Ida Sinuhun Siwa Putri Parama Daksa Manuaba (Griya Agung Bangkasa) menegaskan Tirtayatra berarti mengunjungi tempat-tempat suci dan ada Istilah lainnya yaitu Tirtagamana atau Tirthagocara.
Dalam kesempatan yang berbeda, I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd menekankan perbedaan antara Tirtha Yatra dengan Tirtha Gamana dan Tirtha Gocara. Tirtha Yatra merupakan perjalanan suci dari tempat kediaman/rumah ke tempat suci untuk memohon air suci atau tirtha dari satu tempat suci ke tempat suci yang lainnya dan tanpa kembali lagi ke tempat kediaman semula.
Sedangkan Tirtha Gamana adalah rentetan perjalanan suci ke tempat-tempat suci untuk mencari/memohon air suci/tirtha dan setelah memperoleh berbagai air suci/tirtha itu kembali lagi ke kediaman/rumah.
Lain halnya dengan Tirtha Gocara atau perjalanan suci yang dilakukan hanya ke satu tempat suci saja untuk melaksanakan pembersihan diri atas segala perbuatan salah yang pernah dilakukan dalam hidup.
Dalam kitab suci Sarasamuscaya, menyebutkan bahwa perjalanan suci atau Tirtha Yatra/Tirtha Gamana/ Tirtha Gocara lebih utama dari pada beryadnya. Keutamaannya itu karena dapat dilakukan oleh semua umat yang paling miskin sekalipun. Kenapa demikian ? Karena dalam Sarasamucaya menyebutkan modal utama Tirtha Yatra/Tirtha Gamana/ Tirtha Gocara adalah niat yang suci dan tulus ikhlas.
Memang, dalam hal perjalanan suci dilakukan sesuai dengan kemampuan kita sebagai umat manusia, semisalnya kita mampu untuk melakukan Tirtha Yatra/Tirtha Gamana/ Tirtha Gocara ke India, ke tempat-tempat suci yang jauh dari tempat tinggal (yang rantau di luar Bali, seperti Sumatera, mungkin akan bertirtha yatra ke Bali saja) itu pun lebih baik.
Inilah Hindu yang sebenarnya, tidak ada paksaan dalam hal melakukan perjalanan suci jauh diluar kemampuan umatnya. Bisa saja bertirtha yatra/Tirtha Gamana/ Tirtha Gocara di lingkungan sekitar tempat tinggal (desa), dengan mengunjungi orang suci, seperti pandita, mangku/pemangku, pinandita, dan orang suci lainnya yang ada di desa tersebut. Tidak perlu bertirtha yatra/Tirtha Gamana/ Tirtha Gocara seperti pergi wisata/jalan-jalan yang menghabiskan uang kita, itulah semuanya sesuai dengan kemampuan umat yang ingin melaksanakan Tirtha Yatra/Tirtha Gamana/ Tirtha Gocara.
Dalam perjalanan ketempat-tempat suci, kita tidak boleh memikirkan hal yang negatif seperti seks, menjelek-jelekan orang lain, dan hal lain yang berbau negatif. Ada baiknya kita dalam perjalanan suci terus menyebut nama Tuhan atau menyanyikan kidung-kidung suci atau mantra-mantra suci. Ini bertujuan agar pada saat kita bertirtha yatra/Tirtha Gamana/ Tirtha Gocara selalu memusatkan pikiran kepada Tuhan dan tidak memusatkan pikiran akan berwisata atau bersenang-senang.
Perjalanan suci yang dilakukan akan memberikan pahala sangat mulia, kalau disertai dengan melakukan Japa Dhyana, Upawasa dan Jagra.
Japa Dhyana artinya mengulang-ngulang nama Tuhan dengan menggunakan japamala atau rudraksa untuk memusatkan rohani (dyana) pada kesucian Tuhan.
Upawasa atau melakukan Brata dalam Tirtha Yatra/Tirtha Gamana/Tirtha Gocara sangatlah mulia. Dilaksanakan dengan benar-benar tidak makan dan minum sama sekali dan itu dilakukan dengan penuh hasrat dan ikhlas. Dalam hal tidak makan dan minum, itu dimaksudkan terbatas, misalnya hanya makan buah-buahan saja, atau hanya makan nasi putih saja, dan lainnya.
Jagra ialah berjaga-jaga. Maksudnya ketika kita bertirtha yatra/Tirtha Gamana/ Tirtha Gocara kita menjaga diri dari nafsu dan pikiran, perkataan, perbuatan yang tidak baik. Itulah ketiganya, Japa Dhyana, Upawasa, dan Jagra yang bisa dilakukan pada saat melaksanakan Tirtha Yatra/Tirtha Gamana/ Tirtha Gocara.
#tubaba@perjalan suci//mencari air suci#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar