Lontar Dharma Pewayangan
Lontar Dharma Pewayangan adalah naskah yang berkaitan dengan dunia seni wayang dan kewajiban dari seorang dalang.
Dalam beberapa kutipan teks yang ada disebutkan sebagai berikut :
Berkaitan dengan profesi seorang dalang dengan sebuah kayon untuk menceritakan pada seluruh dunia untuk semua kehidupan yang terdapat di dalam jagad raya ini.
“Sang Amengku Dalang mawak gumi, mawak bhuta, mawak dewa, dalang ngarania waneh, karana dadi Siwa, karana dadi Paramasiwa, karana dadi Sadasiwa, karana dadi Sang Hyang Acintya, mapan Sang Hyang Acintya panunggalaning bhuana kabeh, wenang umilihaken lungguhnia. Wenang sira uncarakena carita, wenang uncarakena kataning aksara, wenang uncarakena japa muang mantra. Samangkana ngaran dalang”
Terjemahan:
“Orang yang berprofesi sebagai dalang merupakan simbol bumi, simbol bhuta/makhluk halus, simbol dewa yang berhak menjalankan tugas - tugas Hyang Siwa, Paramasiwa, Sang Hyang Acintya, karena Acintya simbol panunggalaning bumi semua, dapat menentukan kedudukannya berhak menyebarluaskan cerita, berhak mengucapkan Veda/mantra.
Berkaitan dengan ajaran-ajaran atau kewajiban yang telah digariskan oleh Sang Hyang Catur Loka Pala yang bertujuan untuk memotivasi umat.
“Iti aji dharma Pawayangan, ngawenang sumuliha ring ganal alit, mwah ring bhuana agung. Yan sira mahyun sudi ring putusaning ngawayang, palania tan langgana rijengira Sanghyang Catur Lokapala.
Apan sira umindahaken suci nirmala tatwa, weruh ri adoh aparek, ring satwa adnyana, terus malunga ring tri bhuana sangkania ana sor luhur, madia utama, pati berate, sabda bayu, ideping ala. Wenang pwa sira Sanghyang Catur Lokapala, umideraken satsatnira Sanghyang Kawicarita, sira ta ngaran dadi dalang-dalang. Sangkanyaana dalang patpat: yuwaktinia, Brahma, Wisnu, Iswara, Mahadewa yan ring bhuana agung, Iswara akasa, Mahadewa sitidrani, Sanghyang Wisnu rupaning bhuana, Brahma tejaning bhuana, sangkania dadi urip, dadi pati, dadi sabda, dadi bayu”.
Terjemahan:
Ini adalah ilmu tentang Dharma Pewayangan, yang wajib diterapkan dalam alam kecil dan alam besar. Bagi yang mau dan senang dengan keputusan melaksanakan tugas pewayangan, agar tidak dikutuk oleh Sanghyang Catur Lokapala, karena akan membicarakan kesucian tattwa, tahu dengan yang jauh dan yang dekat, tahu dengan bilangan yang ada dalam badan dan yang ada di tiga dunia, oleh karena itu ada bawah ada atas, menengah utama, taat dan patuh, suara tenaga, pikiran jelek, sehingga pantaslah Sanghyang Lokapala mengelilingi dan menempatkan Sangh Kawicarita, dialah namanya menjadi dalang.
Mahadewa. Kalau di dunia :
- Iswara sama dengan angkasa,
- Mahadewa sama dengan tanah,
- Sanghyang Wisnu merupakan wajah/warna dunia,
- Sedangkan Brahma sinarnya dunia, makanya menjadi hidup, menjadi mati, menjadi suara dan jadi tenaga.
Dengan mengetahui ketentuan, panduan dan aturan yang telah tersurat dalam Dharma Pewayangan seperti tersebut di atas, yang merupakan kewajiban yang harus di taati dan dilaksanakan oleh seorang dalang, Maka mereka yang disebut sebagai dalang sejatinya memangku tugas yang berat.
Dikatakan memangku tugas yang cukup berat, karena dengan kondisi yang sekarang (globalisasi) sudah tentu tantangan dan hambatan sangat kompleks dan menuntut sebuah kesadaran untuk mampu memahami serta melaksanakan apa yang mesti dilakukan oleh seorang dalang.
#tubaba@griyangbang#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar