Sabtu, 20 Maret 2021

Menangis Dalam Sembahyang

MENANGIS DALAM SEMBAHYANG DI PURA PENATARAN AGUNG BESAKIH RING AJENG PADMA TIGA
Pada tanggal 19 Maret 2021 saat ngiring Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba dalam upacara tirthacarya ring pura panataran agung besakih tepatnya di ajeng padma tiga, pangenter pamuspan kamargiang olih ida ring griya tanggahan, di saat sembah bhakti ngaturang tebasan guru piduka, tanpa disadari air mata titiang mengalir deras, semakin di sapu, semakin mangalir tanpa bisa dibendung, untung saat itu ada bli made rudi disamping titiang membisikin kalimat "sampun mamargi becik upacara tirthacarya puniki"
Setelah itu titiang langsung nunas tirtha yang di percikan oleh dane jro mangku gde pengiring ida tanggahan, seketika itu air mata titiang berangsur-angsur mereda. 
Apakah menangis dalam sembahyang menunjukkan kekhusyukan Doa kita?

Menangis dalam sembahyang, bisa jadi merupakan salah satu ciri Doa yang khusyuk, yaitu jika menangis itu karena kecintaan terhadap Beliau (leluhur) dan karena menyadari betapa kerdilnya kita di hadapan Beliau. Tapi menangis dan khusyuk adalah dua hal yang berbeda.

Tentu kita semua ingin agar dapat khusyuk dalam menjalankan Doa. Khusyu' adalah ketenangan, pelan-pelan, ketetapan hati, serta merasa takut dan selalu merasa diawasi oleh Ida Bhatara Hyang Lelangit. Jadi "khusyu" adalah menghadapnya hati di hadapan Ida Bhatara Hyang Lelangit dengan sikap tunduk dan rendah diri.

Menangis itu indah, sehat, dan simbol kejujuran. Pada saat yang tepat, menangislah sepuas-puasnya dan nikmatilah karena tidak selamanya orang bisa menangis. Orang-orang yang suka menangis sering kali dilabeli sebagai orang cengeng. Cengeng terhadap Sang Leluhur adalah positif dan cengeng terhadap makhluk adalah negatif.

Orang-orang yang gampang berderai air matanya ketika terharu mengingat dan merindukan Leluhurnya, air mata itu akan melicinkannya menembus surga. Air mata yang tumpah karena menangisi dosa masa-masa lalu akan memadamkan api neraka.

Jika seseorang tidak pernah menangis, dikhawatirkan hatinya gersang. Beliau juga pernah berpesan. "Jika kalian hendak selamat, jagalah lidahmu dan tangisilah dosa-dosamu."
Ciri-ciri orang yang beruntung ialah ketika mereka hadir di bumi langsung menangis, sementara orang-orang di sekitarnya tertawa dengan penuh kegembiraan. Jika meninggal dunia, ia tersenyum, sementara orang-orang di sekitarnya menangis karena sedih ditinggalkan.
Tampaknya, kita perlu membayangkan ketika nanti meninggal dunia, apakah akan lebih banyak orang mengiringi kepergian kita dengan tangis kesedihan atau dengan tawa kegembiraan. 
Jika air mata kerinduan terhadap Beliau tidak pernah lagi terurai, apalagi jika air mata selalu kering di atas tumpukan dosa dan maksiat, kita perlu segera melakukan introspeksi, apakah mata kita sudah mulai bersahabat dengan surga atau neraka.

#tubaba@griyang bang//air mata berasa asin itu karena air mata adalah garam kehidupan//air mata datang dari hati dan bukan dari otak#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar