ORANG BERPENGETAHUAN DAN BERILMU BELUM TENTU CERDAS
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd
Ada orang yang tahu di tahunya
Ada orang yang tahu di tidak tahunya
Ada orang yang tidak tahu di tahunya
Ada orang yang tidak tahu di tidak tahunya
Kecerdasan, kepintaran, atau intelegensi seseorang tidak cukup di ukur hanya dengan sekolah yang tinggi. Tapi seberapa besar kemauan dia berpikir kritis terhadap ilmu yang dia peroleh.
Karena sekolah hanyalah menimba Ilmu, bukan menimba kecerdasan, seorang guru hanya memberi pengetahuan, bukan memberi kepintaran.
Begitu juga Tuhan, Dia hanya memberi pengetahuan tentang Ilmu-Nya, tinggal seberapa besar kita mau mengkaji apa yang telah di beritahukannya.
Semakin tinggi seseorang dalam pendidikan, semakin banyak Ilmu yang di dapat, dan semakin kritis seseorang terhadap Ilmunya, maka semakin cerdaslah ia.
Sekolah Tinggi dan banyaknya Ilmu tanpa di barengi kekritisan berpikir, hanya menimbulkan kesombongan status sosial.
Dia akan ''merasa'' pintar dengan Ilmunya.
Dia akan mengkotak-kotakan pula status sosialnya.
Bila seorang Pemimpin dia tak akan pernah mendengar kritikan Rakyatnya.
Padahal Orang berilmu, yang di barengi kekritisan, kecerdasan, dan kepintaran, itu akan mengadopsi pupuh Ginada karya Ki Dalang Tangsub;
Eda ngaden awak bisa,
Depang anake ngadanin,
Geginane buka nyampat,
Anak sai tumbuh luhu,
Ilang luhu buke katah
Yadin ririh
Liu enu paplajahan
Artinya:
Jangan merasa diri bisa, biarkan orang lain yang meraberi nilai, hidup tidak ubahnya seperti menyapu, setiap saat akan ada sampah, sampah habis debu yang datang, walaupun pintar, masih banyak yang haras dipelajar
Beliau berpesan melalui karyanya, kita hendaknya tidak sukses dalam bidang spiritual saja, tetapi pada setiap peran yang kita emban dalam berbagai bidang kehidupan.
#tubaba@saya ini bukan siapa-siapa//hanya gelandangan pustaka ki dalang tangsub yang suka membaca dan menulis#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar