Kamis, 26 Maret 2020

Menjadi Pinandita Wiwa untuk Meraih Ketenangan Batin

Menjadi Pinandita Wiwa untuk Meraih Ketenangan Batin

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd
KENYAMANAN bisa dibeli di hotel berbintang, kelezatan bisa dibeli di restoran mewah, dan keindahan bisa disaksikan di objek-objek wisata. Akan tetapi, ketenangan tidak bisa dibeli dengan uang. Uang, kekayaan, dan jabatan belum tentu menghadirkan ketenangan.

Ketenangan bukan hanya miliknya orang kaya atau pe jabat. Ketenangan juga bisa dirasakan orang-orang miskin. Ketenangan lebih merupakan akibat daripada sebab.

Ketenangan adalah pemberian (given/kasab) dari Tuhan. Ketenangan menyangkut urus-an jiwa (state of mind). Hanya orang-orang yang berani melawan dirinya sendiri yang mampu merasakan ketenangan.

Kekhusyukan dalam tata lungguh pinandita wiwa ialah menyuguhkan berbagai latihan spiritual (spiritual training).

Di antara latihan spiritual itu ialah tapa, brata, yoga, samadhi atau menahan diri tidak makan, minum, dan perbuatan-perbuatan yang berselera rendah lainnya.

Tapa, brata, yoga, samadhi dalam tata lungguh pinandita wiwa mendidik jiwa untuk merasakan ketenangan batin dan kebahagiaan rohani. Orang-orang arif sering mengatakan puncak kebahagiaan ialah ketenangan batin.
Ida Sinuhun, juga pernah mengatakan, "kekayaan sesungguhnya ialah kekayaan batin." Tanpa kekayaan dan kebahagiaan batin, sesungguhnya hanya kekayaan dan kebahagiaan semu.

Dengan demikian, kita tidak bisa memandang enteng orang miskin harta atau materi sebab tidak sedikit di antara mereka yang menemukan kebahagiaan batin.

Sebaliknya, kita juga tidak bisa takjub kepada para pemilik kekayaan materi sebab itu belum tentu mereka bahagia dan tenang.

Manusiawi memang jika orang-orang menghendaki kedua-duanya karena kita juga diajari puja, mantra, dan sesontengan '(Ida Hyang Sinuhun anugerahkanlah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari api neraka).

Manusia ideal menghendaki kebahagiaan dunia akhirat.

Sesungguhnya gagelaran pinandita wiwa tidak melarang orang mengumpulkan kekayaan materi. Bahkan, seorang pinandita wiwa diharuskan untuk bekerja produktif, tetapi tetap efisien dan efektif.

"Dunia adalah cermin akhirat," demikian kata Ida Sinuhun
Sulit membayangkan akhirat yang baik tanpa dunia yang sukses. Panca yadnya membutuhkan cost. Semuanya perlu biaya dan biaya itu urusan dunia.

Kiat untuk mencapai dan mempertahankan kondisi kebahagiaan batin, menurut Ida Sinuhun, ialah menggabungkan antara optimisme dan semangat juang di dalam diri.

Idealnya setiap orang perlu sesekali mengecoh kehidupan dunianya.
Untuk kehidupan kita sekarang ini, mungkin tidak perlu mencari gua yang terpencil atau jauh-jauh meninggalkan kediaman dan keluarga. Yang paling penting ada suasana pemisahan diri sementara (melalui tata lungguh pinandita wiwa) dari hiruk pikuknya pikiran ke sebuah tempat yang sejuk dan nyaman. 

Jika suasana batin dibiarkan berlalu menghabisi dan menyita sepanjang hidup kita, tanpa pernah diselingi dengan rasa miskin, apa lagi karena deposito dan kekayaan yang begitu melimpah sampai bisa diwarisi tujuh generasi, dikhawatirkan akan melahirkan generasi lemah. Bahkan tidak mustahil akan membebani kita di akhirat kelak.

Sesungguhnya milik kita di akhirat hanya yang pernah dibelanjakan atas anugrah beliau. Selebihnya berpotensi menyusahkan kehidupan jangka panjang kita di akhirat.

Bersihkanlah harta kita dengan tapa, brata, yoga, samadhi. 
Luruskanlah pikiran kita dengan tata lungguh pinandita wiwa.
Lembutkanlah jiwa kita dengan puja, mantra dan sesontengan.
Tangguhkanlah pendirian kita dengan petanganan pinandita wiwa. 

Dengan demikian, semoga kita mendapatkan seruan dari Ida Bhatara Kawitan, swaha.

#tubaba@meraih ketenangan bhatin//untuk bhisama#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar