Kamis, 23 Januari 2020

Sebuah diskusi sambil ngopi

Dialog hangat dengan Jro malet saat taur tri bhuwana panca wali krama ring pura griya sakti manuaba.

Jro Malet berkata "Bli de kan kawin dengan semeton Pande. Pande Itu Panas??"
Ada tutur nak tua I malu "Tude, yen ngalih kurenan da pesan nyuang nak luh Pande! Pande to nak panes. Nyanan kepanesan bana ibane makluarga, yen dadi ben da nyuang nak Pande!"

Pernah mendengar orang tua (non Pande) bernasehat seperti itu pada anak lakinya? Agar tidak mengambil istri dari warga Pande. Karena sering terbukti keluarganya kepanesan. Tidak rukun berkeluarga, sering cekcok, atau kesakitan! Yaa.. Model seperti itulah..!? 

Saya sendiri selaku purusha (laki) yang merupakan warga Pasek Manuaba juga sering dinasehati orangtua agar mencari istri sesama warga Pasek. Dan ternyata tidak hanya saya saja merasakan hal tersebut, teman dan keluarga (sesama Pande) pun ternyata disuruh demikian. "Gek, yen dadi ben, peturu nyama (Pande) alih, pang sing keweh bindan nyuang, yen ba paturu pande tis bana makluarga". Nasehat itu yang sering kami terima selaku pihak purusha. Mungkin ini ada kaitannya dengan larangan warga lain (non pande) yang melarang anak perempuannya masuk ke warga Pasek/Pande. Kalau bukan sesama Pasek/Pande yang mengambil, nanti para gadis pande bisa jadi daa tua (perawan tua). Ya masuk di akal memang. Tapi sbaiknya kita jangan dulu berspekulasi negatif tentang hal-hal seperti ini. Yuk coba kita telaah secara logika permasalahan-permasalahan seperti ini.

Okey.. yang pertama, boleh gak gadis Pande menikah dengan pria Pasek? Atau sebaliknya? Menurut saya, boleh! Kenapa? Ini masalah jodoh. Manusia lahir ke dunia telah membawa jodoh masing-masing, tinggal kita sendiri yang menentukannya berdasarkan pertimbangan cinta. 

Kedua, apakah akan menyebabkan kepanesan? Menurut saya tidak! Bukan karena kita menikah dengan gadis pande atau non pande yang menyebabkan kepanesan dalam keluarga itu. Tapi, semua itu adalah jalan karma. Manusia tidak bisa menentukan nasibnya sendiri tapi manusia hanya bisa berencana dan berbuat. Apabila kita ingin hidup kita damai, bahagia, tentram, tentu itu semua bersumber dari dalam diri kita pribadi. Bukan karena tereh/keturunan warga tertentu. Buktinya, banyak orang Pande yang menikah dan atau diambil istri dari non Pande, hidupnya bahagia. Itu semua kembali ke phala karma kita masing-masing. Dan itu sudah pasti tersurat dalam ajaran agama Hindu, tentang karmaphala. 

Ketiga, masih tetap percaya itu menyebabkan kepanesan? Ahh.. Gampang saja, kan ada payung yang bisa kita pakai berteduh mengurangi panas itu. Uppss.. Payung? Maksudnya? Nahh... Payung ini tiada lain adalah alat/cara mengurangi efek kepanesan itu. Apabila si gadis Pande diambil oleh pria Pasek, disaat pernikan akan berlangsung, saat si gadis mepamit dari merajan sebaiknya kePANDEannya di cabut dulu. Biasanya ada banten dan upacara kusus dalam pelaksanaan upacara ngembus/ ngaturang busana kepandean tersebut oleh Ida anak lingsir (Sira Mpu). Nah kalau yang pria mengambil istri yang bukan dari treh Pande, maka si gadis harus diPARISUDA terlebih dahulu sebelum dia muspa dimerajan si pria. Parisuda ini adalah upacara pelantikan seorang menjadi warga Pasek/Pande. Dan ini ada upacara, tata cara, dan banten khusus dalam pelaksanaannya. Kalau mau tau tentang bantennya, kamu cukup nangkil ke gria Sulinggih terdekat di daerah kamu. 

Okey, jadi tidak takut lagi kan mengambil istri Pande atau diambil istri dari non Pande? Semua ada solusinya. Jangan takut! Saya saja, istri dari warga Pande Langan Krambitan Tabanan, teman bahkan istrinya seorang dayu. Dan kami bahagia kok. 

#tuabana.griya agung bangkasa.05-01-2019#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar