Kamis, 11 Maret 2021

TIRTHACARYA

"Upacara Tirthacarya"
Pendakian Spiritual untuk Ngadegang Archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba dan Ngelinggihang ring Pura Kahyangan Dharma Smerti di Pundukdawa Dawan Klungkung. 

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd


Kebahagiaan spiritual tercapai dengan selalu mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi/ Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai cara dan jalan apapun secara tulus ikhlas tetap diterima oleh-Nya. Tuhan kita hanya satu, namun orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama. Kalau diumpamakan dengan lima orang buta yang mengindentifikasi seorang gajah dengan merabanya. Agama dan aliran kepercayaan yang kita anut adalah berbagai cara dan jalan menuju kepada-Nya.

Dalam agama Hindu kita mengenal banyak jalan mendekatkan diri dengan Beliau Yang Maha Esa dan dikenal dengan Catur Yoga yang meliputi Bhakti yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga dan Raja Yoga. Bhakti yoga dan dalam bentuk Yadnya yang paling menonjol yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Begitu pula agama lainnya, melakukan bhakti/sembahyang lebih dominan dilakukan untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta dalam rangka mencari suatu kebahagiaan spiritual. Upacara yadnya merupakan upacara yang besar dan ungkapan rasa syukur dan memohon keselamatan serta kebahagiaan dan dilakukan secara tulus ikhlas. Namun ucapan rasa syukur dan bhakti tidak harus melalui suatu upacara yadnya saja karena banyak jalan yang diberikan oleh Hyang Widhi, terutama bagi orang-orang tidak mampu/miskin. Salah satu jalan yang lainnya adalah Tirthacarya. Dalam kitab sarasamuscaya disebutkan bahwa rasa syukur, bhakti dan mencari kebahagiaan dengan pendakian spiritual dapat dilakukan dengan pelaksanaan tirthacarya bahkan oleh orang miskin sekalipun.


"Sada daridrairrapi hi cakyam praptum nardhipa tirthacaryabhigamanam punyam yajnerapi wicisyate" 

dalam bahasa Kawi (Jawa; Kuna) diterjemahkan sebagai berikut 

"Apan mangke kottamning tirthacarya, atyanta pawitra, Iwih sangkeng kapawananing yajna, wenang ulahakena ring daridra". 

Artinya adalah begitu keutamaan tirthacarya, amat suci, lebih utama dari pada pensucian dengan yajna (yadnya), dapat dilakukan oleh daridra (orang miskin) sekalipun.


Tirthacarya terdiri atas dua kata yaitu tirtha yang berarti air, sungai, danau,air suci, tempat untuk mendapatkan atau memperoleh air suci, kesucian atau kesucian diri sedangkan kata carya berarti pengembara/kegiatan untuk berkunjung atau melakukan perjalanan (dengan mundut archa pawayangan Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba), yang terlebih dahulu telah dilaksakakan upacara Siwa Yadnya (sebuah upacara menyatukan 14 leluhur dalam satu wujud archa). 

Kata tirthacarya mempunyai pengertian yang sama dengan tirtha yatra yang berarti melakukan perjalanan mengunjungi tempat suci untuk melakukan sembahyang, mohon air suci dan melaksanakan meditasi. Namun ada sedikit perbedaan yang utama dengan tirthacarya yaitu melakukan perjalanan mengunjungi tempat suci dengan mundut archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba yang telah disatukan dengan 14 leluhur untuk memohon anugrah sebelum di stanakan di Pura Kahyangan Dharma Smrti. 

Secara harfiah, arti kata tirta juga berarti tempat menyeberang, jalan melintas. Air adalah sarana menyucikan, unsur yang memberikan kemakmuran, arus kehidupan dapat diseberangi di dalam ralisasi diri dan perjalanan tirthacarya dapat menyeberangkan seseorang menuju pantai kebahagiaan sang diri sejati. Tempat tirthacarya adalah akhir perjalanan menuju ke dalam diri, itu bukan berarti tujuan, tetapi tujuan itu adalah untuk melewati titik pusat itu. Makna tirthacarya sesungguhnya adalah mencari Sang Diri ke dalam diri dan ini merupakan pendakian spiritual akhir.


Tirthacarya dapat dilakukan dengan mundut archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba mengunjungi tempat suci, sembahyang ke pura pura maupun tempat suci yang dapat kita jangkau sesuai dengan kemampuan kita. Bali merupakan pulau seribu pura dan merupakan kebahagiaan kita dapat mengunjungi/ melaksanakan tirthacarya ke setiap pura yang ada di Bali. Tirthacarya merupakan juga yadnya yang dilakukan secara tulus ikhlas dan disertai niat yang suci.

Banyak manfaat yang kita peroleh dari pelaksanaan tirthacarya disamping suatu pendakian spiritual yakni juga sarana berwisata/dharma wisata, lebih mempererat hubungan sesama manusia/sosial, menjaga keharmonisan lingkungan dan menjaga kesehatan kita terjauh dari stress dan lainnya.


Manut hasil parum sulinggih Oka Dharma Kapurusan Griya Agung Bangkasa tanggal 11 Maret 2021 ring Pura Silatukti. 


Menimbang:

Indik pamargi Upacara Tirthacarya Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba Tanggal 19 Maret 2021, Memutuskan:

Manut hasil parum sulinggih Oka Dharma Kapurusan Griya Agung Bangkasa tanggal 11 Maret 2021 ring Pura Silatukti. 

1. Pura Basukian/ Ida Hyang Basuki/Puser Jagat (sane mapuja ida istri griya sasih sareng ida sane arsa sarengin) mangda jam 8.30 sampun munggah mapuja

2. Pura Catur Lawa Besakih/Ratu Pasek, sane mapuja 

Ida gana patya, 

Ida nabe abianbase,  

Ida ujung kasarengin, tur 

Ida Sulinggih lanag miwah Ida Sulinggih istri sane arsa nyarengin, sampun munggah jam 10.00

3. Pura Kiduling Kerteg/Ida Hyang Bhatara Brahma (Dane Jro Mangku Ubud sane nglungsur tirtha miwah ngaturang piuning inggian pamargi upacara tirthacarya) 

4.  Pura Gelap/Ida Bhatara Hyang Iswara (Dane Jro Mangku Wiryalaksanasane nglungsur tirtha miwah ngaturang piuning inggian pamargi upacara tirthacarya) 

5. Pura Panataran Agung Besakih/Ida Bhatara Hyang Lingsir sane polih ngaturang puja ring penataran (maksimal 7 sulinggih) inggih punika; 

Ida Sinuhun Putri

IPM Nabe Prangsada. 

IPM Nabe Bang Buruan. 

IPM Nabe Calo, 

IPM Nabe Agni Jaya Tangkup, 

Ida Tiga, 

Ida Tanggan, 

6. Pura Batu Madeg/Ida Bhatara Wisnu (Dane Jro Mangku Pura Tegal Suci Linggih Ida Bhatara Lingsir ring Sandakan sane nglungsur tirtha miwah ngaturang piuning inggian pamargi upacara tirthacarya) 

7. Pura Rambut Sedana sane ngaturang pejati miwah pakeling tur ngungsur tirtha Jro Mangku Gde Wira Pangi. 

8. Pura Goa Raja sane ngaturang pejati miwah pakeling tur ngungsur tirtha Jro Mangku Gde Wira Pangi. 

Inggian Tirtha sane pundut saking pura-pura inucap mangdane jam 10.30 sampun mapupul ring Pura Panataran Agung. 

Mamargi saking griya mangda sampun brangkat jam 7.30 pagi, manga jam 9.30 sampun ring Pura Bhasukian.

Pamargin Ida Bhatara saking griya ngelintangin Petang - Plaga, lagasuksma

#tubaba@griyang bang//ari kita mencari kebahagiaan dengan Tirthacarya#


Tidak ada komentar:

Posting Komentar