Sabtu, 07 Maret 2020

PROSES URUTAN UPACARA YAMARAJA

PROSES URUTAN UPACARA YAMARAJA

Pada awal Upacara Ida Sang Pandita/Sulingih ngarga Tirta. Setelah itu Ida Ida Sulinggih Angrangsuk Gagelaran/Agem-ageman San Pandita Buddha tedun saking bale pawedayan ngarya rerajahan Yama Raja dan sarana Padudusan berupa rerajahan Padma Kembang dan Padma Pusuh. Selanjutnya Ida Sulinggih ngurip Rerajahan Yama Raja. Setelah selesai Ida Sulinggih kembali ke Bale Pawedayan untuk selanjutnya Ngastawa. Ida Sulinggih ring pawedan Angelaraken/Agem-ageman Sang Pandita  Siwa ngastawayang bebanten ring Sanggar Tawang dan Menstanakan Ida Bhatara Siwa. Ida Sang Hyang Widhi Wasa di sanggar Tawang. Ida  Sang Sulinggih ngastawayang Tawur mengundang semua Kala, Bhuta, katur tetadahan/Sega/Tawur manut, sedangkan Ida Sulinggih yang lain Angelaraken agem-ageman Sang Pandita Bujangga ngastawayang caru ring sor. Ribuan Bhuta, kala yang diharapkan hadir, beberapa di antaranya Kala Amangkurat, Ka. Amangkurat, Ka. Wisesa, Ka. Dasamuka, Ka. Tahen, Ka. Enjer-enjer, sangkala sami, Ka. Undar-andir, Ka. Samantara, Ka. Temenggung, Ka. Banaspati Raja, Ka. Makarya, Ka. Mercu, Ka. Galungan, Ka. Dangdang Acucuk mas, Ka. Dungulan dan lain-lain. Sedangkan beberapa bhuta diantaranya: Bhuta Guna, Bu. Presta, Bu. Pisaca, Bu. Raksasa. Bu.Kala, Bu. Grawi-grawe, Bu. Bria, Bu. Wil, Bu. Pisaca, Bu. broksa, Bu. Geni, Bu. Wisnu, Bu. Rudra, dan lain-lain.

Setelah selesai Ngastawayang, Ida Sulinggih Angelaraken agem-agem Sang Pandita Budha kembali tedun MINCERANG (memutar) rerajahan/Ritus Yama Raja. Ada empat Mantram Puja Astawa Weda dalam prosesi ini. Mantram Puja Astawa dimaksud adalah:

YA MA RA JA SA DO ME YA YA
YA MA DO RO DHA YO DHA YA
YA MA YA NI NI RA MA YA
YA SANCA YA NI RA MA YA

Mantram Puja Astawa ini merupakan pembacaan isi Aksara Rerajahan Yama Raja atau dengan kata lain memutar (mincerang/mitehang) rerajahan Yama Raja dimaksud.

Dalam uraian di atas jelas bahwa Batara Siwa dalam wujudnya sebagai Batara Yama (Ya di tengah) sebagai zenit (poros) sangatlah mengerikan/menakutkan. Betapa tidak, dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Trimurti beliau adalah Pamrelina/Pembunuh, mengembalikan ke tempat asal segala makhluk yang ada di bhuana ini. Sehingga makna Yama Raja (ritus) dalam satu acara Mc gumi sangatlah besar, sangat erat kaitannya dengan keharmonisan perputaran Bhuana Agung serta isinya. Makhluk hidup yang namanya manusia yang ditakdirkan memiliki akal dan budi amatlah kecil bagaikan setitik embun di bandingkan dengan hamparan samudra luas, kalau manusia dibandingkan dengan kemahakuasaan Tuhan maka manusia hanya mampu memohon kehadiratNya melalui bebrapa jalan dan cara sesuai dengan kemampuan dan keyakinan, salah satu diantaranya dengan jalan melaksanakan yadnya upacara.

Proses selanjutnya dari rentetan upacara yadnya Tawur adalah Mrelina. Seluruh isi Tawur dicampuh (dicampur) menjadi satu diiringi dengan mantram Puja Astawa. Kemudian campuhan Tawur ini dibagi lima bagian di antara dengan mantram Puja Astawa Weda Panca Giri. Selesai nguncarang Weda Mantam ini maka seluruh isi Tawur kembali dicampuh untuk selanjutnya dibagi lagi menjadi empat bagian dengan diantar Puja Astawa Weda Nyatur Desa. Selanjutnya setelah sempat dicampuh, kembali dibagi menjadi tiga bagian dengan diantar Mantra Puja Astawa Weda Tri Buana. Kemudian setelah mengalami proses pencampuhan, kembali dibagi kembali menjadi dua bagian dengan diantar mantra, Puja Astawa Weda Dwi Loka. Terakhir, setelah dicampuh kembali menjadi satu bagian diantar dengan mantram Puja Astawa Weda Eka Bumi.

Tawur ini kemudian ditempatkan pada sebuah Pane besar selanjutnya Kaprelina dengan Puja Astawa Pamerelina, Kalinggihan pada Bale Lahapan (Bale Agung) untuk di urip kembali dengan Mantram Puja Astawa Pangurip, bersamaan dengan itu para kala Bhuta tersebut menjadilah Batara, awor dengan Ida Batara Kala, menempati seluruh penjuru mata angin. "Tinanggap kita de batara", isi salah satu mantram Puja Astawa pangurip. Setelah Kala Bhuta menjadi Batara, baru amat diperkenankan muspa ngaturang bakti sebagai rasa bakti kepada ciptaanNya, perwujudan dari rasa asah, asih, asuh (Tatwamasi), sudah tentu dikala muspa didahului dengan Muspa ke Surya/Siwa sesuai tatanan muspa panca sembah.

Setelah dilaksanakan Upacara Mabuu-buu (ngetisang lis) Ida Sulinggih sudah selesai ngastawayang terakhir maka acara dilanjutkan dengan upacara ngeluarang, meka, daging/isi tawur dibagi-bagikan kepada umat untuk dibawa ke masing-masing Desa Pakraman untuk sebarkan dari tingkat desa sampai pekarangan Rumah masing-masing di tiap Desa Pakraman. Penaburan isi Taur ini tiada lain kembali demi keseimbangan alam, karena kala dan buta ada dimana-mana.

#tubaba//griya agung bangkasa#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar