Sabtu, 27 Juni 2020

Mantram Puja Saat Purnama dan Tilem

  1. Kata Purnama berasal dari kata “purna” yang artinya sempurna. Purnama dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti bulan yang bundar atau sempurna (tanggal 14 dan 15 kamariah). Pemujaan dimaksudkan saat purnama ini ditujukan kehadapan Sanghyang Candra, dan Sanghyang Ketu sebagai dewa kecemerlangan untuk memohon kesempurnaan dan cahaya suci dari Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam berbagai wujud Ista Dewata. Biasanya pada hari suci purnama ini disebutkan umat Hindu menghaturkan Daksina dan Canang Sari pada setiap pelinggih dan pelangkiranyg ada di setiap rumah.
    Pada umumnya di kalangan umat Hindu, sangat meyakini mengenai rasa kesucian yang tinggi pada hari Purnama, sehingga hari itu disebutkan dengan kata ”Devasa Ayu”. Oleh karena itu, setiap datangnya hari-hari suci yang bertepatan dengan hari Purnama maka pelaksanaan upacaranya disebut, ”Nadi”. Tetapi sesungguhnya tidak setiap hari Purnama disebut ayu tergantung juga dari Patemon dina dalam perhitungan wariga.

    Contoh :
    • Hari Kajeng Keliwon, jatuh pada hari Sabtu, nemu (bertemu) Purnama, disebut hari itu, ”Hari Berek Tawukan”. Dilarang oleh sastra agama melaksanakan upacara apapun, dan Sang Wiku tidak boleh melaksanakan pujanya pada hari itu (Lontar Purwana Tatwa Wariga).

    • Bila Purnama jatuh pada hari Kala Paksa, tidak boleh melaksanakan upacara agama karena hari itu disebut, ”Hari gamia” (jagat letuh). Sang Wiku tidak boleh memuja.
    Beberapa piodalan pada saat purnama :
    • Pura Merajan Penataran Agung di Sidemen Karangasem,  Piodalan Purnama Jiyestha
    • Pura Penambangan Badung di Denpasar, Piodalan Purnama Kedasa
    • Pura Bukit Mentik, Gunung Lebah Batur Kintamani, Piodalan Purnama Ketiga
    • Pura Tirta Empul di Tampak Siring, Piodalan Purnama Kapat
    • Ida Ratu Pasek di Besakih, Piodalan Purnama Kawulu

    Makna Tilem

    Hari Raya Tilem dirayakan ketika bulan mati, ketika langit gelap tanpa ada sinar bulan. Ditinjau dari pengetahuan Astronomi Bahwa pada bulan tilem itu posisi bulan berada diantara Matahari dengan Bumi sehingga suasana menjadi gelap gulita dimalam hari.
    Upacara Tilem bermakna sebagai upacara pemujaan terhadap Dewa Surya, diharapkan semua umat Hindu melakukan pemujaan dan bersembahyangan dengan rangkaian berupa upacara yadnya. Umat Hindu meyakini pada saat hari Tilem ini mempunyai keutamaan dalam menyucikan diri dan berfungsi sebagai pelebur segala kotoran/mala yang terdapat  dalam diri manusia, juga karena  bertepatan dengan Dewa Surya beyoga/semedhi memohonkan keselamatan kepada Hyang Widhi.
     
    Image result for gambar purnama dan tilem
    Beberapa piodalan, upacara yadnya dan banyak hari raya juga berkaitan dengan tilem ini seperti yang disebutkan :
    • Tawur Kesanga dirayakan tepat pada tilem kesanga.
    • Siwa Ratri, dirayakan setahun sekali setiap purwani Tilem ke-7 (bulan ke-7) tahun Caka.
    • Eka Dasa Rudra, dirayakan pada Tilem Kasanga setiap 100 tahun sekali.
    • Upacara Panca Wali Krama ini dirayakan di Pura Besakih setiap 10 tahun sekali yaitu pada tahun saka yang berakhiran dengan angka “0”, panglong ping 15 (tilem) sasih kasanga.
    • dll
    Rahina Tilem mempunyai hubungan yang erat dan tidak terpisahkan dengan Rahina Purnama, dalam lontar Purwa Gama disebutkan saat datang purnama dan Tilem hendak lah manusia melaksanakan sembahyang dan upacara pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi untuk memohon penyucian diri, berkah dan juga kesejahteraan.

    Hari suci tilem sebenarnya sudah dirayakan oleh nenek moyang kita sebelum pengaruh Hindu datang ke Indonesia, dari sumber-sumber yang dapat dipercaya Bahwa hari suci tilem erat kaitannya dengan keberadaan Dinasty Chandra. Dynasty Chandra menganggap Bahwa leluhurnya dahulu adalah berasal dari keturunan suci, yang diturunkan ke bumi sebagai Dewa Chandra atau Dewa Bulan. Sakti atau istri dari Dewa Chandra adalah Dewi Soma, Dewa Chandra dan Dewi Soma inilah yang kemudian menurunkan Wangsa Chandra. Dalam kurun waktu yang berabad-abad keturunan Wangsa dari Dinasty Chandra muncul kepercayaan bahwa Bulan Tilem adalah sebagai hari suci Wangsa tersebut. Kepercayaan ini kemudian dipercaya oleh Umat Hindu di Nusantara ini sebagai hari sucinya. 
    Pada waktu hari suci tilem umat Hindu berusaha mendekatkan diri kehadapan Brahman / Ida Sang Hyang Widhi Wasa , dengan melakukan persembahyangan berupa canang sari. Maksud dan tujuannya adalah dalam memuja Brahman atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan bunga-bunga yang menyimbolkan “ Wasana “, secara harfiah kita berserah diri di hadapanNYA yang merupakan sari dari keberadaan kita yang alami. Ketika kita mengambil bunga untuk persembahyangan kelima jari-jari tangan menjuntai ke bawah, hal ini menunjukkan Bahwa manusia masih terikat oleh keduniawian, dan masih terikat oleh benda-benda material, serta masih dipengaruhi oleh rasa emosional yang tinggi. Selanjutnya bunga-bunga tersebut juga dibawa keatas oleh jari-jari tangan yang tercakup, hal ini menyimbolkan Bahwa seseorang mempersembahkan karma wasananya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan kata lain kecenderungan yang mengarah pada hal-hal yang berbau duniawi kini diarahkan menuju Brahman atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 
    Bulan tilem juga sering diistilahkan dengan hati atau pikiran manusia yang sedang menyusut , dengan perumpamaan yang berbasis pada kekuatan kala atau waktu. Jika pikiran seseorang sedang keruh , dirasuki oleh sifat-sifat angkara murka , maka diistilahkan dengan bulan yang dewatanya sedang menyusut menuju pada kegelapan ( Tilem ). Hal ini hampir dialami oleh setiap orang, sehingga pada bulan tilem banyak orang yang masih bingung dan meraba-raba dalam kegelapan karena manusia ada dalam pengaruh maya / kepalsuan. Pengaruh maya / kegelapan disimboliskan dengan bulan mati / tilem yang selalu bertarung dalam pikiran manusia , jika Atma Tatwa yang menang atau lebih dominan maka seseorang akan menjadi bijaksana , welas asih dan berbudi pekerti yang luhur, jika Maya Tatwa yang menang atau lebih dominan maka egonya muncul, ingin selalu lebih unggul, mudah sekali dihinggapi oleh sifat-sifat buruk. Hari suci tilem dirayakan dengan tujuan untuk menumpas kegelapan tersebut berupa hawa nafsu jahat yang disebut dengan sad ripu yaitu : kama ( hawa nafsu ), kroda ( kemarahan ), lobha ( ketamakan ), moha ( keterikatan ), mada ( kesombongan ) dan matsarya ( iri hati / kebencian ).
    Sungguh merupakan suatu keberuntungan bahwasanya umat Hindu banyak mempunyai hari-hari suci dan tempat-tempat suci. Hal ini menandakan bahwa potensi untuk menuju kearah perbaikan karakter dan budi pekerti selalu ada, karena tempat-tempat suci lebih banyak mengandung energi fibrasi kebaikan , aura kedamaian dan ketenangan. Jika hati dan pikiran sedang diliputi oleh angkara murka maka seseorang dianjurkan untuk mengunjungi tempat-tempat suci tersebut. Tilem dirayakan oleh umat Hindu di Nusantara ini , namun ditiap-tiap daerah terdapat perbedaan dalam melakukan ritual upacaranya, namun perbedaan itu hanyalah kulit luarnya saja, karena inti ajarannya atau makna yang terkandung didalamnya tetap sama. Kenapa perbedaan itu harus ada , kenapa ritual umat Hindu tidak sama antara daerah yang satu dengan yang lain ?. Masalahnya umat Hindu sangat menghormati konsep Desa, Kala, Patra ( tempat, waktu, dan budaya/ adat istiadat setempat ). Namun hal ini sebenarnya tidak perlu dirisaukan dan dipermasalahkan.Para Rsi kita  senantiasa menganjurkan agar jangan melihat perbedaan itu dari sisi luarnya , karena masing masing pribadi mempunyai pandangan yang berbeda beda. Ketika seseorang mau menerima perbedaan berarti orang tersebut mau membuka diri terhadap sesuatu yang ada diluar dirinya . Untuk itu pikiran harus mendapatkan pencerahan dari budi atau kemampuan untuk membedakan , dan tidak dari indra indra yang merupakan kekuatan yang membingungkan. Bila keinginan indrawi menodai pikiran maka mereka tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan., hanya melalui “ Prema “ Tuhan yang imanen yang sudah menjadi sifatnya sendiri dapat dikenal , kerinduan untuk mencapai kesempurnaan yang sudah menjadi sifatnya dalam kebenaran . Untuk itu singkapkanlah awan gelap ketidak tahuan dan egoisme yang menutupi permukaan , dan Tuhan akan senantiasa dekat, Tuhan akan senantiasa akan sayang dan senantiasa siap dengan nasehat spiritualnya yang akan menuju kesempurnaan. 
    Melaksanakan ritual upacara bagi umat Hindu adalah identik dengan kesukacitaan , kegembiraan dan nuansa religius serta keindahan. Pada saat upacara yadnya berlangsung rasa permusuhan dan dendam terhadap sesama saudara lenyap , yang terlihat padasaat itu adalah rasa kebersamaan , kerukunan dan kedamaian . Bau wangi pedupaan, harumnya bunga bungaan, , dentingan bajra sang Pendeta, syahdunya lagu lagu / kidung kidung pemujaan membuat suasana hati tentram dan damai. 
    Bulan yang tadinya bersinar terang tiba tiba berubah menjadi gelap gulita itu disebut dengan gerhana bulan. Tanda -tanda alam seperti ini sering dihubung-hubungkan akan terjadinya peristiwa yang luar biasa dibumi ini , misalnya selang beberapa hari atau beberapa minggu didaerah tertentu akan terjadi bencana alam , wabah penyakit , keributan antar masa dan sebagainya . Untuk mengantisipasi hal tersebut orang-orang bijaksasna yang mengetahui seluk beluk kejadian alam tanda-tanda alam, sepakat untuk melakukan yoga semadi , untuk mendoakan agar bumi ini terhindar dari bencana. Gerhana yang diidentikkan dengan seorang yang yang tadinya riang gembira tiba-tiba berubah menjadi murung dan sedih , karena ada salah satu anggota keluarganya yang tertimpa musibah . Orang yang demikian itu dikatakan hatinya diliputi oleh gerhana. Tradisi khusus di Bali jika terjadi gerhana bulan , maka orang sibuk membunyikan kentongan yang tujuannya adalah untuk mengusir Sang Kala Rahu yang menelan bulan .Mitos ini tertuang dalam Purana yang kemudian menjadi dongeng yang sangat populer . Kisah ini terjadi ketika para raksasa dan para dewa bekerja sama mengaduk lautan susu untuk mencari “ Tirta Amerta “ atau Tirta Kamendalu . Konon siapa saja yang meminum tirta amerta tersebut maka dia akan abadi ( tidak bisa mati ) . Maka setelah tirta itu didapatkan kemudian dibagi rata , dan yang bertugas untuk membagi amerta tersebut adalah Dewa Wisnu yang menyamar menjadi gadis cantik , lemah gemulai. Dalam kesepakatan diatur Bahwa para Dewa duduk dibarisan depan sedangkan pararaksasa duduk dibarisan belakang. Kemudian Raksasa yang bernama Sang Kala Rahu yang menyusup dibarisan para Dewa dengan cara merubah wujudnya menjadi Dewa. Namun penyamaran itu diketahui oleh Dewa Candra atau Dewa Bulan . Ketika tiba giliran Sang Kala Rahu mendapatkan “ Tirtha Keabadian “ disitulah Dewa Candra berteriak . Dia itu bukan Dewa, dia adalah raksasa Kala Rahu . Namun sayang tirtha itu sudah terlanjur diminum. Tak ayal cakra Dewa Wisnu menebas leher Sang Kala Rahu . Karena lehernya sudah tersentuh oleh tirtha keabadian sehingga Sang Kala Rahu tidak tersentuh oleh kematian. Wajahnya tetap hidup melayang- layang di angkasa . Sedangkan tubuhnya mati karena belum sempat tersentuh oleh Tirtha Kamendalu / Tirtha Amerta. Sejak saat itu itulah dendamnya Sang Kala Rahu terhadap Dewa Bulan tak pernah putus. Dia selalu mengincar dan menelan Dewa Bulan, tetai karena tubuhnya tidak ada maka rembulan muncul kembali ke permukaan , begitulah setiap Sang Kala Rahu menelan Dewa Bulan terjadilah Gerhana. Makna yang terkandung dalam mitos ini adalah Bahwa jika seseorang belum bisa melepaskan sifat- sifat keraksasaannya , maka dia itu belum boleh mendapatkan keabadian. Sang Kala Rahu yang tidak sabar menunggu giliran akhirnya harus kehilangan tubuhnya , sedangkan Dewa Candra yang menjadi sasaran kemarahan Sang Kala Rahu . Jika terjadi gerhana , maka dunia akan mengalami bencana atau musibah . Untuk menanggulangi hal ini hendaknya seseorang selalu eling dan waspada . Setelah terjadinya Gerhana orang – orang wikan membuat sesajen tertentu untuk mencegah sebelum bencana itu terjadi . Gerhana lebih banyak disoroti oleh para ilmuwan modern sebagai peristiwa alam biasa dan tidak perlu dibesar – besarkan . Namun bagi kalangan supra natural gerhana bulan tetap harus diwaspadai . Dengan kata lain hendaknya masyarakat berhati – hati karena peristiwa buruk sangat rawan terjadi.
    Meskipun kepercayaan akan adanya peristiwa yang tidak diharapkan tetapi tetap harus diwaspadai . Tilem memberi kesempatan yang seluas – luasnya kepada umat Hindu untuk melakukan ritual pemujaan . Hendaknya hari suci tilem dimanfaatkan untuk memupuk nilai – nilai keimanan dalam diri setiap orang . Musnahkanlah sifat – sifat raksasa dalam diri , orang yang berilmu pengetahuan herndaknya seperti bulan yang memberi kesejukan dan penerangan bagi semuanya . Tilem , hari yang identik dengan kesucian , keharmonisan, dan kegembiraan. Tekadkan niat untuk selalu berada di jalan yang lurus, percaya Bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa akan senantiasa membimbing umatNYA, menuju kealam yang sunyata atau alam yang sesungguhnya . Alam yang tidak ada konplik , alam kebebasan , alam kebahagiaan yang abadi. Lakukanlah pemujaan yang setulus – tulusnya , perlihatkanlah Bahwa semakin hari semakin menyusut ego bhaktanya , jadi bukan kebijaksanaannya yang menyusut , melainkan keangkuhannya , kesombongannya dan keserakahannya . 

    Melalui siklus Purnama dan Tilem ini sesungguhnya alam mengajarkan kepada manusia tentang adanya yang jahat dan yang baik, yang gelap dan yang terang. Keduanya berputar mengelilingi kehidupan manusia secara berkala dan tak akan pernah berhenti dunia ini berakhir. Purnama dan Tilem ini juga mengajarkan kepada manusia bahwa ketika dalam keadaan senang maka janganlah terlarut dalam kesenangan yang melenakan itu, begitu pula ketika manusia sedang berada dalam keadaan terpuruk maka harus segera bangkit karena didepan cahaya akan menyambut.

    Mantram Puja Saat Purnama dan Tilem

    (Banten : 2 bh pras daksina , banten pekideh dan segehan )


    A. Setelah persiapan upacara selesai , lalu manggala upacara mulai mengambil / mengatur sikap dengan cara sebagai berikut:

    1. Cuci tangan
    Mantra : Om Hrah phat astra ya namah

    2. Berkumur
    Mantra : Om Ung phat astra ya namah

    3. Asana (sikap bersila)
    Mantra : Om prasada sthiti sarira ciwa suci nirmala ya namah
     
    4. Pranayama (mengatur pernafasan)
    a. Puraka : Om Ang namah
    b. Kumbaka : Om Ung namah
    c. Recaka : Om Mang namah
     
    5. Karasodana
    Tangan kanan diatas menengadah : Om sudhamam swaha
    Tangan kiri diatas : Om Ati sudhamam swaha
    Mencucikan mulut : Om waktra sudhamam swaha
     
    6. Membakar dupa
    Mantra : Om Ang dhupa dipa astra ya namah
     
    7. Menghirup asap dupa dengan cara tangan diasapi lalu dihirup berulang-ulang tiga kali
    Mantra :  
    Om Ang Brahmamrtha dipa ya namah
    Om Ung Wisnumrtha dipa ya namah
    Om Mang Iswaramrtha dipa ya namah

     
    8. Mensucikan bija :
    Mantra :  
    Om Puspa danta ya namah
    Om Kum kumara vija ya namah
    Om Sri gandaswari amrtha bhyo ya namah swaha

     
    9. Menuntun Atma dengan sikap tangan mudra didepan dada
    Mantra : 
    Om Ang hrdhaya ya namah
    Om Rah phat astra ya namah
    Om Hrang Hring sah parama siwamrtha ya namah

     
    10. Mohon Panugrahan Ciwa - Budha
    Mantra :  
    Om nama Siwa ya, namo Budha ya,
    nugrahi mami nirmala, sarwa sastra suksma sidhi,
    Om Saraswati prama siddhi ya namah,
    sarwa karya sudha nirmala,ya namah swaha
    Om siwa sadha siwa parama siwa budha
    Dharma sanggya ghana dipatya ya nama swaha


    11. Dilanjutkan dengan mengambil kembang terlebih dahulu diasapi dengan dupa
    Mantra : 
    Om puspa dantha ya namah swaha
    Dilanjutkan dengan ASTRA MANTRA
    Om Ung hrah phat astra ya namah
    Om Atma tatwatma sudhamam swaha
    Om Om ksama sampurna ya namah
    Om Sri pasupati ung phat
    Om Sriambawantu ya namah
    Om Sukhambawantu ya namah
    Om Purnam bhawantu ya namah swaha


    B. PENGAKSAMA :
     
    1. Selanjutnya kita dahului dengan memohon maaf kehadapan Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya.
    Mantra :  
    --Om Ksama swamam Maha Dewa
    Sarwa prani hitan karah
    Mam mocca sarwa papebhyah
    Palayaswa sada siwa
    --Om Papoham papa karmaham
    Papatma papa sambawah
    Trahinam sarwa papebpyah
    Kanacinmam ca raksantu
    --Om Ksantawyah kayika dosah
    Ksantawya wacika mama
    Ksantawyah manasa dosah
    Tat prasiddha ksama swa mam


    C. MEMOHON TIRTA
     
    1. Tirta pebersihan
    a. Om hrang hring sah prama siva gangga amertha ya namah swaha
    Om siva amertha
    Om sada siwa amrtha
    Om parama siva amrtha ya namah swaha
     
    b. Apsu Dewa
    --Om Apsu dewa pavitrani
    Gangga devi namo stute
    Sarwa kleca vinasanam
    Toyana Pari Chudhyate
    --Om sarwa papa vinacini
    Sarwa roga vimocane
    Sarva kleca vinacanam
    Sarva bhogam avap nuyat
     

    c. Pancaksara
    --Om pancaksaram maha tirtam
    Pavitra papa nacanam
    Papo koti sahas ranam
    Agadam bhavet sagaram
    --Om pranayama baskara devam
    Sarva klesa winasanam
    Pranamia ditya siwartam
    Bukti mukti warapradam
    ---Om gangga Saraswathi Sindhu
    Vipaca kociki nadhi
    Yamuna mahati crsthah
    Sarayucca maha nadi


    2. Mohon tirta untuk diri sendiri dengan sikap amustikarane
    Om idhep bhatara panca tatagata, mwang bhatara ratna traya
    umandali bhajradaka ya namah swaha.
    Om Gangga sindhu Saraswati
    Wipase kosiki nadi
    Yamuna mahati trostah
    Serayunca mahanadi
    Om bhur bwah swah tirta maha pawitra yanamah swaha
    (Perciki Tirta untuk Penganteb)


    D. Ambil gentanya perciki dengan tirta, asapi dengan dupa dan ngastawa.
     
    1. Mantra : -Om kara sadhasiwa stham
    Jagatnatha hitangkarah
    Abiwada wada niyam
    Genta sabda prakasiate
    -Om ganta sabda maha sretam
    Ongkarem parikirtitam
    Chandra nada windu nadakam
    Spulingga siwa tatwamca
    -Om gantayur pujyate Dewa
    Abawa-bawa karmesu
    Warada labde sandeyah
    Waram siddhi nirsangsayam

    2. Sesudah ngastawa genta pentil palit genta sebanyak tiga mantra :
    Om – Om – Om
    Kemudian genta itu di taruh
    Mantra : Om ang kang kasolkaya yanamah
    (Lakukan petanganan Astra Mantra)

    E. Memohon tirta pengelukatan
    1. Mantra : --Om Sang Bang Tang Ang Ing
    Nang Mang Sing Wang Yang
    Om Hrang Hring Sah parama Siwa
    Gangga amerta yanamah swaha

    --Om sarwa belikam prthiwi
    Brahma Wisnu Maheswara
    Anaking Dewa Putra Sarada
    Sarvanastu ya namah swaha
    --Om Sam Prajanam sarveda suddhamala
    Suddharogah suddhadanda patakah
    Suddhavignam suddha sakala
    Dasa mala suddhadanda upata
    --Om vasuputra tubyam namah swaha
    Om siddhi guru srong sarasat sarva wighnam ya namah
    Sarva klesa sarva roga sarva satru
    Sarva papa vinasaya namah svaha
    --Om Gangga sindhu Saraswati
    Suyumuna gudawari narmada
    Kaweri sarayu mahendra tanaya
    Carmanwathi winukam
    Bhadra netravati maha suranadi
    Khyantan ca ya gandaki
    Punya purna jalah samudra
    Sahitah kurvantu te manggalam

    --Om gangga muncar saking wetan, tinghalin telaga hojanira, jambanganira selaka, tinanceban tunjung putih, padyusan Bhatara Iswara,
    --Om gangga muncar saking kidul tinghalin telaga hojanira, jambangannira tembaga, tinanceban tunjung bang, padyusan Bhatara Brahma,
    --Om gangga muncar saking kulon, tingalin telaga hojanira, jambanganira mas, tinanceban tunjung kuning, padyusan Bhatara mahadewa,
    --Om gangga muncar saking lor , tinghalin telaga hojanira, jambanganira wesi, tinanceban tunjung hireng, padyusanira Bhatara Wisnu,
    --Om gangga muncar saking tengah , tinghalin telaga mumbul, ring sapta petala, muncar ring luhur, tinghalin telaga hojanira, jambangan nira amanca warna, tinanceban tunjung amanca warna , padyusanira Bhatara Siwa,


    Bhatara Siwa ginawe panglukatan bebanten, wenang Bhatara Siwa anglukat, anglebur dasa mala, hinambelan dening wong campur, kaletehan dening hodak, keraraban dening roma kahiberan dening ayam, kelangkahan dening sona, menawita keraraban, katuku ring pasar, keprayascitha denira Sang Hyang Tigamurti Hyang, Sang Hyang Eka Jnyanasurya, Sang Hyang suci nirmala,menadyang luwiring bebanten, Om sri ya we ya namah.

    F. Mantram buhu-buhu, tepung tawar, segau, kekosok, tetebus
    1. Buhu-buhu
    Mantra : --Om sweta tirtanca nityam, pawitram papa Nasanam,
    Sarwa rogasca nagasca, sarwa kali kalasu wina sanam
    --Om Rakta tirtanca, Om kresna tirtanca, Om sarwa tirtanca
    yawe namo namah swaha

    2. Tepung tawar , segau
    Mantra : Om Sanjna asta sastra empu sarining wisesa
    Tepung tawar amunahaken, segau angeluaraken
    Sakuehing sebel kandel lara roga baktanmu

    3. Kekosok
    Mantra : Om Tresna taru lata kebaretan kalinusan dening angin angampuhang mala wigna . Om Sidhirastu ya namah swaha
    4. Tetebus
    Mantra : Om raga wetan angapusaken balung pila pilu
    Angapusaken otot pilu, den kadi langenging Sang Hyang Surya mangkana langgenging angapusaken kang tinebus-tebas, Om Sampurna ya namah svaha.

    5. Semua sesaji yang dipersembahkan diperciki dengan tirtha penglukatan
    (dari tempat duduk)
    Mantra : Om om sampurna ya namah
    Om sudha, sudha, sudha, sudha, parisudha ya namah
    Om sudha akasa, sudha bumi, sudha wighna, sudha mala ,
    sudha papa klesa , Kasudha dening Sang Hyang Trilokanatha
    Om sidhirastu tat astu svaha
    Om pretama sudha , dwitya sudha, tritya sudha, caturty sudha
    Sudha sudham wariastu


    G. 1. Surya stawa
    Mantra : Om Surya seloka nata sya, warada sya swarcanam
    Sarwantah tasya sidantam, suda naya santyasam.
    Om asita mandala mertyu, sitala satru nasanam,
    kawi wisya rakta teja, sarwa bawa bawet bawat


    2. Pesaksi dengan Pertiwi stawa :
    Mantram : Om pertiwi sariram dewi, catur dewa mahadewi,
    catur asrama batari, siwa bumi mahasidhi
    Om ring purwa ksiti Basundari, siwa patni putra yoni,
    Uma durga gangga dewi, brahma betari wisnawi
    Om mahe swari hyang kumari, gayatri berawi gauri,
    Arsa sidhi maha, Indra Nicambuni dewi
    Om akasa siwa tattwa ya namah swaha
    Om pertiwi dewi tattwa ya namah swaha


    H. Banten Pekideh -(Pekideh memargi dengan Puja Wisnu Mantra) :
    1.Mantra : Om ung Wisnu rahada Tritada
    Sri Wisnu perajapati kesetra
    Wiraha kalpa pertama kertayuga
    Kalama sekala titha
    Yuga natastra nitaya
    Wedakti palem kamayuga
    Sarwa dewa prayascitam kirisiyami
    sobagian astu ya namah swaha

    2. Menghaturkan sesajen (banten dihaturkan kesowang-sowang pelinggih).
    Menghaturkan sesajen dalam bentuk pejati
    Mantra : --Om Siwa sutram yadnya pawitram
    Paramam pawitram prajapati jyogayusyam
    Balamastu tejo paramam
    Gohyanam triganam triganatmakam

    --Om Namaste bhagawan agni
    Namaste bhagavan ari
    Namaste bhagawan isa`
    Sarwa baksa utasanam

    3. Tri bhuwana Mantram :
    --Om paramah ciwa twam gohyah
    Civa tatva parayanah
    Civasya pranoto nityam
    Candisaya namo stute
    --Om nevadam Brahma Visnucca
    Bhoktra deva mahecvaram
    Sarva vya din alabhati
    Sarva karyanta siddhantam
    --Om jayarti jayam apunyat
    Ya cakti yacam apnoti
    Ciddhi sakalam apunyat
    Parama Ciwa labhati
    --Om bhoktra laksana yanamo Namah swaha

    4. Ayu wreddhi
    Mantra : --Om ayu vreddhi yaca vreddhi
    Vreddhi prajna sukha criyam
    Dharma santana vreddhin syat
    Santute sapta vreddhayah
    --Om yavan meru stitho devah
    Yavad gangga mahitale
    Candrarko gagana yavat
    Tavad va vijayi bhavet
    --Om dirghayur astu tad astu-astu svaha


    I. Mensucikan sesajen .
    1. Sesudah itu sesajen disucikan dengan ,
    Mantra : Om Sang Hyang Tiga Murti Hyang
    Sang Hyang Ekajnana cuntaka
    Sang Hyang Suci Nirmalajnana
    Makadi bhatara malingga ring
    babanten kararaban, karampwan
    denamel dening wang campur
    kararaban roma , Kwaltikaning Cone
    kaparodan ing wak , kapryascita den ira
    Sang Hyang Tiga Murti Hyang
    Sang Hyang Ekajnana cuntaka
    Sang Hyang Suci Nirmalajnana
    --Om criyo wai ya namo namah swaha

    2. Selanjutnya muktiang sesajen kepada Sang Hyang widhi , para Deva dan Bhatara (ngayabang samian)
    Mantra : --Om deva buktam maha sukam
    Bojonam parama samertam
    Deva baksia maha tustam
    Bokte laksana karanam
    --Om bhuktiantu sarwata dewa
    Bhktiantu tri lokanam
    Saganah sapari warah
    Sawarga sadasi dasah
    --Om deva boktra laksana ya namah
    Om deva trapti laksana ya namah
    Om treptia parameswara ya namah swaha
     
    3. Ngayabang banten di pelinggih
    -Om parama siwa tanggohyam
    Siwa tattwa parayanah
    Siwasya pranata nityam
    Candisaye namostute
    -Om niwidyam brahma winusca
    Bhoktam dewa maheswaram
    Sarwa wyadi nalabate
    Sarwa karyanta sidantam
    -Om jayarte jayamapunyat
    Ya sakti yasa mapnoti
    Sidhi sakala mapunyat
    Parama siwa labhate
     
    4. Ngayabang banten sor (segehan)
    Mantra : --Om Ang Kang kasolkaya isana wosat
    Om Swasti swasti sarwa bhuta kala
    Suka ya namah swaha
    Sonteng : Riwus sira amuktiaken segehan
    muliha sira ring pasenetan nira sowang-sowang
    Haywa ngrubeda , anyengkalen bhatara dewa ring kayangan sakti

    Dilanjutkan dengan metetabuhan (arak berem)
    Mantra : Om ebek segara, ebek danu, ebek banyu pramananing hulun
    5. Memohon Sang Hyang Widhi agar berstana di Padmasana dengan sikap ambil kembang dan bija lalu diasapi dan dipegang dengan sikap mudra ditaruh didepan dada.
    Mantra : Om Om anantasana ya namah
    Om rm dharma singa rupaya svetha varna ya namah
    Om rm jnana singa rupaya rakta varna ya namah
    Om rm viragya singa rupaya pita varna ya namah
    Om rm Iswara singa rupaya kresna varna ya namah swaha
    Om Om padmasana ya namah swaha
    Om I Ba Sa Ta A
    Om Ya Na Ma Si Va
    Om Mam Um Am namah
    Om Om Dewa pratista ya namah
    Om Sa Ba Ta A I
    Om Na Ma Si Va Ya
    Om Ang Ung Mang Namah

    Selesai mengucapkan mantra bunga ditaburkan kedepan
    6. Kemudian menghayat Sang Hyang Ciwa Raditya , Bhatara dan Dewa Maheswara memakai kembang dengan sikap Amustikarana
    Mantra : Om Om anantasana ya namah
    Om Om padmasana ya namah
    Om padma pratistha ya namah
    Om Om dewa pratistha ya namah
    Om hrang hring sah parama siwaditya ya namah swaha
    Mantra : Om Sang Bang Tang Ang Ing
    Nang Mang Sing Wang Yang
    Om Ang Ung Mang namah swaha
    Om Mang Ung Ang
    Om sri guru bhio namah

    7. Menghaturkan sembah kepada Sang Hyang Siwa Raditya
    Mantra : -Om Adityasia paramjyotih
    Rakta teja namustute
    Sivageni teja mayance
    Siva Dewa wisiantakem
    -Om padma lingganca pratista
    Astadewa prakirtitam
    Siwagraha sangyuktam
    Ganaksaram sadasiwa
    -Om Sa Ba Ta A I Na Ma Si Va Ya Ang Ung Mang

    8. Menyambut para Dewa , Batara, ambil kembang dengan sikap Amustikarana
    Mantra : Om pranamia sang linggam
    Dewa linggam maheswara
    Sarwa dewati dewanam
    Tasme lingga ya we namah

    9. Purnama / Tilem mantram :
    Om Candra mandala sampurnam, candra byom te pranamyanam, Candra adipa param jyotir, namo candra namostute.
    Om sidhi raga namostute, Dara gopati padanam, Wim sat sapto larang wita, Namas candra namostute.
    Om Karma sakti jagat caksu, sarwa barana busitam, Swita panca kala runa, namas candra namostute.
    Om kumuda atpala kastangca, Sarwari dipa manggalam, Dharma adharma sayam posyam, namas candra namostute.
    Om loka yan te prakasita, Loka puja samam witam, Siwa lokam candra dhipam, Namos candra namostute.
    Om Asta adi asrama nityam, asta dipa wasi karanam, asta kala ya sampurna. Namos candra namostute.
    Om Hrang Hring Sah parama siwa candra amertha ya namah swaha.

    10. Untuk Pura Ulun Danu (Sri Astawa):
    Mantram :
    Om Indra giri putri wiryam, sri gangga uma dewisca, saraswati wirya dewyam, amerta bumi suda jiwanama.
    Om narmada bhoga mapnuyad, amertha warsa nugrahakem, surya nadi swarga tana , sarwa dewam namo myaham.
    Om amertha kamandalu nityam, perastitam tu sarwa jiwam, uma dewi laba bakti, amartha bumi sudatmakam.
    Om sri gangga dewi pratista, jagra bhawa suda wiryam, nirmala amertha jiwitam, sarwa roga winasanam.
    Om gangga gori maha wiryam, sarwa papa winasanam, roga pati durga dewi, gangga dewi sariranam.
    Om sarwa jagat suddha nityam, amertha bumi nugrahakam, sarwa kali paraharanam, sarwa dukka wimoksanam. Om sidirastu ya namah swaha.

    11. Menghaturkan asep kepada para Dewa dan Batara
    Mantra : Om Ang Brahma sandhya namo namah
    Om Ung Wisnu sandhya namo namah
    Om Mang Iswara sandhya namo namah

    12. Puja Tehenan
    Mantra : Om kaki penyeneng nini penyeneng
    Om Bbrahma, Wisnu,Iswara
    Surya candra lintang terenggana
    Om awang-awang-uwung-uwung
    Sidirastu yanamah suaha

    13. Puja Jagatnata
    Mantra : Om Ang Brahma Perajapati sretah
    Suyambu weradem guru
    Om brahma sekayam usiyatha
    Om rang ring sah Brahma praja pati Ya nama namah swaha

    14. Pengaksma Jagatnatha
    Mantra : Om ksamaswamam Jagatnatha
    Sarwa papa nirantaram
    Sarwa karya minda dehi
    Prenamya misora isanam

    --Om ksama swamam maha yasta
    Yastha surya gunatmakam
    Winasaya sesatem papem
    Sarwa seloka darpayana
    --Om gring dewa arcanaya ya namah swaha
    Om gring dewa tarpana ya namah swaha

    J. Dilanjutkan dengan persembahyangan bersama .
    1. Puja Tri Sandhya
    2. Muspa Panca Sembah
    a. Sembah tangan kosong
    Mantra : Om Rah phat Astra ya namah swaha
    Om Atma Tatwatma sudhamam swaha

    b. Sembah memakai kembang kepada Ciwa Raditya
    Mantra : --Om Aditya sya paramjyotir
    Rakta teja namustute
    Sweta pangkaja madhyasta
    Basjkaraya namustute
    --Om Pranamya baskara dewam
    Sarwa klesa winasanam
    Pranamya ditya siwartham
    Bukti mukti warapradam
    --Om Hrang hring sah parama ciwa ditya ya namah swaha

    c. Sembah memakai kembang/ kewangen ke Dewa Samodaya
    Mantra :--Om Namo Dewaya adhisthanaya
    Sarwa wyapinesiwaya
    Padmasanaya ekaprathisthaya
    Ardanareswarya ya namah swaha
    --Ung Akasem nirmalam sunyem
    Guru Dewa bhyomantarem
    Ciwa sekala sampurnem
    Reka ungkara ye namah swaha

    d. Sembah memakai kewangen untuk memohon waranugraha
    Mantra :--Om Anugraha manohara
    Dewa datha nugrahaka
    Hyarcanam sarwa pujanam
    Namah sarwa nugrahaka
    --Om Dewa dewi maha sidhi
    Yajnanga nirmalatmaka
    Laksmi sidhisca dirgayuh
    Nirwighna suka wredinca
    --Om Ghring anugraha arcanaya namo namah swaha
    Om Ghring anugraha manuharaya namo namah swaha
    --Om ayu vreddhi yaca vreddhi
    Vreddhi prajna sukha criyam
    Dharma santana vreddhin syat
    Santute sapta vreddhayah

    e. Sembah tangan kosong
    Mantra : Om Dewa suksma Paramecintya ya namah swaha
    Om Ang Ksama sampurna ya namah swaha
    Om Santhi Santhi Santhi Om

    3. Memohon tirta Wangsuhpada
    -- Om Namaste bagawan gangga, namaste sita lambwapi,
    salilam wimalam toyam, swambu tirtha bojanam
    ---Om subeksa asta asteya, dosa kilbi sana sane
    pawitram semaha tirtha, gangga tirtha maha nadhi
    ---Om bajra reni maha tirtha, papa soka wina sanam
    Nadi puspa laya nityam, nadi tirtha ya praya
    ---Om tirtha nadi kumbasca, warna dewa mahatmanam
    Muninam manggala sumcaya, wiyapica dewa akasah
    ---Om sarwa wigena winasantu , sarwa klesa winasantu
    sarwa papa winasaya, sarwa roga winasanam

    4. Metirtha
    Dilanjutkan dengan matirtha dan mabija
    a. Matirtha ( dipercikan tiga kali di kepala)
    Mantra : Om Budha pawitra ya namah
    Om Dharma maha tirtha ya namah
    Om Sanggya maha toya ya namah

    b. Diminum tiga kali
    Mantra : Om Brahma pawaka ya namah
    Om Wisnu amertha ya namah
    Om Iswara jnana ya namah

    c. Diraup tiga kali di kepala
    Mantra : Om Sampurna ya namah
    Om Sadhasiwa paripurna ya namah
    Om Paramasiwa sukma ya namah

    d. Memakai kembang ditelinga
    Mantra : Om Sri asmara ya namah
    e. Mabija
    Mantra : Om Wija -wija kara ya namah 
    1. Penutup
    --Om Hinaksaram hina padam
    Hina mantram tathaiwaca
    Hina bhaktim hina wrdhim
    Sada ciwa namo stute
    --Om mantra hinam kriya hinam
    Bhakti hinam Maheswara
    Yat pujitam Mahadewa
    Pari purnam tad astume.

    2. . Puja Pralina
    Mantra : Om A Ta Sa Ba I
    Om Na Ma Si Wa Ya
    Om Ang Ksama sampurna ya namah swaha

    3. Rangkaian upacara oleh Manggala ditutup dengan parama santhi
    Mantra : Om santhi santhi santhi Om 

  2. Rerahinan Tilem dirayakan ketika bulan mati, maksudnya gelap ( tidak ada sinar bulan di langit ). Kegelapan pada hari Tilem ini, justru bernuansa religius. Ditinjau dari pengetahuan Astronomi Bahwa pada bulan tilem itu posisi bulan berada diantara Matahari dengan Bumi sehingga suasana menjadi gelap gulita dimalam hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar