Minggu, 05 Januari 2020

JADILAH ORANG BAIK bukan TERBAIK

Belajar dari Katak dalam Tempurung vs Internet

Apa hebatnya katak dalam tempurung, sehingga kita perlu belajar darinya?. 

Ya, peribahasa sederhana itu ternyata telah menuntun saya untuk menemukan sebuah ide cemerlang. 

Peribahasa itu kurang lebih memiliki makna:  Orang yang tidak memiliki pengetahuan luas atau Sangat sedikit pengetahuannya, kurang luas pandangannnya. Namun dengan pengetahuan yang sedikit itu ia merasa menjadi orang paling hebat atau paling pandai. Peribahasa ini kemudian saya definisikan sebagai pola pikir yang tertutup. 

Bagai Katak dalam tempurung apabila dilihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya orang yang bodoh/berwawasan sempit/picik tetapi merasa dirinya paling mengetahui segalanya. Boleh dikatakan "Sok tahu" padahal sebenarnya tidak tahu apa-apa.

Parahnya lagi Kebanyakan orang katak dalam tempurung itu relatif mendapat tempat di hati, lantaran ia pandai  berbicara untuk meyakinkan orang lain dengan keahlian tutur bahasa yang sedikit ngawur. Padahal orang ini berpikiran sempit dan tidak memiliki wawasan yang luas.

Atau istilah yang lebih populer biasa disebut dengan closed mind. 

Orang yang memiliki pola pikir tertutup cenderung menganggap pemikirannya paling benar,  paling baik dan tidak bisa menerima pemikiran orang lain. Orang yang memiliki pola pikir tertutup seperti katak dalam tempurung.  Bagai hidup dalam kubur,  di ruang gelap tak berjendela.  Betapa pengapnya,  betapa sumpeknya, sehingga pikiran jadi mampet.  Karena tidak ada celah sebagai tempat keluar masuknya oksigen. Beginilah gambaran orang yang memiliki pola pikir tertutup, closemind.  Ia memiliki wawasan yang terbatas dan tidak berkembang.  Hanya itu-itu saja.  

Hanya mengerti satu jalan, padahal sebenarnya banyak cabang jalan yang bisa dilewatinya untuk mencapai sebuah tujuan, hanya mengerti satu jawaban, padahal sebenarnya banyak jawaban yang bisa diberikan untuk menjawab sebuah pertanyaan. Sehingga gerak langkahnya monoton, ibarat kata jalan di tempat. Meskipun ia merasa telah menghabiskan energi yang sangat banyak dan melelahkan, namun ternyata langkahnya tak beranjak. Ia masih tetap di posisinya semula, alias tidak ada kemajuan.

Berawal dari temuan itu kemudian saya kembangkan, sampai akhirnya saya berhasil menemukan lawan kata closed mind,  yaitu open mind. Istilah ini sebenarnya telah saya kenal cukup lama. Kalau tidak salah saya kenal dengan istilah tersebut ketika mempelajari teori perubahan sosial yang diperkenalkan oleh Alvin Tofler. Dalam teori itu, open mind menjadi ciri bagi struktur masyarakat terbuka (open society).  Inilah yang menandai terjadinya gelombang peradaban baru dalam perubahan sosial yang disebut sebagai Knowledge Age, dengan digunakannya satelit telekomunikasi, kabel optik dalam jaringan internet dan masyarakat mampu berkomunikasi secara online.

Tidak bisa dipungkiri, berpikir terbuka (open mind ) menjadi ciri masyarakat modern. Tidak memaksakan pendapatnya dan mau menerima pendapat orang lain. Orang yang memiliki pola pikir terbuka lebih memiliki peluang untuk menciptakan hal-hal baru. Membuat perubahan melalui keputusan besar. Banyak sekali contoh yang menunjukkan hal-hal besar diciptakan dari pemikiran yang terbuka. 

Tidak salah apabila titiang menuliskan pepatah "Orang lebih mengingat keburukan atau kekurangan orang lain, dari pada mengingat kebaikannya." Kemudian memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, meski dalam penciptaannya manusia nampak sempurna dari makhluk ciptaan-Nya.

#tubaba@berupaya berpikiran yang tidak lazim pada masanya#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar