Senin, 03 Februari 2020

PINANDITA WIWA / JERO MANGKU GDE BOLEH MENGGUNAKAN MUDRA TERTENTU

PINANDITA WIWA / JERO MANGKU GDE BOLEH MENGGUNAKAN MUDRA TERTENTU SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PEMUJAAN, DAN SEBAIKNYA DENGAN BIMBINGAN SANG SADAKA.

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd.

Menurut Lontar Argha Patra, mula-mula di India ada 108 jenis mudra, tetapi yang dikembangkan di Indonesia hanya 55 jenis, dan yang populer hingga saat ini ada 32 jenis.
Sikap-sikap mudra diperoleh mula-mula dari Anumana Pramana kekuatan batin para Maha Rsi. Dasar utama melakukan mudra adalah kesucian batin. Penggunaannya hanya untuk kepentingan memuja Tuhan/ Ida Sanghyang Widhi Wasa, tidak dilakukan secara sembarangan.
Setiap orang dapat memilih diantara 55 jenis mudra yang sesuai dengan kebutuhan pemujaan.

Misalnya bagi para walaka ketika mepuja Trisandya, menggunakan mudra Padmasana dan Amusti Karana; untuk Pinandita/ Jero Mangku menggunakan Astra Mudra ketika nganteb; untuk Sang Sadaka menggunakan mudra lengkap ketika Ngarga Tirta dan Ngili Atma.
Sikap-sikap mudra senantiasa diikuti mantra-mantra tertentu. 

Bagi para walaka ketika bersikap mudra Padmasana mengucapkan mantra: Om padmasana ya namah, Om prasadastiti sarira siwa suci nirmala ya namah swaha. Bagi Pinandita/ Jero Mangku ketika bersikap Astra Mudra, mengucapkan Astra Mantra.

Bolehkah walaka dan Pinandita/ Jero Mangku menggunakan 55 jenis mudra? 

Boleh saja, namun apa gunanya. Seperti penjelasan di atas, mudra tidak berdiri sendiri; mudra senantiasa diikuti mantra, dan mantra digunakan untuk tujuan tertentu.
Misalnya mudra-mudra untuk Ngili Atma hanya digunakan oleh Sang Sadaka karena proses Ngili Atma hanya dapat dilakukan oleh mereka yang sudah Dwijati, sedangkan bagi Ekajati belum mampu melakukan Ngili Atma.

Untuk menambah pengetahuan Jero tentang mudra bacalah buku: Surya Sevana, The Way to God of a Balinese Siva Priest, karangan C. Hooykaas, penerbit: N.V. Noord Hollandsche Uitgevers Maatschappij, Amsterdam, 1966. Buku ini ada di Gedong Kirtiya, Singaraja.
Mengenai pertanyaan lainnya menyangkut pendapat yang berbeda-beda diantara para penatar kiranya dimaklumi bahwa tidak semua orang pernah belajar atau membaca acuan yang sama.
Weda itu sangat luas bagaikan lautan, dan terurai bagaikan butir-butir mutiara yang berserakan, kita wajib memungut satu persatu atas ketekunan kita mengejarnya.
Bagaimanapun pintarnya manusia, ia tidak akan pernah sempurna dalam pengetahuan, karena yang sempurna itu hanya satu yaitu Ida Sanghyang Widhi Wasa.
#tubaba@munuh//sekadi nuduk gatepe#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar