Selasa, 07 April 2020

BRATHA SIPENG VS PAGAR GAIB LAKSAMANA

BRATHA SIPENG VS PAGAR GAIB LAKSAMANA

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd

Setelah gagal merayu pria tampan yang ditemuinya di hutan belantara Dandaka, Sarpakanaka dengan tangisan yang dibuat-buat menemui kakaknya, Rahwana, di balairung istana Alengka. Cintanya kini berubah menjadi benci, ia ingin kakaknya yang sakti mandraguna itu mewakili dirinya memberikan rasa sakit pada Laksmana, pria yang menolaknya dengan kasar itu. Mata bathin pria tampan itu mampu menembus penyamarannya meski ia telah mengubah wujudnya menjadi wanita cantik. Maka Sarpakanakapun bercerita kepada kakaknya bahwa di hutan Dandaka ada seorang wanita yang kecantikannya mengalahkan bidadari sorga. Sarpakanaka tahu, penggambaran kecantikan seorang wanita seperti itu tak akan mampu ditahan oleh kakaknya. Dan benar saja, Rahwana bergegas pergi ke hutan Dandaka, ditemani ajudannya, Marica.

Sesampainya di hutan Dandaka, Rahwana takjub menyaksikan tiga manusia yang hidup seadanya namun tampak sangat bahagia. Tiga manusia itu adalah Rama, istrinya Sita, dan adiknya Laksmana. Mereka meninggalkan Ayodya untuk memenuhi janji Ayahnya kepada ibu tirinya, Dewi Kekayi. Rahwana terguncang menyaksikan kecantikan Sita yang keharuman tubuhnya sampai ke tempatnya bersembunyi. Maka Rahwanapun memutuskan untuk menculik dan membawa wanita itu ke istana Alengka. Sungguh tak pantas wanita secantik itu hidup di hutan belantara, pikirnya. Di istana Alengka, ia bisa memberi semua kemewahan, tentu saja dengan menjadikannya istri. "Kau menyamarlah menjadi menjangan berbulu emas, dekati wanita itu dan buatlah hatinya terpikat. Buatlah wanita itu terpisah dari dua laki-laki yang menjaganya itu," kata Rahwana kepada Marica.


Sita, putri Raja Janaka dari kerajaan Mantili yang kini menjadi permaisuri Rama, putra mahkota kerajaan Ayodya, tergoda melihat menjangan berbulu emas yang seakan jinak tapi tak kunjung bisa dipegangnya. "Suamiku Rama, tangkaplah menjangan itu untukku. Aku ingin memeliharanya, penghibur diriku ditengah hutan sepi ini," katanya. Rama, yang bisa memahami rasa kesepian istrinya, melompat mencoba menangkap menjangan yang nampak jinak itu. Tapi ternyata tidak mudah. Menjangan itu seakan menggodanya, terus berlarian, berhenti sejenak, lalu berlari kecil lagi, hingga tak terasa Rama sudah meninggalkan Sita cukup jauh. Ia curiga, menjangan ini tidak seperti hewan biasa. Maka ia melepaskan satu anak panah saktinya, untuk menguji kecurigaannya. Dan benar saja, menjangan itu roboh, berubah wujud menjadi seorang raksasa. Raksasa itu, yang tak lain adalah Marica, hendak menghembuskan nafas terakhir, namun masih sempat berteriak "Laksmana... laksmana... tolong aku.. tolong aku...". Rama tertegun, ia tahu ada skenario jahat sedang dilakukan, entah oleh siapa, entah dengan tujuan apa. Ia berlari kencang menuju arah Sita dan Laksmana, dengan perasaan khawatir.

Di lain tempat, Sita dan Laksmana mendengar teriakan minta tolong itu. Tapi Laksmana tampak tenang, hanya lebih waspada. "Laksmana, kau dengar teriakan kakakmu? Pergilah, bantu dia," kata Sita. "Kakakku Sita, tidak ada yang mampu mencelakai kakakku Rama, bahkan di ke tiga dunia ini. Tenangkan hatimu, Rama akan segera kembali". Tapi Sita terus mendesaknya, Sita menangis, bahkan di ujung tangisannya Sita menyindir Laksmana "Mungkin kau ingin kakakmu mati, agar kau bisa memiliki aku" katanya.

Wanita yang sedang menangis memang seringkali kehilangan kendali atas kata-katanya. Laksmana tertegun, bagaimanapun ia terluka oleh tuduhan kakak iparnya. Maka ia mencabut satu panahnya, dan berkata "baiklah kakakku. Atas nama kesucian hatiku yang kau tuduh, aku akan membuat lingkaran dengan panahku ini. Diamlah didalam lingkaran ini, jangan sekali-sekali keluar untuk alasan apapun. Aku akan menjemput Rama sesuai kehendakmu, dan lingkaran ini akan menggantikanku untuk menjagamu". Lalu Laksmana menggoreskan ujung panahnya membentuk lingkaran yang mengelilingi Sita, kemudian pergi ke arah teriakan minta tolong yang didengarnya tadi.


Sita kini sendiri. Ia menyesali kata-katanya pada adik iparnya yang berhati suci. Ditengah kegalauannya itu, tiba-tiba, seorang tua renta mendekatinya, namun orang tua itu serta merta terpental ketika akan melangkahi lingkaran gaib yang dibuat oleh Laksmana. Sita terkejut, tapi ia kini merasa aman. Lingkaran itu terbukti kekuatannya. "Hai putri jelita, aku seorang pertapa yang sedang kelaparan. Sudilah kiranya engkau memberiku sedikit buah atau apapun yang bisa kumakan". Didorong oleh rasa iba, Sita mengambil sebiji buah dan mengulurkan tangannya kearah laki-laki tua yang nampak tak berdaya itu. Saat itulah tangannya menjulur keluar melewati garis lingkaran gaib yang dibuat oleh Laksmana. Dan, laki-laki tua itu segera menangkap dan menarik tangan halus Sita dengan sangat kuat.


Laki-laki itu berubah wujud menjadi raksasa sakti. Dia adalah Rahwana yang menyamar, kini ia menyeringai puas dengan mendekap Sita kuat-kuat dalam pelukannya, lalu berlari sekencang angin ke istana Alengka. Sita menangis, berteriak, tapi tak berguna. Sita celaka karena ia keluar dari pagar gaib yang dibuat dengan kekuatan hati suci Laksmana.

*****

Di dunia material ini, kita kerapkali terguncang oleh berbagai godaan. 

Godaan itu bisa berwujud kesenangan, kenikmatan, kekuasaan dan banyak lagi. 

Menjangan berbulu emas yang menggoda Sita itu bisa mewujud dalam banyak hal. Karena itu kitab-kitab suci telah mengingatkan kita, bahwa kita perlu membuat "pagar" yang membentengi diri dari godaan-godaan itu.

Pagar itu, yang dalam itihasa Ramayana dilambangkan dengan lingkaran gaib Laksmana (bratha sipeng), tercipta dari ketulusan hati yang berpadu dengan kekuatan pengetahuan. Hati yang bersih, niat yang suci, yang dipatrikan melalui ujung panah pengetahuan, adalah pagar yang melindungi kita dari berbagai godaan duniawi. 

Pagar itu bisa lemah dan rusak karena keserakahan, fitnah, kebencian, iri hati, keragu-raguan ataupun karena rasa iba tanpa pengetahuan.

Semoga kita semua mampu membuat "pagar gaib" dengan mengikuti "bratha sipeng" untuk membentengi diri kita masing-masing dari COVID 19, agar terhindar dari marabahaya godaan dunia, yang menyimpang dari Dharma. SWAHA.

#tubaba@griyang bang//bratha sipeng covid 19#



Tidak ada komentar:

Posting Komentar