BAIT SANG PELOPOR PASEMETONAN DI PUNDUKDAWA,
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S. M.Pd
RASAKU PENUH PELUH KURIBU,
DALAM PELUH AKU MENUNGGU,
TAK TERASA ANGIN MENGGEBU,
MENCEKIK RAGA NAN KIAN KAKU,
KAULAH SANG PELOPOR PASEMETONAN, WALAU DARI LUBANG NAN KOTOR,
NIATMU SUCI DAN TULUS DARI HATI,
NAMUN WAKTU TELAH MENGUBURMU MATI
Kita tidak sedang bercengkrama dengan langit
langit lebih memilih menenggelamkan mentarinya kala senja
Tidak sedang bersahabat dengan samudera
samudera lebih memilih menghancurkan nusa dengan ombaknya
Tak pula kita bersenda dengan waktu
Toh waktu hanya berjalan cepat menghantar masa, masa kita menuju tua
Sementara beban di pundak kita semakin memberat
Bergelayut tak berkurang dalam jengkalnya
Hanya tangis di sudut-sudut mata menjadi penggerak langkah
Tangis sebab ulah tangan-tangan penuh dosa
Namun,
bukan hujatan yang pantas terucap
Caci dan maki tak pantas tertuturkan
Aku, kamu
Kita
Tahu
semua kepala tak ada yang sempurna
Dan,
Bukankah bergandengan tangan jauh lebih indah?
Bukankah bahu membahu jauh lebih bermakna?
Untuk kita.
Sang Pelopor Pasemetonan di Pundukdawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar