Kamis, 02 April 2020

GAGELARAN MEMBANGKITKAN DASA BAYU DAN DASA AKSARA PADA DIRI

GAGELARAN MEMBANGKITKAN DASA BAYU DAN DASA AKSARA PADA DIRI

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd
MOTO SESULUH IDUP

"Apan ikang dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara, makasadhanang subhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika"

ARTINYA:
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama, yang menyebabkan adalah karena dia dapat menolong dirinya sendiri dari 'sangsara' [siklus suka-duka, hidup-mati berulang-ulang] dengan perbuatan yang baik, demikianlah keutamaan menjadi manusia.

- Sarasamuccaya-


Aksara Bali memiliki makna dan nilai aksara yang khas terkait dengan filsafat Hindu. Ketidaktahuan sebagian masyarakat Hindu di Bali pada nilai filosofis aksara, disebabkan oleh paham ajewera yaitu larangan untuk mengetahui sesuatu hal yang dianggap keramat yang kemudian melahirkan gugon tuwon.  Nilai magis yang terdapat pada aksara adalah fakta subyektif, dikatakan sebagai fakta karena orang ataupun masyarakat mempercayainya.Namun dalam penggunaanya, hakekat dari aksara tersebut tentu harus diketahui sehingga tidak lagi muncul istilah gugon tuwon.

Ada beragam aksara yang dipergunakan sebagai nyasa oleh umat Hindu di Bali, dan yang umum dikenal adalah Sad Dasaksara enam belas jumlahnya terdiri dari Sang, Bang , Tang , Ang, Ing , Nang, Mang , Sing , Wang , Yang, Ang, Ah, Ang, Ung, Mang, dan Ongkara.  

Selain aksara tersebut, ada aksara yang disebut aksara dasa bayu yang tentunya sering dilihat dalam kajang, aled caru ataupun ulap-ulap. Tidak seperti sad dasaksara yang cukup lumbrah diketahui masyarakat, aksara dasabayu menurut penulis kurang dikenal akan pemaknaannya, membuat penulis mencoba mengulas sependek pengetahuan penulis.

Adapun salah satu penggunaan aksara dasa bayu seperti di bawah ini:

Aksara dasa bayu suaranya adalah Om i a ksa ma ra lu wa ya um.

Ong  disebut prana, menyebabkan bisa bernafas.

I disebut apana, menyebabkan adanya nafsu.

A disebut samana, menyebabkan adanya sari.

Ksa disebut udana, menyebabkan gerak kedip.

Ma disebut syana, menyebabkan adanya gerak sendi.

Ra disebut naga, menyebabkan dapat memeluk.

Lu disebut kumara,  menyebabkan dapat gemetar.

Wa disebut krakara, menyebabkan dapat bersin.

Ya disebut dewadatta, menyebabkan dapat menguap.

Ang Um disebut dananjaya, menyebabkan adanya gerak suara (Nyoka, 1994 : 42).

Penjelasan lengkap akan aksara dasa bayu bisa membaca teks lontar wraspati tattwa, dan penulis menyelipkan penggalan teks dari lontar tersebut.

Ika ta nadi kabeh, yatika tamesi bayu, sapuluh prakaranya, lwirnya dya, prana, apana, samana, udana, byana, naga, kurmara, krekara, dewadata, dananjaya nahan prakaraning bayu, matangyan akweh lwirnya, kapwa dudu gawenya sowang-sowang, dudu warnnanya, mukeprano hyadopanah, samano hredi sang statah, udane amasta kejnyeyah, byaning sarwwa nggasan ditu. Ikang bayu si prana, yeka aneng tutuk, lawan irung, pinake swasaga wedya, ridada inganya isor, ya lumakwan ikang bayu kabeh. Sukrama tretya dobayuh, apanah kena sang statah. Ikang bayu siapana, aneng silit, tkeng purusa, sukla swanita gawenya, lawan mangising mangeyeh mangentut.Pitabhakryam kreta andadyat, watapitam tawanilah, sapanaga tiga tresu, sapanakna papa arutap. Ikanga bayu sasamana, aneng ati, gawenya ngkana, sarining pinangan, yeka winehnya matmahan ampru

Putra (1998 : 41-44) membuat ringkasan penjelasannya sebagai berikut ,

Sepuluh nadi utama ini disebut saluran prana. Sepuluh prana diterangan oleh Siwa adalah prana, apana, samana, udana, vyana, naga, kurma, krakara, devadatta, dhananjaya. 

Angin itu berbeda-beda. 
Prana ada di mulut. 
Apana terletak di bawah.
Samana di jantung.
Udana di kepala.
Vyana di seluruh persendian tangan dan kaki. 

Angin prana ada di mulut dan hidung. Tugasnya untuk mengeluarkan nafas. Prana juga ada di dalam dada. Semua angin yang lain bergerak karena prana. Apana (angin yang lebih rendah) ada pada sperma dan air seni. Angin apana ada pada dubur dan alat kelamin. Fungsinya untuk mengeluarkan sperma, darah, kotoran, dan air seni. Fungsi lain untuk buang angin. 

Samana yang diminum menghasilkan darah, apa yang dimakan menjadi empedu, dan apa yang dicium menjadi lendir. Angin yang disebut samana bekerja merata di seluruh badan. Angin samana ada di hati. Tugasnya adalah merubah zat makanan menjadi empedu, zat minuman menjadi darah dan zat yang dicium menjadi lendir yaitu ingus dan ludah. Itulah fungsinya angin samana yang ada di hati.  

Angin udana menggerakkan bagian-bagian yang vital angin udana ada di dalam tengkorok. Fungsinya adalah untuk mengerakkan mata, untuk mengerutkan dahi dan untuk menumbuhkan rambut. 

Vyana, vyana diartikan sebagai pemisah. Ia memperparah penyakit. Ia menggerakkan. Ia menyebabkan marah dan usia tua. Angin vyana ada di seluruh persendian anggota badan. Fungsinya adalah utuk berjalan, merentangkan, menyentuh, seluruh gerakan persendian anggota badan, disamping itu untuk fungsi ketidak sadaran, marah dan usia tua. 

Naga, Kurma, Krkara, Devadatta, Dhananjaya. Naga ada bila menyemburkan, kurma bila membuka mata, krkara bila bersin dan devadatta bila menguap. 
Fungsi angin naga ialah untuk menyemburkan (muntah). Fungsi angin krkara untuk bersin. Fungsi angin devadatta untuk menguap. Fungsi angin dhananjaya untuk menghasilkan suara. Pada saat meninggal, angin dhananjaya tetap berada di dalam jenazah. 

Semua angin itu sebenarnya satu. Oleh karena masing-masing mempunyai tugas, maka angin itu dibagi menjadi beberapa jenis. Karena itu ia apapun namanya, untuk membeda-bedakannya. Inilah yang mengikat aturan dengan badan. Ikatan itu sangat kuat. Oleh sebab itu atman merasa damai, bila pindah ke alam lain yang disebut dengan pancapada sebagi tempat atman yang berwujud.

Dasa Aksara adalah puja yang mengagungkan Tuhan Shiwa. Dasa Aksara terdapat di alam semesta (bhuana agung) dan tubuh kita (bhuana alit) yang terdiri dari 10 aksara suci dengan bija aksara : 
Sang, Bang,Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, Yang.

Ini pertemuan sastra yang delapan belas (wreastra) , bertemu ujung dengan pengkalnya menjadi dasa aksara, diantaranya;
ha – nya menjadi sa
na – ya menjadi na
ca – ja menjadi ba
ra – pa menjadi ma
ka – nga menjadi ta
da – ba menjadi si
ta – ga menjadi a
sa – ma menjadi wa
wa – la menjadi i & ya

Begini cara menempatkan sang hyang dasa aksara didalam badan, yang merupakan linggih (stana) dewata nawasanga di dalam tubuh manusia, diantaranya;
sa ditempatkan di jantung, dewa Iswara.
ba ditempatkan di hati, dewa Brahma.
ta ditempatkan di kambung, dewa Mahadewa.
a ditempatkan di empedu, dewa Wisnu.
I ditempatkan di dasar hati, dewa Siwa.
na ditempatkan di paru - paru, dewa Maheswara.
ma ditempatkan di usus halus, dewa Rudra.
si ditempatkan di ginjal, dewa Sangkara.
wa ditempatkan di pancreas, dewa Sambhu.
ya ditempatkan di ujung hati, Dewa Siwa.
Ada pula yang memberikan ulasan tentang dasa aksara ini bahwa setiap aksara itu mempunyai arti sendiri-sendiri, yaitu:
Sa berarti satu
Ba berarti bayu
Ta berarti tatingkah
A berarti awak
I berarti idep
Nama berarti hormat
Siwa berarti Siwa
Ya berarti yukti

Dengan pengertian seperti itu, maka arti dari dasa aksara ini adalah orang yang mempunyai tingkah laku dan pikiran (idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan beyu kekuatan dari Siwa. Dengan menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu mempergunakan dasa bayu untuk kesehjateraan buana alit dan buana agung.

Dasa aksara tersebut terbentuk dari dua jenis aksara suci, yaitu panca tirta dan panca brahma. Yang disebut panca tirta, adalah sebagai berikut:
sang sebagai tirta sanjiwani, untuk pangelukatan (membersihkan).
Bang sebagai tirta kamandalu, untuk pangeleburan (menghancurkan).
Tang merupakan tirta kundalini, utuk pemunah (menghilangkan).
Ang merupakan tirta mahatirta, untuk kasidian (agar sakti).
Ing merupakan tirta pawitra, untuk pangesengan (membakar).
Ini yang dikatakan panca brahma, berada dalam diri manusia. Ini aksaranya;
Nang disimpan di suara.
Mang disimpan di tenaga
Sing disimpan di hati/perasaan
Wang disimpan di pikiran
Yang disimpan di nafas.
 Kemudian balikkan hurup tersebut:
Yang disimpan di jiwa
Wang disimpan di guna/aura
Sing disimpan di pangkal tenggorokan
Mang disimpan di lidah
Nang disimpan di mulut
Bila Dasa aksara diringkas, aksara yang ada di panca tirtha dipasangkan dengan aksara panca brahma akan muncul Sang Hyang Panca Aksara. Inilah panca aksara tersebut:
Sa + Na menjadi Mang
Ba + Ma menjadi Ang
Ta + Si menjadi Ong
A + Wa menjadi Ung
I + Ya menjadi Yang

panca brahma dan panca tirta diringkas menjadi tri aksara (a, u, m).
Setelah itu baru turun arda candra (bulan sabit), windu (lingkaran) dan nada (titik). Baru boleh di ucapkan sang, bang, tang, ang, ing
Selanjutnya diringkes menjadi Tri aksara : 
Ang, Ung, Mang
Ringkes lagi menjadi dua kekuatan maha dashyat yaitu kekuatan positif dan negatif ( Rwa Bhuneda ) Ang-Ah
Seterusnya menjadi  Pranawa OM ( Sanghyang Tunggal ) 

TETINGKESNYA:
1.Duduk deng tenang, pasrahkan, santai dan senyum kepada diri serta kehadapan Tuhan Shiwa, kedua tangan diletakan di atas paha kanan dan paha kiri, telapak tangan menengadah membentuk mudra, yaitu ujung jari telunjuk menyatu dg ibu jari.

2. Lakukan doa sesuai keyakinan dan kepercayaan serta rapalkan mantra utpeti-stiti dan maha guru, pembimbing spiritual dan lain-lain.

Mantra mahaguru : 
Om gurur brahma, gurur wisnu, gurur dewa maheswara, guru sakshat parambrahma, tasmai sri gurawe namah...
Om mahaguru sri raja betara ya namah..

3. Lakukan swastika dyana : 
Pengraksa jiwa dengab catur sanak

4. Lakukan Gagelaran Meditasi Manunggalnya Dasa Bayu dan Dasa Aksara dalam diri :
A. Konsentrasi di jantung, tarik napas sambil ucapkn bija aksara SANG panjang, rasakan energy suci/cahaya putih dari arah timur masuk ke jantung, tahan napas rasakan getaran getaran jantung, lalu keluarkan napas halus
Lakukan 5x putaran ato sesuai dengan urip

B.dan seterusnya....(ikuti seperti gambar)

NIKI PASUK WETUNING AKSARA BHUWANA AGUNG RING BHUWANA ALIT


#tubaba@griyang bang//lontar tan petulis.#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar