Putra, Nabe, Putra Nabe - Nabe Putra
Putra (Putera Sentana) adalah keturunan yang dalam bahasa sansekerta, kata "putra" pada mulanya berarti kecil atau disayang yang disebutkan dapat dibedakan menjadi :
- Suputra, anak sebagai tujuan ideal dari setiap perkawinan dan menjadi dambaan setiap keluarga.
- Kuputra, anak yang durhaka kepada orang tua;
- Dimana anak yang jahat dan melakukan perbuatan dosa yang dapat menjerumuskan dirinya sendiri;
- Dan masyarakat sekitarnya ke dalam penderitaan.
- Putra tertua disebut putra sulung yang nantinya akan menjadi penanggungjawab dalam keluarga.
Selain itu, istilah putra juga disebutkan sebagai berikut :
- Putra dattaka, yaitu sentana paperasan dengan banten peras sebagai upasaksi untuk pernyataan kesaksian kehadapan Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang bertujuan untuk menyatakan kebenaran.
- Putra angkat / napak seperti :
- Putra Dharma sebagai sisya yang mendalami ajaran dharma kepada seorang guru sejati seperti contohnya kepada para nabe dalam ajaran aguron-guron.
- Putra Bangsa, warga negara yang menjunjung tinggi negaranya untuk menjadi lebih maju.
- Seseorang juga dapat menjadi putra sebagai pengikut ajaran dharma yang disebut dengan Putra Dharma.
- Seperti halnya juga dalam sebuah purana, dikisahkan perjalanan Hyang Aji Pasupati sampai ke tanah Panjang Jawa dengan membawa seorang calon raja dan pengikut 7 putra dharma yang akhirnya seluruh putranya berparhyangan atau menetap di Bali.
Sebagaimana disebutkan putra, suputra dan kuputra dalam nitisastra IV.6, seorang anak hendaknya dapat mengangkat martabat keluarga, orang tua dan selalu dapat berbuat baik bagi bangsa, negara dan alam ini.
Dengan kata lain putra juga disebut :- sùnu,
- àtmaja,
- àtmasaýbhava,
- nandana,
- kumàra dan
- saýtàna.
Kata yang terakhir ini di Bali disebut sentana berarti keturunan yang dalam Àdiparva,74,38) disebutkan,
- Seseorang yang nantinya diharapkan dapat menundukkan dunia dengan lahirnya seorang anak,
- ia memperoleh kesenangan yang abadi, memperoleh cucu-cucu,
- kakek-kakek akan memperoleh kebahagiaan yang abadi dengan kelahiran cucu-cucunya.
- Putra yang lahir dari perkawinan Brahma Wiwaha, jika melakukan hal-hal yang baik dan berguna.
- Putra itu akan dapat menebus sepuluh tingkat leluhur dan sepuluh tingkat keturunannya.
- Ia sendiri sebagai orang yang kedua puluh satu menikmati pahala perbuatan baik itu.
- Putra yang lahir dari perkawinan Daiwa Wiwaha,
- kalau ia berbuat baik dapat menebus tiga tingkat leluhurnya dan juga keturunannya.
- Putra yang lahir dari Prajapati Wiwaha dapat menembus enam tingkat leluhur dan keturunannya.
Makna yang terkandung dari Sloka Manawa Dharmasastra ini mendorong umat Hindu agar memilih cara kawin yang terhormat yang berusaha berbuat berguna menurut pandangan dharma.
Karena kualitas putra sangat ditentukan juga oleh cara orang kawin. Kalau kawin itu hanya didorong oleh gejolak hawa nafsu belaka, hal itu sangat berpengaruh pada pembentukan watak putra atau anak yang dilahirkan.
Nabe
Nabe adalah tingkatan kedudukan dalam kesulinggihan yang bertindak sebagai seorang guru spiritual utama dalam proses pendidikan & pembelajaran khusus dalam tradisi aguron-guron kepada para sulinggih sehingga melahirkan sulinggih yang,
- Satyawadi; memberikan wejangan penuh tata krama,
- Apta; selalu berkata benar,
- Patirthaning-Rat; kehadirannya membawa kesejukan, dan
- Upadesa (memberikan pencerahan)
Dengan adanya pendidikan dan pembelajaran khusus ini, nantinya para sulinggih tersebut mampu mengapresiasikan empat unsur pokok ajaran agama Hindu kepada masyarakat :
- tattwa, ajaran ketuhanan yang diyakini kebenarannya.
- tata susila,
- acara agama, dan
- parisada. memiliki integritas
Seorang Nabe, juga disebutkan dalam kutipan artikel babad bali, pedoman pelaksanaan diksa adalah seseorang :
- Yang selalu dalam keadaan bersih dan sehat, baik lahir maupun batin.
- Mampu melepaskan diri dari ikatan keduniawian.
- Tenang dan bijaksana.
- Selalu berpedoman kepada kitab suci Weda, dan mampu membaca
- Teguh melaksanakan Dharma Sadhana (sering berbuat amal jasa dan kebajikan).
- Teguh melaksanakan tapa dan brata.
Dalam tradisi aguron-guron ada tiga Nabe pilihan yang utama seperti dikutip dari berita Bali Expres, yakni Nabe Napak, Nabe Waktra, dan Nabe Saksi yang memiliki fungsi berbeda-beda.
- Nabe Napak memiliki fungsi sebagai Napak ketika prosesi Diksa dan ketika dipandang sang calon siap secara jasmani dan rohani.
- Kemudian Nabe Waktra adalah guru yang bertugas mengajarkan sesana kawikon, stawa stuti, puja mantra, bebantenan, wariga, tattwa, patanganan, ngabajra, dan lainnya.
- Sedangkan Nabe Saksi bertugas menyaksikan ketika prosesi Diksa. Nabe Saksi juga bertugas mengawasi tindak tanduk sang calon, dan berhak ketiga Nabe membatalkan padiksan, jika dirasa calon Diksita belum cukup, baik dari segi kemampuan, kecakapan, dan terpenting adalah sesana kawikon.
Tentunya dalam menggembleng calon Nanaknya Nabe hendaknya menerapkan apa ucap sastra sasana seperti Siwa Sesana, Wreti Sesana, Silakramaning aguron-guron, dan semua teks itu adalah memuat Sesana Kawikon atau etika menjadi seorang Wiku Sista.
PUTRA NABE - NABE PUTRA
Yang disebut sebagai Putra Nabe adalah anak biologis dari serang nabe, sedangkan Nabe Putra merupakan anak biologis seorang nabe yang melakukan dwijati nyambung rah, bukan nyambung griya atau ngelimbakang griya, lebih-lebih yang menjadi nabe tapak yang sesuai dengan SK PHDI, anak dharma seorang nabe atau setara/selevel dengan nanak dharma dari seorang nabe.
#tubaba@griyangbang//ngetutlelintihan#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar