Senin, 03 Februari 2020

Agni Hotra versi Hindu Bali

Agni Hotra versi Hindu Bali
banyaknya kalangan warga bali yang ikut sekta/sampradaya dibali, yang sering melakukan pemujaan Agni hotra atau homa di berbagai tempat dibali, yang dikatakan merupakan salah satu yadnya utama dalam weda, membuat banyak kalangan pencinta bali bertanya-tanya:

Siapakah Dewa Agni (dewa api)?apakah benar, kalau dibali sejak dahulu tidak pernah memuja dewa agni?apakah agni hotra tersebut tidak pernah diajarkan dibali? sehingga upacara tersebut terkesan baru bagi masyarakat awam dibali?jika Agni hotra (memuja dewa api) itu dikatakan penting, dimanakah posisi dewa agni di jajaran dewa penting di hindu bali? mungkinkah beliau termasuk dewa tertinggi menyamai trimurti?

Untuk menjawab hal tersebut, saya akan mencoba mengupas tentang agni hotra yang intinya merupakan pemujaan kepada dewa api.

Dewa Agni adalah perwujudan Tuhan sebagai Dewa Api (Fire God). Dalam Rig Weda, Dewa Agni adalah salah satu dari tiga dewa utama (three supreme deities) yakni Agni, Vayu dan Surya. Ketiga dewa ini penguasa atas tanah (earth), udara (air) dan angkasa (sky). Dalam Rig Weda terdapat 200 mantra yang ditujukan pada Dewa Agni. Ini menunjukkan pentingnya peran Dewa Agni dalam kehidupan. Ia adalah api dari matahari, api dari semua sinar, api pada cahaya hati semua manusia. 

Sebagai personofikasi api suci ilahi, Dewa Agni adalah mulut dari para dewa, penerang semua kegelapan – termasuk kegelapan hati dan pikiran manusia, penghubung antara dunia jasmani (dunia materi, alam fana, bumi) dan dunia rohani (alam rohani, alam baka, swargaloka), pengangkut semua persembahan kepada Tuhan.

Dalam pustaka-pustaka suci, Dewa Agni digambarkan memiliki dua muka – satu berguna satu lagi merusak, memiliki enam mata, tiga kaki, tujuh lengan, tiga sampai tujuh lidah, dan rambutnya berdiri tegak laksana nyala api. Di dalam Rig Weda Dewa Agni kadang-kadang disebut sebagai Rudra. Kehadiran Dewa Agni dilibatkan dalam banyak upacara, khususnya Agnihotra.

Pemujaan terhadap Dewa Agni banyak dijumpai pada kitab Weda terutama Reg Weda, dimana penampilannya banyak dihubungkan dengan upacara api.
Wujud beliau, berambut nyala api, berjenggot perang, berdagu tajam,, bergigi emas, dan kepalanya selalu bersinar.
Sebutan beliau : disebut Putra Dewa Dyanus (Dewa Langit dan bumi), Dewa Agni keturunan air, namanya sering dihubungkan dengan dewa Indra, dan inilah beberapa sebutan beliau yang terkenal :
Disebut Dewa Pemimpin Upacara, sebab beliau dipandang sebagai dewa yang memimpin upacara dan orang melakukan persembahan pertama kali didunia ini hanya kepada Dewa Agni.Grhapati, yg artinya tuannya rumah tangga dan Dewa yang selalu mengunjungi orang-orang dirumahnya.Vipra, Purohita, Hotri, Adwaryu, Brahman, karena beliau dipandang sebagai pendaping dari pendeta.Yatadewa, artinya beliau mengetahui semua yang lahir.Menjelma menjadi Nila, sebab dalam kitab Ramayana diceritakan beliau menjelma menjadi seekor Nila atau ikan besar.Dengan sakti Dewi Svaha dan mempunyai 3 orang putra, yaitu Pavaka, Pavamana, dan Suchi.Vahni , artinya membakar.Vitihotra, artinya memberi pahala kepada penyembah.Dananjaya, artinya mengalahkan musuh.Dhumaketu, artinya bermahkotakan asap.Chagaratha, artinya mengendarai kambing betina.Sapta Jihwa, artinya berlidah tujuh dalam Canakya Nitisastra disebutkan bahwa Api adalah guru dari semua warna: 

"Guru Agnir Dvijatinam, Varnanam Brahmana Guruh, Patireva Guruh Strinam, Sarvasya Bhayagato Guruh". (Canakya Nitisastra, Adhyaya V. Sloka 1)

Terjemahan.
"Dewa Agni adalah Guru bagi para Dwijati (Sang Sadaka), Varna Brahmana adalah Guru bagi Varna Ksatria, Waisya dan Sudra, Guru bagi seorang istri adalah suami, dan seorang tamu adalah Guru bagi semuanya".

Sloka Canakya Nitisastra ini merupakan sebuah pedoman bagaimana etika berguru, ajaran bhakti, sehingga terjadi sebuah tatanan kehidupan yang harmonis, etika sosial dengan saling menghargai satu sama yang lain dan oleh Catur Varna bukan justru dijadikan sebagai stratifikasi sosial untuk mempertahankan status Co. Tetapi intisari pesan dari Sloka ini adalah ada pada baris pertama dan terakhir bahwa sesungguhnya semua harus berguru kepada Agni (Tuhan) dan semua harus berguru kepada Tamu. Kata Tamu ini adalah spirit yang ada diluar diri manusia, siapa spirit itu ? yaitu seluruh sekalian alam (Tuhan).

Mantra yang berkaitan dengan dewa agni, tersirat dalam Rg Veda I. 1 - 9,

Om Agnim ile purohitam yajnasya devamrtvijam, Utaram ratnadhatamam

Artinya:

Kami memuja Agni, Pendeta yang berada di depan, yang dipuja dalam upacara korban, Pendeta yang mengatur upacara korban sesuai dengan musim dan Pemuja yang mempersembahkan upacara korban dan yang menguasai kekayaan yang terbaik dalam wujud permata-permata.

Agnih purvebhir rsibhirijyo nutairuta, sa devam eka vaksati

Artinya:

Demikianlah, Agni menjadi sasaran pemujaan para resi jaman dahulu dan jaman sekarang. Ia mengundang para dewa dan semua arah datang pada upacara korban ini.

Agnina rayimasnavat posameva dive dive, yasasam viravat tamam.

Artinya:

Atas karunia Agni, setiap hari dunia ini akan mendapatkan kemakmuran, yang menyebabkan adanya kekuatan, jasa dan pahlawan yang mulia.

Agne yam yajnadvaram visvatah paribhurasi,sa id devesu yacchati.

Artinya:

Agni, upacara korban yang Engkau kelilingi, sesungguhnyalah sampai pada dewa-dewa.

Agnir hota kavikratuh satyascitrasravastaniah, devo devibhiva gamat.

Artinya:

Semoga Agni, Pendeta yang arif dan kreatif, jujur, amat terkenal datang ke sini bersama para dewa.

Yad angga dasuse tvam agna bhadram karisyasi, tavettatsatyamanggirah.

Artinya:

Benarkah apapun yang Engkau anugrahkan kepada pemujamu, sesungguhnya kebenaranmu itu adalah Anggira.

Upa tvagne dive dive dosavaster dhiya vayam, namo bharanta emasi.

Artinya:

Kami mendekat pada Mu setiap hari, pagi dan sore, untuk menghormati Mu

Rajantam adhvara nam gapamrtasya didivim, vardhamanam tve dame.

Artinya:

Engkau penjaga upacara korban, penguasa hukum abadi, membesar di tempatmu sendiri.

Sa nah piteva sunave'gne supayano bhava, sacasva nah svastaye.

Artinya:

Mendekatlah pada kami, dengan cepat, seperti seorang ayah kepada anaknya. Agni hadirlah pada kami demi kebahagiaan kami.

Dalam kitam Samaweda, dewa Agni disebutkan sebagai satu-satunya Raja Adiraja penguasa alam, berikut kutipan slokanya:

"Agnih priyesu dhamasu kamo bhutasya bhavyasya sapradeko virajati" (Samaveda 1719)

artinya:

Agni yang sangat dicintai, yang mencintai apa yang ada dan yang akan ada, yang bersinar merupakan Raja Adiraja satu-satunya.

Dewa sumber pengetahuan, sehingga Dewa Agni sering dipuja saat belajar:

Om Agne naya supatha raye asman, 
visvani deva vayunaani vidvan, 
yuyodhyasmaj juhuranam eno, 
bhuyistamte namauktim vidhema(Rgveda 1.189.1)

artinya:

Ya tuhan, tunjukanlah kepada kami jalan yang benar untuk mencapai kesejahteraan, engkau ya tuhan! yang mengetahui semua kewajiban, lenyapkan dosa kami yang menyengsarakan kami, kami memuja engkau.

lebih lengkap silahkan baca: Dewa dan Bhatara

berikut ini beberapa Gelar Dewa Agni:

Ratnadhatamah (Rgveda I.1.1) - Penganugrah utama kekayaanSyavista (Rgveda I.26.2) - Sangat MudaYajista (Rgveda I.44.5) - Yang sangat di hormati Angiratamah (Rgveda I.31.2) - Angira utamaVedhastama (Rgveda I.75.2) - Paling dihormatiVajastama (Rgveda I.78.3) - Yang memiliki kekuatan utamaVrtrahantama (Rgveda I.78.4) - Penghancur kegelapan (penghancur vrtra uttama)Mandista (Rgveda I.97.3) - Dipuja paling tinggiTavastama (Rgveda I.109.5) - Paling Perkasa/kuatSahantamah (Rgveda I.277.9) - Pemenang utama, dengan kekuatan paling handal

Agnihotra (अग्निहोत्र)
Upacara Agnihotra adalah upacara berdasarkan Veda, upacara ini perlu mendapat perhatian untuk dijadikan sebagai pendamping atau sebagai alternatif di dalam menyempurnakan persembahan atau pelaksanaan upacara yajna. Kalau dilihat sejarah di Bali, Agnihotra yang sering disebut Homa Yajna telah datang dan dilaksanakan di Bali bersamaan dengan masuknya agama Hindu di Bali.

Oleh karena itu, ketika upacara Agnihotra mulai berkembang dan hidup lagi, maka tidaklah patut dicurigai, bahwa ia hadir sebagai aliran atau upacara yang asal atau sumbernya tidak jelas. Perkembangan suatu ritual agama yang berdasarkan kitab suci membantu memperkuat agama itu sendiri dan memperbesar keyakinan dan ketaatan pelaksanaan ajaran agamanya. jadi pengembangan Agnihotra kedepan sepenuhnya terserah pada umat untuk memilihnya. Kebebasan ini tercermin dalam Bhagavadgita dengan menyebutkan “jalan apapun yang kau tempuh akan aku karunai”

Seperti dalam petikan kisah Ramayana, di mana pada tampilan awalnya selalu muncul upacara Agnihotra yang dilakukan oleh para “pertapa”, guru-guru suci, rsi-rsi di pertapaannya. Jadi jelas bahwa upacara tersebut memanglah sebuah upacara tua menurut Veda yang sampai saat ini masih banyak dilakukan di India. Upacara ini berlaku secara universal, karena dilakukan di upacara-upacara keagamaan secara umum.

Agnihotra disebutkan dalam pustaka suci Atharwa Weda (11:7.9), Yajur Weda Samhita dan Shatapatha Brahmana (12:4:1). Upacara Agnihotra disebut juga Homa.

Atharwa Weda XXVIII.6, menyatakan :

Yatra suharda, sukrtam Agnihotra hutam yatra lokah tam lokam yamniyabhisambhuva sano himsit purusram pasumsca. 

yang artinya:

Dimana mereka yang hatinya mulia bertempat tinggal, orang yang pikirannya damai dan mereka yang mempersembahkan dan melaksanakan Agnihotra, disana majelis (pimpinan masyarakat) bekerja dengan baik, memelihara masyarakat, tidak menyakiti mereka dan binatang ternaknya.

Agnihotra adalah suatu tatpurusa campuran (samāsa), suatu persembahan ke dalam Agni atau api yang disucikan (pada awalnya, yang dipersembahkan adalah susu). Upacara api suci juga dilakukan oleh penganut agama Zoroaster (Yasna Haptaŋhāiti). Bagian utama dari upacara suci Agnihotra adalah mempersembahkan susu ke dalam api suci tepat pada waktu matahari terbit dan matahari terbenam, diiringi dengan lantunan mantra-mantra dari Weda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar