Sabtu, 22 Januari 2022

Elektabilitas Diksa

Elektabilitas Manusia Hindu Dalam Ritual Diksa

I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S.,M.Pd

Manusia dalam pandangan Hindu terdiri dari dua unsur yakni jasmani yakni tubuh manusia dan rohani yaitu atman sebagai hakikat Tuhan dalam diri manusia. Penyatuan dua unsur ini mengangkat manusia menjadi sebagai makhluk ilahi, dimana segala hal yang tampak disekitar kita adalah hasil dari kesadaran ilahi. Setiap manusia wajib untuk mengelola diri sesuai ajaran dharma, sebagaimana tubuh manusia mempunyai makna penting bagi jiwa-atma yang menjadi akar hidup dan dilahirkan menjadi badan jasmani (sthula sarira) pada dasarnya sebagai manusia dalam pandangan Hindu adalah keutamaan atau kemuliaan. Tubuh adalah alat atau sarana sebagai wujud atas kehendak Sang Hyang Widhi yang tampak didunia, agar Sang Atma dapat menyelesaikan masalahnya dengan sarana tubuh dalam melakukan kebajikan (Dharma). Hanya melalui ajaran kerohanian dan kesusilaan agama yang disebut dharma seseorang akan dapat mencapai tujuan hidup yang tertinggi yaitu kebebasan atman/roh dari penderitaan hidup duniawi

Moksa atau pembebasan adalah tujuan akhir dari umat Hindu, sehingga dalam proses pencapaiannya perlu tahapan dan fase yang cukup berat untuk dilalui. Tubuh sebagai media utama dalam menjalankan tahapan yang dimaksud patut untuk diarahkan melaksanakan tugas dan kewajiban yang berlandas dharma, sehingga tubuh manusia tidak larut dalam kegelapan atau awidya yang diakibatkan oleh keterikatan yang penuh terhadap benda-benda duniawi. Orang yang terlalu terikat dengan hal-hal duniawi akan sering menggunakan segala cara dalam mencapai tujuan duniawinya. Ajaran agama serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya wajib kiranya untuk diterapkan sebagai tahapan awal penyucian diri. Adapaun ajaran suci yang sejatinya dapat diamalkan yakni Tri Kaya parisuda, Panca yama brata, Panca Niyama Brata dan Tri Parartha. Selain itu dalam penyucian diri tidak kalah pentingnya manusia hindu untuk mempelajari pengetahuan suci para vidya dan aparavidya.

Oleh sebab itu pada dasarnya semua agama mengajarkan umatnya untuk mampu mensucikan diri, karena pada hakekatnya manusia itu dilahirkan suci.

Dalam agama Islam kita kenal istilah baiat. Baiat merupakan istilah untuk upacara pengangkatan atau pelantikan seorang pemimpin. Baiat bisa berupa pengangkatan seorang imam atau kepala agama. 

Sedangkan dalam umat Kristen kita kenal istilah baptis. Baptisan (berasal dari bahasa Yunani: βαπτίζω translit. 'baptizo') dikenal sebagai sakramen inisiasi Kristen yang melambangkan pembersihan dosa. Baptisan juga melambangkan kematian bersama Yesus. Dengan masuk ke dalam air, orang yang dibaptiskan itu dilambangkan telah mati. Ketika ia keluar lagi dari air, hal itu digambarkan sebagai kebangkitannya kembali. 

Jadi elektabilitas atau keterpilihan manusia Hindu dalam ritual diksa adalah kewajiban yang harus dijalankan di bumi, ketika manusia sadar akan tujuan dan kemampuan ilahirnya. Diksa merupakan pintu pembuka menuju penyatuan dengan Tuhan. Dalam konsep yang dibangun terkait dengan diksa tidak hanya didefinisikan sebagai upacara inisiasi, melainkan diksa sebagai institusi atau pranata yang merupakan sebuah sistem terintegrasi atas berbagai sub-sistem yang terdiri atas: sisya (murid spiritual)- siksa (penggemblengan), pariksa (seleksi), diksa (inisiasi), pandita (pendeta), sista (pendeta ahli), siva (teofani), moksa (pembebasan) untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Dengan demikian diksa adalah proses penyucian diri. Orang yang mediksa sebenarnya adalah menyucikan diri, dan tidak ada lain, karena para pandita adalah orang suci yang sudah terlahir kedua kalinya dari sastra. Melalui pelaksanaan diksa dengan benar dan sesuai aturan, manusia dapat mengaktualisasikan dirinya di jalan yang benar untuk menjadi manusia suci lahir batin.

#tubaba@griyangbang//diksainstitusi//bukansebatasritual#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar