Selasa, 21 Desember 2021

PITRA PUJA

Di dalam buku Rahasia Yantra, Mantra dan Tantra (Dr. L. R. Chawdhri, (2003 : 97) dijelaskan bahwa Mantra digunakan dalam sadhana Tantra atau berbagai ritual, diucapkan atau diulang-ulang dalam berbagai kombinasi dan konteks, yang kemudian membuat pola vibrasi tertentu. Seseorang juga dapat mencapai kesehatan yang baik, nasib baik dan kemenangan atas musuh dengan mengucapkan mantra tertentu.

Di dalam ajaran agama Hindu, mantra memiliki banyak fungsi salah satunya yakni mantra berfungsi sebagai sadhana untuk memohon perlindungan agar selalu berada dalam keadaan selamat (Mantra Samhita, 2013 : 13).

Ada banyak mantra yang bisa memberikan manfaat bagi kehidupan dalam ajaran agama Hindu jika dilafalkan dengan benar salah satunya yakni sebagai berikut:

Mantra Pitra Puja (1)

"Om Svargantu Pitaro devah, Svargantu Pitara Ganam, Svargantu Pitara Sarvasya Namah Svaha

Om Moksantu Pitaro Devah, Moksantu Pitara Ganam, Moksantu Pitara Sarvasya Namah Svaha.

Om Sunyantu Pitaro Devah, Sunyantu Pitara Ganam, Sunyantu Pitara Sarvasya Namah Svaha.

Om Ksamantu Pitaro Devah, Ksamantu Pitara Ganam, Ksamantu Pitara Sarvasya Namah Svada Om Santih, Santih, Santih, Om".

Artinya:

Om Sanghyang Widhi Wasa Yang maha pengasih dan maha penyayang, semoga jiwa dewa mencapai sorga, jiwa suci mencapai Sorga, semua jiwa semoga pula mencapai sorga.

Semoga Jiwa Dewa mencapai Moksa, jiwa suci mencapai Moksa, semua jiwa semoga mencapai Moksa.

Semoga Jiwa Dewa mencapai kesunyataa, jiwa suci mencapai kesunyataan, semua jiwa mencapai kesunyataan.

Semoga jiwa Dewa mencapai kesempurnaan, jiwa suci mencapai kesempurnaan, semua jiwa mencapai kesempurnaan.

Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga damai di dunia, di akhirat dan damai selalu.

Selain Pitra Puja di Atas ada juga Menggunakan Pitra Puja Lima Bait sebagai Berikut :

Mantra Pitra Puja (2)

Bait I

"Om svargantu Pitaro devah, Svargantu pitara ganam, Svargantu pitarah sarvaya, Namah svada."

Terjemahan: 

"Om HyangWiddhi semoga atmanya mendapat tempat disurga, Semoga semua atma yang suci mendapat tempat disurga, Sembah hamba hanyalah kepada HyangWiddhi, Dan hormat hamba kepada semua atma suci".

Bait II

"Om moksantu pitaro devah, Moksantu pitara ganam, Moksantu pitarah sarvaya, Namah svada"

Terjemahan: 

"Om Hyang Widdhi semoga atmanya mencapai moksa, Semoga semua atma yang suci mencapai moksa, Sembah hamba hanyalah kepada HyangWiddhi, Dan hormat hamba kepada semua atma suci".

Bait III

"Om sunyantu pitaro devah, Sunyantu pitara ganam, Sunyantu pitarah sarvaya, Namah svada"

Terjemahan: 

Om Hyang Widdhi semoga atmanya mendapat ketenangan, Semoga semua atma yang suci mendapat ketenangan, Sembah hamba hanyalah kepada Hyang Widdhi, Dan hormat hamba kepada semua atma suci".

Bait IV

"Om bagyantu pitaro devah, Bagyantu pitara ganam, Bagyantu pitarah sarvaya, Namah svada"

Terjemahan: 

"Om Hyang Widdhi semoga atmanya mendapat kebahagian sejati, Semoga semua atma yang suci mendapat kebahagiaan sejati, Sembah hamba hanyalah kepada Hyang Widdhi, Dan hormat hamba kepada semua atma suci".

Bait V

"Om ksamantu pitaro devah, Ksamantu pitara ganam, Ksamantu pitarah sarvaya Namah"

Terjemahan:

Om Hyang Widdhi, semoga atmanya mendapat pengampunan, Semoga semua atma yang suci dibebaskan segala dosa nya, Sembah hamba hanyalah kepada Hyang Widdhi, Dan hormat hamba kepada semua atma suci.

Dalam ajaran agama Hindu Mantra diucapkan saat sembahyang sebagai salah satu metode berhubungan (berkomunikasi) dengan Tuhan. Mantra umumnya berbentuk harapan, permohonan, pemakluman, pemujaan penyembahan dan mengakui kesalahan agar diberi pengampunan. Selain itu, mantra yang sering juga digunakan saat sembahyang berisi penguatan diri dari kesusahan atau kesulitan yang dihadapi manusia di bumi ini. 

Sangat penting diketahui bahwa di dalam mengucapkan mantra seseorang harus berserah diri sepenuhnya kepada Sang Hyang Widhi Wasa, karena sesungguhnya Dia yang menciptakan segala yang ada, baik alam yang nyata (Sakala) maupun alam yang tidak nyata (Niskala).

Mantra dalam agama Hindu termuat di dalam weda ada yang berbentuk lagu-lagu pujian (sama Weda Samgita), ada juga mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis (Atharwa Weda Samhita), Yayur Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran umum mengenai pokok-pokok yadnya (yajus, pluralnya yajumsi), dan ada juga memuat tentang mantra untuk sembahyang atau berisi kumpulan mantra-mantra yang bentuk pujaan (Rg Weda Samhita).

Mantra yang diucapkan secara benar akan memberi manfaat tersendiri terhadap orang yang melantunkan, tetapi bila mana tidak dilakukan dengan benar maka tidak ada gunanya seperti dijelaskan dalam Nirukta 1.13 yang berbunyi demikian:

Seorang yang mengucapkan mantra dan tidak memahami makna yang terkandung dalam mantra itu, tidak pernah memperoleh penerangan (kurang berhasil) seperti halnya sepotong kayu bakar, walaupun disiram dengan minyak tanah, tidak akan terbakar bila tidak disulut dengan korek api. Demikian pula halnya orang yang hanya mengucapkan mantra tidak pernah memperoleh cahaya pengetahuan yang sejati".

Pengucapan mantra di dalam ajaran agama Hindu dibagi menjadi tiga bagian diantaranya yakni (1) Vaikari yaitu pengucapan mantra didengar oleh orang lain, (2) Upamsu yaitu pengucapan mantra secara berbisik-bisik atau tidak di dengar tetapi bibir bergerak, dan Manasika yaitu pengucapan mantra di dalam hati, mulut tidak bergerak.

Dari ketiga jenis pengucapan mantra di atas yang paling baik yakni pengucapan mantra di dalam hati, tetapi bagi anak-anak atau orang tua yang mengajarkan anaknya bisa menggunakan vaikari atau upamsu. Karena pada intinya tujuan dari sembahyang atau pengucapan mantra dalam agama Hindu yakni ketulusan dan penyerahan sepenuhnya kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Referensi

Chawdhri, Dr. L. R. 2003. Rahasia Yantra, Mantra dan Tantra. Surabaya : Paramita.
Dana, I Nengah dan Suratnaya, Dewa K. 2013. Mantra Samhita, Himpunan Doa Hindu. Jakarta : Media Hindu
Nyoman Jelantik Oka, Ida Pedanda Gde. 2009. Sanatana Hindu Dharma. Denpasar: Widya Dharma.
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci (Pedoman Praktis Kehidupan). Surabaya: Paramita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar