Selasa, 14 Januari 2020

jalan menuju bahagia

Jalan Menuju Kebahagiaan adalah Bhakti Kepada Guru
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S
Apa, siapa dan bagaimana GURU itu
*Gu - ru, 
GU adalah melambangkan "Gunathita "
Yaitu orang yang sudah mengatasi Tri Guna atau tiga sifat, yaitu Tamasik(melekat pada kenikamatan indria), Rajasik(sifat penuh hawa nafsu), Satvik (Sifat Murni).

RU adalah "Rupavarjitha", Yaitu Orang yang sudah memahami aspek Ketuhanan.

Jadi yang disebut Guru adalah orang yang sudah mengatasi ke tiga guna dan sudah mampu merealisasikan Tuhan dalam dirinya.

Guru juga dapat diartikan sebagai orang yang menghilangkan kegelapan.

"Setelah 10 tahun lebih saya sebagai Guru Bahasa Bali dan tambah mengerti setelah kuliah di pasca IHDN. Bertemu dan diajarkan oleh banyak Dosen berpengetahuan. Dan yang paling saya ingat adalah  Bapak Ketut Donder, yang menyatakan bahwa Guru itu, "Gu, adalah kegelapan dan "Ru adalah Penghilangnya. 

"Orang yang menghilangkan kegelapan disebut Guru" (Donder, 2000 : 11 - 12).

Memakai nama " Guru"..membuat secara sadar ingin selalu menambah pengetahuan,  menjadikan diri bermanfaat dan menjadi Pelayan Umat lebih baik.
"AGAR TIDAK SEPERTI ORANG BUTA MENUNTUN ORANG BUTA"...

Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru. Dalam kehidupan ini peran dan fungsi guru sangat penting. Tanpa adanya guru, maka manusia masih terbelenggu dalam kehidupan yang diselimuti kegelapan (avidya). Disinilah guru memiliki peran dan fungsi strategis untuk melepaskan manusia dari keadaan yang paling menyengsarakan, yaitu kebodohan menuju pada kehidupan yang berpengetahuan (vidya). Dalam perkembangannya, ternyata peran dan fungsi guru dalam kehidupan sudah mulai terabaikan. Artinya rasa hormat, terima kasih dan upaya untuk menghargai jasa-jasa guru sudah semakin berkurang. 

Dalam ajaran agama Hindu semestinya manusia itu selalu hormat dan sujud bhakti kepada guru. Ada empat guru utama dan mulia yang perlu dihormati dalam ajaran Catur Guru, yaitu: Guru Rupaka (orangtua), Guru Pengajian (Guru di Sekolah), Guru Wisesa (Pemerintah), dan Guru Swadyaya (Ida SangHyang Widhi).

Berbhakti kepada Guru Pengajian merupakan kewajiban seorang siswa dalam proses aguron-guron. Seorang anak dituntun dan diajarkan ilmu pengetahuan suci, dibina dan dididik agar memiliki pengetahuan sebagai bekal menjalani hidup dalam melaksanakan Brahmacari Asrama. Seorang anak dilahirkan secara spiritual oleh Guru Pengajian melalui pengetahuan suci, sehingga segala kegelapan (avidya) yang dimiliki mampu dihilangkan dengan ajaran suci yang cemerlang (vidya). Dalam Kitab Sarasamuccaya Sloka 237, disebutkan bahwa yang patut dilaksanakan terhadap guru adalah sebagai berikut: jangan menjawab secara berolok-olok kepada guru, jika beliau gusar, berang hatinya, sabarkan beliau, hiburlah usahakanlah segala yang menyenangkan beliau.

Seorang siswa yang berbhakti dengan Guru Pengajian mendapatkan anugerah dan jalan yang terbaik dalam hidupnya. Kisah tentang bhakti seorang siswa dengan Guru Pengajian dapat dilihat dari kisah Sang Bima yang tanpa ragu melaksanakan perintah gurunya, yaitu Bhagawan Drona untuk pergi ke tengah samudra mencari Tirtha Amrta. Walaupun penuh dengan tantangan, cobaan dan bahaya yang mengancam, tetapi Sang Bima mampu mendapatkan anugerah karena rasa bhakti terhadap gurunya.

Begitu juga tentang kisah bhakti seorang siswa dengan gurunya dapat dilihat pada kisah Bhagawan Dhomya yang memiliki 3 (tiga) orang siswa yang bernama Sang Arunika, Sang Utamanyu, dan Sang Weda. Ketiga siswanya diuji melalui tugas yang diberikan oleh Bhagawan Dhomya. Sang Arunika ditugaskan untuk mengerjakan sawah, Sang Utamanyu ditugaskan memelihara lembu dan Sang Weda ditugaskan bekerja di dapur menyiapkan makanan untuk persembahan dan sedekah. Dengan penuh rasa bhakti dan tulus ikhlas ketiga muridnya melaksanakan tugas yang diberikan, maka ketiga muridnya itu mendapatkan anugerah yang luarbiasa dari gurunya. Itulah wujud bhakti seorang siswa kepada gurunya yang digambarkan pula oleh Panca Pandawa yang sebelum berperang melawan Korawa memohon anugerah kepada gurunya, yaitu Bhagawan Drona, sehingga Panca Pandawa memenangkan perang.
Jasa guru merupakan jasa yang besar, karena menjadi guru sama saja menjadi orang tua kedua bagi murid-muridnya.

Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, maka dari itu ketika peringatan Hari Guru banyak orang-orang ataupun murid-murid yang ingin mengucapkannya kepada gurunya.

Ucapan Selamat Hari Guru yang monoton tentu saja sudah biasa, namun bagaimana jika menggunakan sebuah puisi untuk mengucapkannya?

Trіmа Kаѕіh Jаѕаmu
еngKаulаh реmbіmbіng аku
еngKаulаh реmbіmbіng аku
еngKаulаh реndіdіk аku&…
Guruku
Itulаh јulukаn dіrіmu…
Yаng tіdаk реrnаhnуа bоѕаn dіdаlаm
Mеngајаrku ѕеrtа mеngајаr dаku
Guruku
Tаnра dіrі mu ku bаkаl hаnсur
Tаnра dіrі mu ku bаkаl ѕеngѕаrа
Tаnра dіrі mu ku bаkаl tеrѕеѕаt
Guru
Trіmаkаѕіh
Atаѕ ѕgаlа јаѕа – јаѕаmu

#selamat hari guru#
#tubaba//wujud bhakti puja sewanam terhadap guru#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar