Kamis, 11 Juni 2020

NEW NORMAL LIFE

NEW NORMAL LIFE
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S. M.Pd

Sejak kemunculannya di akhir tahun 2019, kini virus corona masih saja menyebar di hampir seluruh dunia.

Saat ini (11/06/2020), sudah banyak negara dan wilayah yang terinfeksi Covid-19.

Walaupun beberapa negara sudah mulau pulih dari virus ini, namun sejumlah ahli memprediksi pandemi virus corona Covid-19 bisa berlangsung lama.

Hal ini berkaitan dengan belum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus corona.

Meskipun demikian, tentu enggak bisa selamanya masyarakat hidup dalam masa karantina.

Ada ketentuan dimana sebuah negara bisa membuka kuncian physical distancing atau karantina tersebut.

Meskipun nantinya waktu karantina bisa diakhiri, namun sampai vaksin atau obat virus corona Covid-19 bisa ditemukan, maka pola pencegahan seperti yang dilakukan saat ini harus terus dilakukan.

Sejumlah ahli menyebut kondisi tersebut dengan new normal life.

Hal itu tentu saja juga berlaku di Indonesia, dan enggak akan kembali ke fase atau situasi sebelum Covid-19 muncul.

Berbicara mengenai new normal, masih banyak yang bertanya-tanya mengenai definisi dari new normal itu sendiri.

Lalu, apa definisi new normal sendiri?

"Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru."

Pada masa pandemi masyarakat Indonesia diharuskan hidup dengan tatanan hidup baru yang dapat 'berdamai' dengan Covid-19. Adapun yang dimaksud dengan new normal adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dan semua institusi yang ada diwilayah tersebut untuk melakukan pola harian atau pola kerja atau pola hidup baru yang berbeda dengan sebelumnya. Bila hal ini tidak dilakukan akan terjadi risiko penularan.

Tujuan dari new normal adalah agar masyarakat tetap produktif dan aman dari Covid-19 dimasa pandemi. Selanjutnya agar new normal lebih mudah diinternalisasikan oleh masyarakat maka “new normal” dinarasikan menjadi 'Adaptasi Kebiasaan Baru'. Maksud dari Adaptasi Kebiasaan Baru adalah agar kita bisa bekerja, belajar dan beraktivitas dengan produktif di era Pandemi Covid-19.

Memulai Kebiasaan Baru
Apakah kita mau terus hidup dengan pembatasan? Tinggal di rumah terus? Sudah pasti jawabannya tidak. Tentunya  kita ingin kembali bisa bekerja, belajar, dan bersosialisasi atau aktivitas lainnya agar dapat produktif di era pandemi. 

Hal ini bisa dilakukan kalau kita beradaptasi dengan kebiasaan baru yaitu disiplin hidup sehat dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. 

Kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat harus terus menerus dilakukan di masyarakat dan setiap individu, sehingga menjadi norma sosial dan norma individu baru dalam kehidupan sehari hari. 

Bila kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah gelombang kedua. Kebiasaan lama yang sering dilakukan seperti bersalaman, cipika-cipiki, cium tangan, berkerumun atau bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan karena mendukung penularan Covid-19. 

Di mana dan Apa?
Kita dituntut untuk mampu mengadaptasi atau menyesuaikan kebiasaan baru dimanapun kita berada baik di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah termasuk di tempat-tempat umum seperti terminal, pasar, mal. 

Diharapkan dengan seringnya menerapkan kebiasaan baru dimanapun, semakin mudah dan cepat menjadi norma individu dan norma masyarakat. Dengan demikian kita bisa bekerja, belajar, beribadah dan beraktivitas lainnya dengan aman, sehat dan produktif. Adaptasi kebiasaan baru yang dimaksud adalah:

*sering cuci tangan pakai sabun 
*pakai masker
*jaga jarak
*istirahat cukup
*rajin olahraga
*makan makanan bergizi seimbang

Inilah pesan kunci yang perlu dilakukan secara disiplin baik secara individu maupun kolektif agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai. Saatnya menjadi pelopor adaptasi kebiasaan baru. 

#tubaba@griyang bang//Salam sehat!#


Tidak ada komentar:

Posting Komentar