Minggu, 22 Maret 2020

TRI SADHAKA ADALAH GAGELARA/AGEM-AGEMAN SULINGGIH

TRI SADHAKA ADALAH GAGELARA/AGEM-AGEMAN SULINGGIH
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd

Kata Sulinggih berasal dari kata Su dan Linggih. Su artinya baik, mulia, agung, dan luhur. Sedangkan linggih yang mempunyai arti kedudukan. Jadi Sulinggih adalah orang yang kedudukannya luhur.

Tiga jenis sulinggih yang lumrah disebut Tri Sadhaka. Tri Sadhaka itu merupakan sebuah agem-ageman atau gagelaran yang digunakan saat menyelesaikan upakara yadnya. Adapun tiga gagelaran itu, yakni gagelaran Sang Sulinggih Siwa, gagelaran Sulinggih Buddha, dan gagelaran Sulinggih Bujangga. 

Tentang nama-nama kesulinggihan ada yang disebut Pandita Mpu, Pedanda, Empu, Rsi, dan Bhagawan. (Kata sadhaka berasal dari kata sadh yang artinya menuntun ke jalan yang lurus atau yang dapat mencapai cita-cita yang mulia. Kata sdhaka ini berarti pandhita memuja).

Tentang jenis sulinggih ;
a.     Gagelaran Sulinggih Siwa > beliau memiliki kewenangan untuk menghaturkan yajnya dengan pesaksi sanggah surya, menyucikan alam atas dengan menurunkan kekuatan Sanghyang Widhi.

b.    Gagelaran Sulinggih Buddha > beliau memiliki kewenangan menghaturkan yadnya untuk menyucikan alam tengah atau awang-awang dengan mempertemukan kekuatan suci dari Sanghyang Widhi dengan kekuatan Bhuta Kala yang telah di Somya.

c.      Gagelaran Sulinggih Bujangga > beliau memiliki kewenangan untuk mengaturkan yajnya untuk membersihkan alam bawah ( bumi dan jagat ), nyupat Butha Kala sehingga beliau menjadi Somya.

Abhiseka kesulinggihan ada yang lain diantaranya ;

1.      Pandita Mpu adalah gelar kesulinggihan dari semeton Pasek (Pretisentana Panca Rsi - Sapta Rsi)

2.      Pedanda, adalah gelar kesulinggihan dari semeton Ida Bagus, beliau telah melalui upacara diksa sehingga beliau dipandang dan dihormati.

3.      Dang Hyang adalah gelar kesulinggihan dari semeton Kesatriya, beliau amat terhormat dan berjasa besar terhadap keselamatan umat dalam menumbuh kembangkan keagamaan dan menjaga keagamaannya, sekaligus jadi guru besar dalam keagamaan. Misalnya : Danghyang Dwijendra.

4.      Rsi atau Bhagawan, adalah gelar kesulinggihan dari Semeton Kesatria, beliau telah dipandang suci dan terhormat dalam masyarakat. { kata bhagawan berasal dari kata bhaga yang berarti bagian, kata wan berarti yang mempunyai. Bhagawan berarti yang mempunyai bagian}

5.      Empu, adalah sebutan kesulinggihan dari semeton Pande. Beliau dipandang dan dihormati karena beliau berhak melakukan Loka Phala Sraya di masyarakat. { Kata empu berasal dari bahasa jawa kuno yang berarti tuan, empunya, mempunyai, yang memiliki. Kata empu dipakai sebagai sebutan kehormatan kepada pandhita, pujangga, sang sujjana.}

6.      Sengguhu adalah gelar kesulinggihan dimana beliau ahli dalam tugas untuk muput upacara seperti Bhuta Yadnya.

7.      Dukuh, sebagai gelar kesulinggihan yang kedudukan beliau dipandang dan dihormati dalam masyarakat. Beliau juga berhak muput upacara agama.

8.      Pemangku sebagai gelar hanya saja ruang lingkup tugas beliau berkait pada suatu pura tertentu (jan banggul pura). Seperti : mangku pura puseh, mangku pura desa, mangku pura dalem, dsb.

9.      Pinandita Wiwa merupakan Pawintenan untuk meningkatkan status Pemangku dengan title Dane Pinandita Wiwa/Jero Mangku Gde yang setatusnya tan keneng kacuntakan dan wenang nganggen petanganan serta garis aguron-aguronnya sudah jelas sehingga Pinandita Wiwa itu merupakan embrionya untuk jadi Sulinggih.
Denan kata lain Pinandita wiwa itu bagaikan seekor ulat yang nantinya siap menjadi kepongpongnya Sulinggih.

10.    Ida Bhawati melalui pawintenan bhawati dengan melalui proses yoga nindra adalah sebuah jenjang kerohanian  yang merupakan calon/cikal bakalnya (kepongpong) Sulinggih. Sulinggih (Kupu-kupu) itu siap menyebarkan harumnya ajaran weda.

11.    Wasi pemangku untuk umat Hindu di Jawa.

#tubaba@ngiring pada wikan//negepang kahuripan#
#griya agung bangkasa//02/02/2020#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar