Jumat, 20 Maret 2020

CURHAT DALAM HIDUP

CURHAT DALAM HIDUP
(Hidup Memang Sebuah Pilihan)
Titiang tau hidup ini adalah anugrah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui Ida Bhatara Kawitan, terlepas dari menyenangkan atau membahagiakan dalam setiap perjalanannya. Namun ada yang titiang tak tau mengapa Ida Bhatara Kawitan memberikan beberapa pilihan dalam hidup yang titiang jalani, apakah ini bentuk kasih sayangnya yang lain? 

Sehingga titiang bisa bebas menjalani hidup yang titiang inginkan? 

Atau ini sebagai hukuman yang Ida Bhatara Kawitan berikan padatitiang, sehingga hidup ini menjadi begitu membebankan karena pilihan itu.

Titiang sebagai manusia memiliki segala keterbatasan, terbatas untuk berpikir, terbatas pengetahuan tentang dunia dan segala aspeknya. Hal itu juga berlaku pada titiang tentunya, sehingga titiang tak tau apa yang akan terjadi satu menit, satu bulan, satu tahun kemudian di dalam hidup titiang. Entah titiang harus merasa ini adil apa tidak untuk titiang, ketika Ida Bhatara Kawitan memberikan kesempatan untuk memilih namun titiang tak tau apa yang akan terjadi di masa depan andai kata titiang mengambil sebuah pilihan.

Dan apa yang harus titiang lakukan jika ternyata pilihan yang titiang ambil justru membuat semua hal menjadi semakin sulit? 

Semua terasa salah dan rumit. Rasa sesak datang bersama sesal yang bergelut dihati. Seketika semua hal menjadi tak menyenangkan dan perasaan lelah datang lebih berat dari biasanya. Seketika titiang sadar keputusan yang titiang ambil adalah keputusan yang salah, titiang telah gegabah mengambil tindakan. Perasaan ingin kembali ke masa lalu menyeruak hanya untuk menarik semua keputusan itu ataupun mengganti pilihan titiang.

Ingin Memutar Waktu Namun Titiang Sadar Itu tak Ada Gunanya
Saat sesal datang memang sungguh menyesakkan. Pikiran untuk memutar waktu tak bisa titiang hindari, keinginan untuk memperbaiki, seribu pengandaian menghampiri, dan ribuan sesal yang hanya bisa titiang tangisi. Titiang marah karena titiang ingin pilihan yang titiang ambil sesuai dengan segala ekspetasi titiang.

Namun titiang sadar sekeras apapun keinginan titiang untuk memutar waktu, semua tidak akan berguna. Bahkan hanya akan membawa  titiang ke dalam keterpurukan yang mungkin akan membuat titiang semakin lebih menyesal dengan segala hal yang telah  titiang pilih. Rasanya akan semakin menyiksa diri titiang jika titiang berandai-andai dan berharap waktu dapat di putar ulang serta membuang waktu yang titiang punya dengan menyalahkan diri sendiri yang terlalu bodoh menentukan pilihan.

Meskipun Salah, Rasanya Titiang Tak Perlu Menghukum Diri Titiang Sendiri dan Membuat Semuanya Semakin Terpuruk.

Setelah pilihan yang titiang ambil justru membuat titiang semakin terpuruk, dan titiang ingin semuanya tidak menjadi semakin buruk. Titiang tau bahwa titiang ini salah dan mungkin bodoh karena gegabah mengambil keputusan, namun menyalahkan dan mengutuk diri rasanya tak akan membantu titiang menjadi lebih baik. Keputusan telah ditetapkan tetapi Ida Bhatara Kawitan masih memberimu kesempatan. Kesempatan untuk memperbaikinya, kesempatan untuk tidak melakukan kebodohan yang sama.

Rasanya hati titiang akan lebih menerima jika titiang mengakui kebodohan yang lalu, namun ingin memulai semuanya lagi dengan awal yang baru. Meskipun tak bisa mengulang waktu yang sudah lalu, setidaknya titiang ingin masa depan titiang tak seburuk masa lalu. Kesalahan dan penyesalannya ini akan titiang jadikan cambuk diri titiang untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dari segala hal. Mungkin ini cara Ida Bhatara Kaeitan mendidik diri titiang, agar titiang tidak hanya sekedar hidup namun juga bisa memaknai hidup.

Penyesalan ini Sungguh Menyesakkan, Namun titiang Ingin ini bukan hanya Sekedar Kebodohan.
Rasa sesak justru mengintimidasi diri titiang setelah keputusan itu titiang buat, dan titiang tau keputusan yang titiang buat adalah sebuah kesalahan. Tapi titiang harus menghibur diri ini, bukankah setiap detik hidup kita itu atas izin-Nya. Bahkan kesalahan ini pun sudah di izinkan Ida Bhatara Kaeitan untuk titiang alami. Dan rasanya menyalahkan Ida Bhatara Kawitan juga bukan keputusan yang tepat.

Baiklah akan titiang coba melihat hal ini dari sudut pandang lain, dan ternyata masih ada berbagai macam pesan yang Ida Bhatara Kawitan titipkan untuk titiang karena mengambil pilihan yang titiang anggap salah ini. Ternyata titiang belajar banyak hal dari kesalahan itu. Titiang belajar untuk tidak lagi gegabah mengambil setiap keputusan, titiang tidak boleh mengambil keputusan beradasarkan nafsu sesaat. Dan titiang harus libatkan Ida Bhatara Kawitan untuk segala keputusan yang ingin titiang buat.

Titiang rasa ini adalah salah satu cara Ida Bhatara Kawitan memberikan cambuk atas segala hal yang titiang lakukan, yang hanya terbatas dari ego. Seharusnya ini menjadikan titiang semakin dewasa dalam segala hal, bukan justru menangisi kesalahan ini seperti bayi yang masih membutuhkan asi.

Karena Salah dan Benar Itu Hanya Sebatas Pemikiran, Titiang Memilih Berdamai dengan Kesalahan Titiang dan Menelan Semua Resiko itu.

Lelah rasanya jika titiang hanya menyalahkan keadaan yang sudah terjadi. Sadar itu hanya membuat titiang semakin sulit, titiang memilih untuk berdamai saja dengan keadaan. Tak sama dengan pasrah, karena titiang tak ingin kejadian ini terulang. Akan titiang ingat dan tak akan titiang biarkan penyesalan ini terjadi lagi pada diri titiang. Hidup itu memang penuh dengan resiko, termasuk pilihan yang titiang ambil juga menyimpan segala resikonya.

Tak bisa menghindar memang, jadi titiang nikmati saja sesak itu datang sebagai bagian dari warna dalam hidup titiang. 
Titiang yakin sesak itu akan hilang seiring berjalannya waktu dan perbaikan atas kualitas diri titiang. Dan ini bukan hal yang harus dilebih-lebihkan, mungkin Ida Bhatara Kawitan sudah menyediakan hal yang lebih indah dari apa yang sudah titiang sesalikan.

Sesakit Apapun Hal itu, Masa Depan Titiang Masih Memberikan Kesempatan Untuk Titiang Mengukir Kebahagiaan
Titiang memang tidak bisa memutar waktu untuk kembali hadir dan merubah semua hal yang sudah berlalu. Tetapi masa depan masih menyediakan banyak ruang untuk titiang memperbaiki banyak hal, termasuk kesalahan titiang di masa lalu. Mungkin tidak bisa memperbaiki sepenuhnya, setidaknya titiang masih bisa kembali berdiri dan terus berusaha untuk kebaikan dan kebahagiaan hidup titianf di masa depan.

Masih banyak orang yang lebih sedih ataupun lebih bahagia hidupnya dari yang titiang jalani saat ini. Dan lagi-lagi ini adalah pilihan, apakah titiang ingin meratapi kesalahan atau titiang berdiri untuk memulai lagi. Luka itu mungkin masih ada, rasa sesal mungkin masih menghantui tetapi kebahagiaan tak bisa hadir jika tak pernah titiang ciptakan. Titiang tak pernah tau apa yang akan titiang hadapi di masa depan, akan berapa banyak lagi pilihan yang hadir dan akan berapa banyak lagi penyesalan yang akan titiang rasakan.

Ida Bhatara Kawitan memang tak pernah menjanjikan kemudahan dalam setiap kehidupan, namun berjanji akan selalu ada untuk orang-orang yang percaya dengan kuasa-Nya. Segala rasa yang ada jadikan itu sebagai bagian dalam hidup, tawa, tangis, dan segala perasaan yang dirasakan menjadikan kita menjadi manusia yang semakin baik lagi.

Salah satu nasihat baik yang sering kita dengarkan adalah bersyukur/astungkara. Kata syukur sering diucapkan orang-orang untuk mengingatkan orang lain maupun menenangkan diri sendiri. Rasa iri, dengki, merasa selalu kekurangan dapat membuat kita lepas kendali. Dengan syukur, kita dapat mengendalikan penyakit hati tersebut dan menerima segala keadaan yang ada pada diri kita.

Namun, mengucap kata syukur  tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terkadang, keserakahan dan keegoisan untuk memenuhi hasrat duniawi lebih diutamakan. Padahal, sebagai manusia kita tidak boleh lupa bahwa semua hal duniawi yang kita incar hanyalah titipan. Apa yang telah Ida Bhatara Kawitan berikan kepada kita, patut kita syukuri sebagai tanda kasih sayang-Nya kepada pretisentana sami.

Mengungkapkan rasa syukur melalui kata-kata sudah semestinya dilakukan oleh warih beliau m. Penting pula bagi kita untuk menanamkan kata-kata syukur di hati kita sebagai pengingat dikala rasa angkuh, sombong, serakah, dan penyakit hati lainnya mulai menyerang. 

Selain sebagai pengingat diri, kata-kata bersyukur juga dapat kita gunakan untuk mengingatkan orang-orang tercinta di sekitar kita.
Ida Sinuhun berpesan:
#Kebahagiaan tidak menghampiri mereka yang memiliki segalanya. Namun, kebahagiaan akan menghampiri mereka yang terus bersyukur atas anugrah beliau

#Kita tidak akan menemukan kebahagiaan jika terus menuntut kesempurnaan. Syukuri apa yang kita miliki, maka di sana akan kita temukan kebahagiaan.

#Bersyukurlah saat sukses maupun gagal. Sesungguhnya kekayaan dan kebahagiaan sejati ada dalam diri seseorang yang bersyukur.

#Bahagia tidak ditandai dengan apa yang terlihat di sosial media. Bahagia ada di dalam hatimu, tentang seberapa besar syukur yang hatimu rasakan#

#Bersyukurlah bagaimanapun keadaan kita saat ini. Kebahagiaan dimulai dari rasa syukur yang selalu dipanjatkan.

#Bahagialah secukupnya, Sedih seperlunya, mencintai sewajarnya, membenci sekadarnya, dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya.

#Bahagia itu sederhana. Sesederhana senyum dan syukur yang kita panjatkan atas apa yang telah kita miliki.

#Orang yang paling bahagia adalah orang yang dapat selalu bersyukur, bahkan dalam kondisi terburuk.
#tubaba@seluruh alam semesta takkan mencukupi hasrat orang serakah//namun, jika kita bersyukur, kita akan merasa sangat cukup dengan apa yang kamu miliki saat ini#


Tidak ada komentar:

Posting Komentar