, mati bunuh diri, dimasuki binatang berkaki empat.

Di Dalam lontar DEWA TATTWA, disebutkan demikian ;

"...mwah yan hana kukus tan pantara malebek, mwang suara karungu maha ngerik, tan karasa swaraning janma, tiba ring kahyangan, dudu sang maderbe kahyangan mwang ngaturang lepir, wenang ngaturang Guru Piduka sakramania ..” 

ARTINYA

 ”...dan apabila ada asap tebal mengumpal tanpa sebab dan terdengar suara menjerit seperti bukan, suara manusia memusat di kahyangan, itu pertanda bahwa yang memiliki dan Pemangku parhyangan itu sedang keadaan cemar, oleh karena itu patut mempersembahkan Guru Piduka". ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar