Senin, 31 Januari 2022

PERBEDAAN BHAWATI, PANDITA DAN PINANDITA

Ada pertanyaan:

1. Apa itu bawati?
2. Apa itu pandita dan pinandita?
3. Apa latarbelakang memilih jadi bawati 
     atau Munggah sulinggih?
4. Apa artinya lokopalastaya? 
5. apa tugas sulinggih?..

APA ITU BHAWATI?

Banyak orang yang belum paham, apa perbedaan Bawati dengan Sulinggih.

Tentang masalah Bawati yang paling tahu persis adalah dari maha warga Pasek, karena istilah Bawati lebih banyak dipakai oleh maha warga Pasek.

Sedangkan dari pihak Brahmana (Ida bagus), dan pihak Bhujangga tidak memakai istilah Bawati.

Dahulu kala sebelum istilah Bawati dikenal, maka istilah yang pakai adalah Jro Gede. Namun kemudian istilah Jro Gede digunakan oleh Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Prama Daksa Manuaba untuk para pinandhita wiwa.

Pinandita Wiwa dan Bawati sendiri masih disebut Eka Jati. Adalah orang yang akan meningkatkan diri untuk menjadi sulinggih (dwijati) nantinya.

Sehingga apabila seorang Bawati madwijati barulah menjadi sulinggih.

Sebelum menjadi Bawati, biasanya diawali dengan menjadi Pinandita Wiwa (Pemangku).

Ketika seorang pinandita ingin meningkatkan diri untuk menjadi sulinggih, maka dia akan terlebih dulu mencari calon Nabe, dan disana ia belajar tentang kesulinggihan.


PERBEDAAN PANDITA DAN PINANDITA

Pandita dan Pinandita secara umum dikenal dengan nama orang suci, Yaitu seseorang yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara baik dalam skala besar maupun skala kecil..

Orang suci juga dapat diartikan sebagai orang yang mampu menerima getaran-getaran gaib, memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama.


Apa yang membedakan Pandita dan Pinandita???


Pengertian Pandita

Pandita adalah golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa. 

Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali. 

Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe dan  Setelah melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita..


Pandita berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Pandit yang artinya terpelajar, pintar, dan bijaksana.

Dwijati berasal dari bahasa sanskerta Dvi dan Jati. Dvi artinya dua dan jati berasal dari akar kata Ja yang artinya Lahir. Jadi Dwijati yaitu lahir dua kali.

Dalam Bhagawadgita Bab IV. 19 dikatakan bahwa yang disebut dengan pandita adalah orang atau manusia yang tidak memiliki keterikatan terhadap benda keduniawian.

“Yasya sarve samarambhah, kamasamkalpavarjitah, jnanagnidagdhakarmanam, 
tamahuh panditham budhah”.


Terjemahannya:
“Ia yang segala perbuatannya tidak terikat oleh angan-angan akan hasilnya dan ia yang kepercayaannya dinyalakan oleh api pengetahuan, diberi gelar Pandita oleh orang-orang yang bijaksana”.

Secara umum pandita dan pinandita memiliki kewajiban untuk memantra, melakukan puja dan menyanyikan lagu-lagu pujian (gita) dalam upacara.


Pengertian Pinandita 


Pinandita adalah pemangku Ekajati. Ekajati berasal dari bahasa sanskerta Eka berarti sati dan jati berasal dari kata ja yang berarti Lahir. 

Jadi Ekajati berarti lahir sekali yakni lahir hanya dari ibu kandungnya sendiri, Orang suci yang tergolong dalam eka jati adalah pemangku atau disebut juga Pinandita. 

Sejak tahun 1968, PHDI telah menetapkan bahwa Pinandita bertugas sebagai pembantu yang mewakili Pendeta (Pandita).

Seseorang dikatakan sebagai pemangku jika telah melakukan penyucian berupa upacara pawintenan. 

Pawintenan bagi pemangku dapat dilakukan berulangkali. Lain halnya Pawintenan Pinandita Wiwa hanya dilakukan sekali dalam hidup, karena pinandita sudah jelas sistem aguron-guronnya dan bila melakukan pawintenan lagi hanya diperbolehkan melakukan pawintenan munggah bhawati.

Berbeda dengan Pandita yang hanya boleh di diksa satu kali. Pemangku masih diperbolehkan bercukur, berpakaian sebagaimana layaknya anggota masyarakat biasa, masih mempunyai tugas dan kewajiban dalam hubungan kemasyarakatan sebagai seorang walaka. 

Namanya masih tetap, hanya panggilannya sering ditambah. Contoh Mangku atau Jro Mangku diukuti Nama Orangnya.

Pemangku tidak diperbolehkan menggunakan alat pemujaan seperti Pandita atau Sulinggih (tripada, swambha  pengili atma, dan pedamaran). Menurut Ida Sinuhun Siwa Putra Prama Daksa Manuaba (griya agung bangkasa), khusus pinandita wiwa diperbolehkan mempergunakan mudra sebatas astra mantra petanganan jangkep. 

Dalam kehidupan masyarakat, pemangku memiliki peranan penting seperti nganteb upakara skala kecil. Pemangku atau Pinandita dalam kegiatan upacara berfungsi sebagai perantara umat yang kerja dengan Ida Sang Hyang Widhi atau Leluhur. Seorang pemangku harus menjadi panutan dan memberi contoh baik terhadap masyarakat. Pemangku itu dianggap sebagai panutan juga. Walaupun statusnya masih eka jati, namun seorang pemangku juga dituntut harus bisa menjadi penerang bagi umat hindu. Bagaimana caranya? Ya harus banyak membaca, mendengar dan belajar. Jangan hanya bisa jawab nak mule keto. Itu menyesatkan

Secara etimologi pemangku berasal dari bahasa Sanskerta yakni Pangku yang disama artikan dengan Nampa, menyangga atau memikul beban atau memikul tanggung jawab. 

Jadi Pemangku adalah orang yang memikul beban atau tanggung jawab sebagai pelayan atau perantara antara orang yang punya kerja dengan Tuhan atau Leluhur. Pemangku dapat diartikan sebagai pelayan Sang Hyang Widhi Wasa sekaligus pelayan masyarakat. 


Kesimpulan

1. Yang tergolong Dwijati (Pandita) adalah Pandita, Pedanda, Sri Bhagawan, Empu, Rsi dan lainnya.


2. Yang tergolong Ekajati (Pinandita) adalah Pemangku, Balian, Mangku Dalang dan Bhawati serta yang lainnya.



APA YANG MELATARBELAKANGI SESEORANG MENJADI BHAWATI DAN SULINGGIH?

Yang melatar belakangi kita menjadi bhawati dan sulinggih adalah konsep catur asrama dan pada dasarnya kita lahir menjadi manusia adalah suci untuk itu kita harus mampu menjaga kesucian itu sampai kita menyatu kepada beliau yang maha suci


Apa tugas sulinggih?

Tugas utama sulinggih adalah ‘muput’ upacara yadnya. Beliau adalah satu-satunya pihak yang berhak membuat ‘tirta pamuput’ - air suci yang sangat penting dalam menyempurnakan dan menutup (muput) suatu upakara. Di sinilah letak tugas suci utama yang beliau terima dari Hyang Pramakawi.
Selain bertugas memimpin upacara agama, beliau juga punya kuasa mengajar. Oleh karena itu Griya (rumah tinggal sulinggih) selalu menjadi tempat bertanya. Umat sisia selalu datang ‘nangkil ka Griya’ untuk menanyakan hari baik untuk mengerjakan suatu upacara; atau bisa juga menanyakan ‘unggah-ungguh’ suatu upacara. Jadi, seorang sulinggih, selain ahli agama, pastilah seorang ahli pawukon (ilmu perhitungan hari baik atau buruk). Namun, walaupun memiliki kuasa mengajar agama, seorang sulinggih tidak mengajarkan agama dalam upacara yadnya karena dalam tradisi Hindu darta wacana (homili) tidak menjadi bagian dari upacara agama. Karena posisinya yang suci, seorang sulinggih pun tidak mengajar sekolah umum karena guru di sekolah umum adalah pekerjaan kaum walaka.


APA ITU LOKA PALA SRAYA?

Loka Pala Sraya (Lokapalasraya) adalah tempat berlindung untuk mencari kedamaian dan ketentraman hati serta tempat bersandar maupun bertanya bagi masyarakat tentang ajaran - ajaran kerohanian kepada para sulinggih yang telah di dwi jati sebagai : 
pengayom, pembela, panutan, pendidik di masyarakat. 
Sehari-hari seorang sulinggih menyebut dirinya Bapa sedangkan Bapa dalam Kekawin Nitisastra mempunyai kewajiban antara lain :

Matulung urip rikalaning bhaya
artinya menyelamatkan jiwa anak-anaknya tatkala ada ancaman bahaya. 
Keselamatan jiwa dalam pengertian spiritual termasuk ancaman adharma,
karena bila seseorang berlaku adharma, 
jiwanya terancam bahkan dapat berumur pendek dan kemudian rohnya mengalami siksaan neraka, alam bhur loka. 
Padahal tugas manusia dalam kehidupan di dunia untuk melaksanakan dharma agar di suatu saat kelak roh (Atman) sudah bersih sehingga dapat bersatu dengan Brahman (Hyang Widhi). 
Tugas Sulinggih (ngelokaparasraya) intinya untuk membantu manusia agar senantiasa ada di jalan dharma. 
Jadi bukan hanya muput-muput karya saja! Tugas muput-muput karya hanya sebagian kecil dari tugas-tugas mulia lainnya.
Demikian disebutkan dalam mempersiapkan sulinggih masa depan, sehingga nantinya diharapkan para sulinggih juga berperan dalam menyebarkan ajaran kerohanian kepada umat dan umatpun menjadi damai dan tentram sebagaimana makna yang terkandung dalam Loka Pala Sraya ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar