Bhagavad Gita 4.2 menyebutkan: “Evam parampara-praptam imam rajarsayo viduh, Ilmu pengetahuan yang paling utama ini diterima dengan cara sedemikian rupa melalui rangkaian garis perguruan guru-guru kerohanian, dan para raja yang suci mengerti ilmu pengetahuan tersebut dengan cara seperti itu”. Kutipan sloka ini mengandung makna yang sangat esensial. Ilmu pengetahuan Veda pada dasarnya diturunkan secara murni dan otentik melalui proses parampara (garis perguruan). Bukan sekedar membaca dari kitab suci atau mengikuti pelajaran di sekolah-sekolah formal. Berusaha mengerti Veda dari sekolah-sekolah formal modern sangat baik, tetapi jika pengajaran tidak dilakukan oleh seorang guru kerohanian bonafide dan tidak berdasarkan garis perguruan yang otentik, maka proses belajar mengajar tersebut hampir dapat dikatakan sia-sia. Bukan tidak mungkin dari sistem yang salah tersebut akhirnya menyebabkan pembentukan anak didik yang mengerti Veda secara keliru.
Sistem belajar mengajar dalam tradisi Veda dikenal dengan sebutan guru kula. Dalam sistem guru kula, setidaknya harus terdapat seorang tenaga pengajar yang umumnya adalah seorang sanyasi yang memang benar-benar sudah insaf akan dirinya dan sudah mempraktekkan ajaran Veda secara nyata dalam kehidupannya sehari-hari. Terutama sekali di India, sampai saat ini eksistensi sistem guru kula masih tetap terjaga meski sudah diwarnai dengan sistem dan fasilitas modern. Namun sayangnya di Indoensia sistem guru kula sudah hampir punah dan hanya diterapkan secara tertutup dikalangan keturunan Brahmana. Khusunya di Bali, seorang murid atau lebih dikenal dengan sebutan sisya, jika ingin menjadi seorang wasi, pemangku atau Brahmana maka dia harus melakukan proses aguron-guron (berguru) kepada seorang Brahmana yang dia jadikan sebagai guru dan selanjutnya disebut sebagai Guru Nabe. Dan hanya melalui proses rekomendasi dan diksa (dwi jati) dari sang guru inilah seseorang layak diangkat menjadi seorang Brahmana.
Salah satu garis perguruan Veda yang sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh dunia dengan Hare Krishna Movement-nya adalah garis perguruan yang dipimpin oleh Srila Prabhupada. Di dunia Barat garis perguruan ini menjadi sangat popular berkat kesuksesan Srila Prabhupada mengajajarkan ajaran Veda kepada para kaum muda dan tokoh-tokoh legendaris seperti grup musik The Beatle, pemilik perusahaan mobil Ford, para anggota kerajaan Ingris bahkan sampai kepada Stave Job, yang terkenal karena Apple Computer-nya. Beliau juga menanamkan pondasi Veda yang sangat kuat dengan kesuksesannya menerbitkan terjemahan-terjemahan kitab suci Veda yang otentisitasnya telah diakui secara akademik oleh berbagai perguruan tinggi dunia. Sehingga tidaklah mengherankan jika sampai saat ini hampir tidak ada satu negarapun di muka bumi ini yang tidak memiliki center-center dan mandir-mandir untuk aktifitas spiritual murid-murid dari garis perguruan Srila Prabhupada ini.
Sesuai dengan namanya, orang-orang yang tergabung dan merupakan murid-murid dari garis perguruan Srila Prabhupada dengan Hare Krishna Movement-nya dapat dikenali dari keseharian mereka yang selalu melantunkan nyanyian (bhajan dan kirtana) serta bermeditasi japa dengan mengucapkan “Hare Krishna Hare Krishna, Krishna Krishna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama, Rama Rama Hare Hare”. Disamping itu, murid-muridnya yang maju akan diperlihatkan dengan ketaatannya dalam menjalankan empat prinsip dasar yang merupakan sumpah pada saat berguru, yaitu: (1) Tidak memakan daging, ikan dan telor (Vegetarian), (2) Tidak mabuk-mabukan, (3) Tidak berjudi dan (4) Tidak berzinah.
Karena beberapa faktor dan kesalahpahaman segelintir orang, sering kali garis perguruan Hare Krishna tidak dianggap sebagai bagian dari Hindu dan bahkan pernah dicap sebagai gerakan yang sesat. Namun jika dirunut dengan baik, pada dasarnya pergerakan Hare Krishna adalah salah satu garis parampara (garis perguruan) yang otentik yang bersumber dari satu dari empat sampradaya utama sebagaiman disebutkan dalam Bhagavata Purana 6.3.21, yaitu dari Brahma Sampradaya. Sedangkan tiga sampradaya yang lain adalah Sri (Laksmi) Sampradaya, Ludra (Siva) Sampradaya dan Catur Kumara (Sanaka) Sampradaya. Lebih lanjut dalam sloka yang sama disebutkan jika seseorang berguru dari garis perguruan yang tidak bersumber dari salah satu Sampradaya ini, maka dia disebut sebagai Apasampradaya. Ditegaskan dalam Padma Purana bahwa, “sampradaya-vihina ye mantras te nisphala matah, seseorang harus berlindung dan menerima pengetahuan rohani melalui salah satu empat sampradaya tersebut, jika tidak mantra atau inisiasinya tidak akan berguna”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar