ORANG BIASA YANG INGIH JADI LUAR BIASA "DI SAAT AKU KEHILANGAN AKAL SEHAT"
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd
Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan.
Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik...dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menemun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu...[Kahlil Gibran, Sang Nabi]
Ketika aku kehilangan akal sehat.
Aku bebas memarahi siapa saja.
Bersalah atau tidak.
Aku marah sebenarnya untuk menutupi kesalahan diriku sendiri.
Aku berusaha memaklumi diri atas kemarahanku dan berpikir itu wajar.
Pokoknya aku harus marah.
Ketika aku kehilangan akal sehat.
Aku merasa bebas saja untuk berbohong.
Demi keuntungan tak ada salahnya berbohong.
Aku berbohong untuk menutupi kesalahanku.
Aku berbohong demi menghilangkan jejak kebohongan yang satu.
Tak apa-apa berbohong, sudah banyak yang melakukan.
Begitu aku dihibur.
Ketika aku kehilangan akal sehat.
Aku tidak malu melakukan hal yang memalukan.
Tidak malu mempermalukan diri sendiri dengan tingkah yang tak sesuai dengan statusku sebagai manusia.
Aku pun tidak malu-malu memperlakukan kemaluan atas nama kebebasan berekspresi.
Ketika aku kehilangan akal sehat.
Aku menyumpah serapah dan menghina siapa yang tak kusuka.
Aku merasa itu pantas kulakukan.
Membenci siapa saja yang tak sepaham dan sekeyakinan denganku.
Aku malah merasa bangga bisa melakukannya.
Sebab aku yang paling benar.
Kamu mau apa?
Ketika aku kehilangan akal sehat.
Aku mencari nafkah dengan menipu dan mencuri.
Tidak peduli berapa banyak yang kurugikan. Aku merapa tak apa.
Ini kulakukan demi untuk mempertahankan hidup.
Apa salahnya?
Kalau pun salah, nanti tinggal bertobat apa susahnya?
Ketika aku kehilangan akal sehat.
Aku kecewa dan marah pada Tuhan.
Aku pikir Tuhan itu enak-enak tidur.
Karena siang malam aku berdoa tak didengar pula.
Hidupku tetap susah.
Tak punya apa-apa.
Kulihat tetanggaku yang jarang beribadah malah hidupnya bisa enak dan foya-foya.
Mana janjimu, Tuhan?
Ketika aku kehilangan akal sehat.
Hidupku penuh akal-akalan.
Aku jadi pintar mengakali kebenaran.
Berbuat dosa tak apa-apa.
Mencuri dan bermain wanita tak masalah.
Berbohong dan berjudi sudah biasa.
Hidup harus dinikmati sesukanya itulah pikiranku.
Ketika aku kehilangan akal sehat.
Ya, beginilah jadinya...tenang-tenang saja masih bisa makan enak.
Tapi..., giliran kehilangan dompet atau telepon genggam panik setengah mati.
Bahkan tak bisa tidur gelisah sepanjang malam.
Astungkara............, swaha.
#tubaba@refleksidiri//untukmenerangihati#
#Ketika Aku Kehilangan Akal Sehat#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar