Senin, 21 Desember 2020

SUSUNAN ACARA DIKSA PARIKSA

SUSUNAN ACARA DIKSA PARIKSA


Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd

Nama Calon Diksa        :    IDA BHAWATI SUMERTA

Hari/Tanggal                 :    MINGGU, 3 JANUARI 2021

Waktu                           :    09.00 WITA – SELESAI

Tempat                          : GRIYA AGUNG BANGKASA, BR. PENGEMBUNGAN, DS. BONGKASA, KEC. ABIANSEMAL - BADUNG

Diksa Pariksa dihadiri oleh :

1. Manggala Dharma Upapathi PHDI Kab. Buleleng
2. Tim Diksa Pariksa Pengurus PHDI Kabupaten Buleleng
3. Unsur Pemerintah Kab Buleleng.
4. Kementerian Agama Kab Buleleng
5. Pimpinan Lembaga ( MMDP, MADP, PHDI Kecamatan Calon Diksita ).
6. Kepala Wilayah ( Camat, Perbekel dan Bendesa, Keliang Banjar Dinas dan Keliang Banjar Adat Calon Diksita ).
7. Pandita Nabe Napak, Nabe Waktra dan Nabe Saksi.
8. Ketua PDDS BALI
9. Calon Diksa dan keluarga
10. Undangan-undangan lainnya


SUSUNAN ACARA

1. Pembukaan ( Atur Pamahbah )
2. Atur Piuning Prawartaka Karya/Ketua PDDS
3. Atur Panyembrama Ketua PHDI Kab Buleleng
4. Diksa Pariksa oleh Tim Diksa Pariksa PHDI Kab Buleleng.
5. Dharma wacana:
#Dharma Upapathi
#Pandita Nabe

6. Sambrama Wacana:
#Kementerian Agama
#Majelis Desa Adat
#Bupati / Wakil dari Pemerintah

7. Penutup / Kesimpulan

 
DIKSA PARIKSA CALON SULINGGIH

Berdasarkan Keputusan Mahasabha PHDI ke-2 tanggal 2 s/d 5 Desember 1968, yang dimaksud dengan Sulinggih ialah mereka yang telah melaksanakan upacara Diksa, ditapak oleh Nabe-nya dengan Bhiseka: Ida Pandita Mpu, Rsi Agung, Pedanda, Bhujangga, Rsi, Bhagawan, Mpu, dan Dukuh.

Pada Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu ke-14 tahun 1986/1987 tentang Pedoman Pelaksanaan Diksa, ditetapkan sebagai berikut:

Umat Hindu dari segala warga yang memenuhi syarat-syarat:

 
PERSYARATAN FORMAL.

Laki-laki yang sudah kawin dan yang nyuklabrahmacariWanita yang sudah kawin dan yang tidak kawin (kania)Pasangan suami/ istriUmur minimal 40 tahunPaham Bahasa Kawi, Sanskerta, Indonesia, memiliki pengetahuan umum,pendalaman intisari ajaran-ajaran agamaSehat lahir bathin dan berbudi luhur sesuai dengan sesanaBerkelakuan baik, tidak pernah tersangkut perkara pidanaMendapat tanda kesediaan dari pendeta calon Nabe-nya yang akan menyucikanSebaiknya tidak terikat akan pekerjaan sebagai pegawai negeri ataupun swasta kecuali bertugas untuk hal keagamaan.


KELENGKAPAN ADMINISTRASI

1. Surat permohonan mediksa kepada PHDI Kabupaten.
2. Surat Keterangan berbadan sehat dari dokter Rumah Sakit atau Puskesmas.
3. Surat Keterangan berkelakuan baik dari Resort Kepolisian.
4. Daftar riwayat hidup.
5. Daftar riwayat pendidikan formal maupun non formal.
6. Surat pernyataan kesiapan diri menjadi Sulinggih yang diketahui oleh para penguasa wilayah baik dinas maupun adat setempat.
7. Surat Pernyataan Tanggungjawab dari keluarga marep yang diketahui oleh para penguasa wilayah baik dinas maupun adat setempat.
8. Menyertakan pas-foto.

 
PERSYARATAN SPIRITUAL

1. Bekerja tanpa nafsu dan motif kerjanya dibakar api ilmu pengetahuan, dinamakan orang-orang arif, sebagai seorang pandita budiman.( Bhagawadgita ).
2. Orang yang mencapai kebebasan jiwa, yang segala pekerjaannya tidak lagi meninggalkan ikatan-ikatan keduniawian karena ia terbebas menuju kelepasan.
3. Seseorang yang sudah mencapai “Niskama Karma” yang meyakini hukum karma-phala.
4. Orang yang sudah melaksanakan/ merealisasikan sadhana sehari-hari. Sadhana menurut Lontar Wrehaspati Tattwa adalah tiga jalan menuju Sang Hyang Wisesa Paramartha (Tuhan YME), yaitu Yoga yang terdiri dari: Jnanabhyudreka (mengerti ajaran tattwa), Indriyayogamarga (tidak terikat oleh indra), Tresnadosaksaya (dapat menghilangkan pahala perbuatan).
5. Sang Sadaka disebut pula sebagai “Sang Katrini Katon”, yaitu “Wakil Hyang Widhi di dunia yang terlihat oleh manusia sehari-hari”.( Lontar Eka Pertama )Sang Sadaka juga disebut “Acharya Dewa Bhawa” yaitu “Perwujudan Dewa di dunia” karena kesucian lahir bathin dan dharma bhaktinya kepada manusia di dunia. (Taiteria Upanisad).

 
KISI-KISI PERTANYAAN/PENEGASAN SAAT DIKSA PARIKSA KEPADA CALON SULINGGIH

1. Apa yang mendasari dan motivasi anda untuk menjadi seorang Sulinggih?

2. Bagaimana kesiapan mental calon diksa dan kesiapan keluarga untuk memasuki gerbang bhiksuka/kesulinggihan?

3. Apa saja yang telah diketahui dan ditekuni dasar-dasar pengetahuan agama Hindu dalam mempersiapkan diri menjadi Sulinggih? 

4. Apa kerangka dasar agama Hindu ? 

5. Apa yang disebut dengan Catur Purusha Artha? 

6. Bagaimana dengan keyakinan sebagai Hindu yang disebut dengan Panca Sraddha?

7. Dalam mempersiapkan diri menjadi Sulinggih, apa saja yang telah ditekuni dan dipelajari terkait dengan Weda, Dharsana, Ithiasa, Tattwa, Etika dan Acara?

8. Bagaimana pemahaman calon Sulinggih tentang sarana prasarana upakara / bebanten dan lainnya?

9. Sebutkan beberapa lontar yang terkait dengan pegangan seorang Sulinggih!

10. Ada beberapa faham dalam Hindu yang diikuti oleh masyarakat penganutnya. Dalam hal ini sebagai seorang calon sulinggih, akan mengikuti paham atau paksa apa? 

11. Apa yang diketahui tentang Siwopakarana? Apa makna dari Siwamba, Tripada, Sesirat dan Genta dalam kelengkapan pemujaan seorang Sulinggih?

12. Bagaimana proses pentahapan pembelajaran yang dikenal dengan sistem aguron guron yang dijalani calon sulinggih?

13. Apakah calon diksa telah belajar praktek nyurya sewana, nibakang padewasan/wariga, nyurat kajang, serta teknik medharma wacana?

14. Dalam era kesejagatan dewasa ini, banyak fenomena yang terjadi dan itu berpengaruh dalam segala aspek kehidupan. Bagaimana pandangan dan sikap anda setelah menjadi sulinggih?

 
DHARMA WACANA IDA SINUHUN

Calon Diksita yang menjadi sulinggih wajib bersyukur karena telah ditakdirkan menjadi manusia suci. Seoarang Sulinggih/pandita tidak begitu saja bisa menjadi Sulinggih. Menurut Lontar Yama Purana Tattwa, hidup dan kehidupan manusia sudah direncanakan jauh sebelum re-inkarnasi. Oleh karena itu janganlah menganggap bahwa menjadi Sulinggih itu suatu ”kebetulan”. 

Menjadi Sulinggih adalah suatu kebanggan, karena: 1) menjadi tapakan Widhi, disayang oleh Ida Sang Hyang Widhi/Dewata/Bhatara, 2) mempunyai kesempatan yang luas untuk mensucikan diri di jalan Dharma agar mencapai Moksartham Jagadhita, 3) mempunyai tugas suci mengabdi kepada masyarakat, sebagai tabungan membentuk karma wasana yang baik.

Kehidupan Sulinggih adalah hidup suci dan berdisiplin. Sulinggih yang melaksanakan tugasnya dan kehidupannya dengan baik akan mendapat karma yang baik tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi arwah leluhurnya, sampai tujuh tingkat ke atas (Lontar Yama Purana Tattwa)

Sulinggih adalah pengabdi: pengabdi Ida Sang Hyang Widhi  dan pengabdi umat manusia. Oleh karena itu  dahulukan tugas/kewajiban dari pada hak. Untuk dapat menjadi pengabdi yang baik , pengetahuan mengenai Tattwa, susila, dan acara agama (upakara/upacara) harus dikuasai dengan cara belajar. Belajarlah dari guru yang baik, buku, rontal, dharma wacana, kursus/pelatihan, apa saja yang dapat menambah pengetahuan, karena menurut Rontal Dharma Kauripan, Sulinggih yang baik adalah Sulinggih yang ”berilmu”

Murid akan cepat mencapai kemajuan bila mempunyai sifat-sifat dan pemikiran, seperti: tidak merasa diri pintar, rendah hati, tidak fanatik, tidak sombong, mau mendengarkan pendapat orang lain, rajin dan disiplin, menghargai orang lain, berpikir kreatif dan berinisiatif, obyektif dan jujur, pandai mengambil keputusan

 #tubaba@griya agung bangkasa//PDDS#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar