Minggu, 19 Januari 2020

Pura Kahyangan Dharma Smerti Linggih Ida Betara Sinuhun

Pura Kahyangan Dharma Smerti Linggih Ida Bhatara Sinuhun Pelopor Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa 
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd

Pemilihan lokasi Pura Kahyangan Dharma Smrti yang berada di tengah-tengah (antara Bukit Pundukdawa/Pura Panataran Agung Catur Parhyangan dan Laut/Pantai Gowa Lawah) ini tak terlepas dari petuah para leluhur/tetua Bali yang memberikan wejangan cara hidup krama Bali yang menyatu dengan alam. Adanya bentuk pelinggih gedong dengan perwujudan Ida Sinuhun yang memegang sibuh/tempat tirtha sanjiwani dan tirtha amertha sebagai pelinggih pokok menunjukan perlunya menjaga kelestarian lingkungan hidup untuk menjaga kelangsungan kehidupan bahwa manusia adalah alam itu sendiri, manusia harus sejalan/seirama dengan alam, "HIDUP YANG MENGHIDUPI, URIP YANG MENGHURIPI". Hidup harus menghormati alam, alam ibarat orang tua, oleh karena itu hidup harus mengasihi alam. 

Wejangan dalam bentuk Bhisama ini tertuang dalam Lontar Batur Kalawasan sebagai berikut:
“Ling ta kita nanak akabehan, riwekasan, wenang ta kita pratyaksa ukir lan pasir, ukir pinaka wetuning kara, pasir angelebur sehananing mala, ri madya kita awangun kahuripan, mahyun ta kita maring relepaking telapak tangan, away kamaduk aprikosa dening prajapatih, yan kita tan eling, moga-moga kita tan amangguh rahayu, doh panganinum, cendek tuwuh,kageringan, lan masuduk maring padutan.”

Artinya:
Ingatlah pesanku, wahai anak-anakku sekalian, di kemudian hari jagalah kelestarian gunung dan laut, gunung adalah sumber kesucian, laut tempat menghilangkan kekotoran, di tengah “dataran” melaksanakan kegiatan kehidupan, hiduplah dari hasil tanganmu sendiri, jangan sekali-kali hidup senang dari merusak alam, kalau tidak mematuhi, kamu terkena kutuk. Tidak akan menemukan keselamatan, kekurangan bahan makanan dan minuman, terkena berbagai macam penyakit, dan bertengkar sesame saudara.

Dengan dibangunnya Pura Kahyangan Dharma Smerti dengan konsep KEMANUNGALANING SIWA KALAWAN BUDHA ini diyakini  akan mengantarkan pasemetonan pretisentana Panca Rsi-Sapta Rsi di Bali dan di Nusantara pada umumnya menuju era baru yang ditandai dengan tatanan kehidupan holistik yang meliputi tiga dimensi utama yakni, pertama, menjaga keseimbangan alam, krama (manusia) dan kebudayaan Bali (genuine Bali). Dimensi kedua, bisa memenuhi kebutuhan, harapan, dan aspirasi pasemetonan dalam berbagai aspek kehidupan. Dan, dimensi ketiga, merupakan manajemen risiko yakni memiliki kesiapan yang cukup dalam mengantisipasi munculnya permasalahan dan tantangan baru dalam tataran lokal, nasional, dan global yang akan berdampak secara positif maupun negatif.
#tubaba@lupakan yang dibelakang//tataplah yang didepan#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar