keberadaan lontar yang mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dan kritis menerima keberadaannya telah tertuang dengan sangat baik dalam pupuh sinom dalam lontar itu sendiri yang liriknya adalah sebagai berikut:
Luih ortane ring lontar
Miwah maring buku sami
Tan puput jag mamarcaya
Tan jeg ngetelebang di hati
Reh bisa ortane sami
Nu madewek dadua pemuput
Bisa linyok lan pesaja
Sada lia
Cakepan gawen sang lobha
Artinya:
“Indah berbunga nasehat-nasehat di lontar atau buku-buku, bukanlah orang yang menggunakan buddhi/kecerdasan jika langsung mempercayai, langsung memasukkan ke dalam hati. Oleh karena segala nasehat-nasehat itu bisa benar atau tidak benar/menipu, karena masih berbadan (bermuka) dua, dan lebih-lebih karena Kali Yuga (jaman penuh pertengkaran), terlalu banyak cakepan/lontar buatan orang loba”
Bak segelas susu yang sangat menyehatkan, tetapi jika susu tersebut telah tersentuh oleh mulut ular, maka susu itupun akan menjadi berbahaya. Demikian juga karya-karya yang digubah dari sastra suci Veda, jika gubahan/penyalinan lontar tersebut dilakukan oleh orang yang diselimuti oleh sifat kama, lobha dan krodha, maka ia akan mengacaukan isi lontar tersebut. Jangan lupa bahwasanya orang gilapun bisa mengeluarkan tutur-tutur/nasehat indah dan masuk akal, namun belum tentu nasehat tersebut benar adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar