13 Warga Jepang “Didiksa” Jadi Sulinggih di griya Bongkasa
Senin malam 14 Januari 2019 jadi saksi bagi warga Bali dimana ada 13 warga asing asal Jepang mengikuti prosesi “mediksa” untuk menjadi sulinggih.
Upacara suci dilakukan di Griya Agung Bangkasa, Bongkasa, Abiansemal, Badung. Sebanyak 13 warga Jepang ini didiksa oleh Nabe Tapak sulinggih adalah Ida Pandita Mpu Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba. Nabe Saksi, Ida Pandita Mpu Siwa Buddha Daksa Darma Darmita. Sedangkan Nabe Waktra Ida Pandita Mpu Daksa Yaksa Acharya Manuaba.
Selaku Nabe Tapak Bhawati, Ida Pandita Mpu Tri Daksa Nata. Ikut serta dalam prosesi, Ida Pandita Mpu Siwa Wyasa Prama Daksa Manuaba dan Ida Pandita Mpu Putra Prama Daksa Buddha Yoga Manuaba.
Ketiga belas warga Jepang ini sebelumnya telah disahkan sebagai penganut Agama Hindu melalui proses Sudhi Widani. Setelah itu, naik menjadi bhawati. Hingga didiksa menjadi sulinggih.
Setelah didiksa, ketiga belas warga Jepang tersebut kini memiliki nama baru atau gelar Ida Pandita Mpu Minako Wira Raga Manuaba, Ida Pandita Mpu Naoko Siwa Paraga Manuaba, Ida Pandita Mpu Akiko Kusuma Daksa Manuaba, Ida Pandita Mpu Junichi Wiswa Mitra Manuaba, Ida Pandita Mpu Kumi Yawakerta Parama Manuaba, dan Ida Pandita Mpu Yoshinori Kamya Yoga Manuaba. Kemudian ada Ida Pandita Mpu Chikako Sanaka Dharmita Manuaba, Ida Pandita Mpu Tokina Daksa Vigneswara Manuaba serta Ida Pandita Mpu Yusaka Mudgalya Daksa Manuaba.
Selanjutnya Ida Pandita Mpu Chie Astra Wakra Manuaba, Ida Pandita Mpu Norihiko Soma Parama Daksa Manuaba, Ida Pandita Mpu Eiko Dattatreya Manuaba, dan Ida Pandita Mpu Kumi Gangga Daksa Manuaba. Sedangkan satu bhawati atas nama Megumi Suzuki.
Menurut I Gede Sugata Yadnya Manuaba, putra putra mendiang Ida Sinuhun Siwa Putra Prama Daksa Manuaba, ketiga belas warga asal Jepang ini sebelum didiksa sudah melewati sejumlah proses hingga akhirnya bisa didiksa menjadi seorang sulinggih.
“Beberapa tahun lalu mereka sudah disahkan sebagai penganut Agama Hindu melalui proses Sudhi Widani,” ujarnya.
Untuk proses mediksa para warga Jepang ini, Sugata menyebut hampir sama dengan mediksa pada umumnya. “Proses mediksa sama seperti mediksa umumnya. Seperti ada prosesi seda raga juga,” kata Sugata.
Pemberian nama ini sendiri berdasarkan konsep amari aran. “Ini yang disebut dengan dwija. Ada juga pengertian dwijati, setelah lahir dari ibu, kemudian lahir Weda, pengetahuan dari nabe-nabenya. Selanjutnya mereka akan diberikan gelar,” kata Ida Pandita.
Sy sbg orang bali amat malu ttp sy bangga orang jepang jadi sulinggih
BalasHapusSelamat datang di jalan dharma saudaraku dr jepang
BalasHapus