Sabtu, 14 Maret 2020

MENYIKAPI YADNYA DI ERA MULTIDIMENSIONAL
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd

Melihat orang menghubungkan diri kepada Tuhan dengan cara Sembahyang, menggelar upacara yadnya itu sudah biasa. 
Apakah hanya begitu cara mengubungkan diri kepada Tuhan ?
Tentu tidak. 
Pengendalian indria-indria adalah bentuk menghubungkan diri kepada Tuhan. 
Jadi jika kita mengurungkan kemarahan kita itu adalah bentuk Yoga. 
Jika kita berusaha tidak iri maka itu adalah kegiatan menghubungkan diri kepada Tuhan ( Yoga ). 
Yoga jenis apa itu ? 
Itu namanya RAJA YOGA.

Dengan demikian yadnya dapat diartikan korban suci dengan tulus iklas. Pengorbanan dalam konteks ini cakupanya sangat luas dan bukan saja dalam bentuk ritual, upakara tetapi dapat juga dipahami sebagai pengorbanan dalam bentuk pikiran, tindakan dan yang lainya.
Dalam kitab Bhagawadgita IV.33 dinyatakan sebagai berikut:
Sreyaan dravyamayaad yadnyaaj.
Jnyanayadnyaah paramtapa.
Sarvam karmaa'khilam paartha.
Jnyaane parsamaapyate (Bhagavad Gita IV.33)

Artinya:
Lebih utama persembahan dengan Jnyana Yadnya daripada persembahan materi dalam wujud apa pun. Sebab, segala pekerjaan apa pun seharusnya berdasarkan ilmu pengetahuan suci (Jnyana).

Berdasarkan sloka Bhagavadgita di atas, ini memberikan sebuah pesan bahwa disiplin apapun yang kita lakukan hendaknya dilakukan dengan penuh rasa Bhakti. Dalam sebuah instansi/lembaga tertentu; baik pimpinan maupun bawahan, kelompok kerja yang satu dengan kelompok kerja yang lain, dalam kehidupan rumah tangga; baik Suami maupun istri, orang tua dengan anak, dll. Hendaknya mereka semua melaksanakan swadharma-nya masing-masing dengan penuh rasa Bhakti. Apabila sudah demikian maka unsur-unsur Bhakti seperti hormat, sujud, tulus ikhlas, mencintai, menyayangi, kesucian olas asih akan dapat dibangun, dan itu semua adalah Yadnya juga.
Merujuk pada sumber Atharva Veda, ada ditegaskan sebagai berikut:

“Satyam brhad rtam ugram diksa, tapo brahma yajna prthivim dharayanti”.

Terjemahannya,
“sesungguhnya kebenaran (satya), hukum (rta), inisiasi (diksa), pengendalian indria (tapa), pujian atau doa (brahma), pengorbanan (yajna) adalah yang menyangga bumi” ( Atharva Veda XII.1.1).

Kutipan mantra tersebut secara sederhana dapat dijelaskan bahwa ada enam langkah untuk menjaga/menyangga Bumi (Alam Semesta), baik dalam perjalanan Atman untuk menurunkan Jagadhita/Siva membumi (Siva Lingga) dan disaat perjalanan Atman menuju naik dalam kehidupan spiritualnya untuk Moksa (Atma Lingga).

dalam Agastya Parwa, ada ditegaskan sebagai berikut:
“Kalinganya: tiga ikan karyamuhara swarga; tapa, yajna, kirtti,…lewih tekan tapa saken yajna, lewih tekan yajna saken kirtti, ikan tigan siki prawrtti-kadharma naran ika, kunan ikan yoga yeka nirwrtti-kadharma naranya”.

Terjemahannya.
“Ada tiga macam yang menyebabkan sorga, yaitu tapa, yajna, kirtti,…adapun keutamaan dari pada tapa atau pengendalian diri munculnya atau tumbuhnya dari yajna atau persembahan atau pemujaan, sedangkan keutamaan dari pada yajna atau persembahan/pemujaan munculnya dari kirtti atau kerja/pengabdian, demikianlah ketiganya itu disatukan yang disebut prawrtti-kadharma, tetapi mngenai ajaran yoga itu disebut dengan nirwrtti-kadharma”.

Kutipan sloka tersebut secara sederhana dapat dijelaskan bahwa tentang tiga macam perbuatan (karma) yang menyebabkan seseorang dapat menciptakan sorga di dunia, baik dalam dirinya, orang lain maupun seluruh sekalian alam (Bhuana Agung), ketiga perbuatan itu disebut prawrtti kadharma, yaitu tapa, yajna, kirtti.

Ada beberapa unsur yang mutlak yang terkandung dalam yajna. Unsur-unsur tersebut yaitu : 
•    Karya (adnya perbuatan) 
•    Sreya (ketulus ikhlasan) 
•    Bhakti (persembahan) 
Jadi semua perbuatan yang berdasarkan dharma dan dilakukan dengan tulus ikhlas dapat disebut yajna. Dalm Bhagawadgita ditegaskan  bahwa belajar dan mengajar didasari oleh keikhlasan serta penuh pegabdian untuk memua Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah tergolong yajna. Memelihara alam lingkungan juga disebut yajna. Mengendalikan hawa nafsu dan panca indria adalah yajna. Demikian pula membaca kitab suci Veda, sastra Agama yang dilakukan dengan tekun dan ikhlas adalah yajna. Saling memelihara, mengasihi sesama mahluk hidup juga disebut yajna. Menolong orang sakit, mengentaskan kemiskinan, menghibur orang yang sedang ditimpa kesusahan adalah yajna. Jadi jelaslah yajna itu bukanlah terbatas pada kegiatan upacara keagamaan saja. Upacara dan upakaranya (sesajen dan alat-alat upakara) merupakan bagian dari yadjnya.

#tubaba@cara paling sederhana menghubungkan diri dengan Tuhan adalah sembahyang#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar