Sabtu, 21 Maret 2020

Tetandingan Caru Ayam Brumbun

Tetandingan Caru Ayam Brumbun

Caru adalah bagian dari upacara Bhuta Yadnya (mungkin dapat disebut sebagai danhyangan dalam bhs jawa) sebagai salah satu bentuk usaha untuk menetralisir serta menyeimbangkan kekuatan alam semesta / Panca Maha Bhuta.

banten caru ayam brumbun eka sata Sarana: Olahan ayam Brumbun (ayam yang bulunya ada minimal 4 warna) dengan bayang-bayangnya (blulang --bahasa Bali-red) dialasi sengkuwi dibagi lima tanding. Disertai dengan datengan, daksina, penyeneng dan canang (untuk semua jenis caru).

Jenis-jenis caru eka sata :


  • Caru ayam brumbun/Pengruwak (berwarna putih-merah-kuning-hitam)
  • Caru Dengen ( menggunakan ayam putih nulus
  • Caru Preta ( menggunakan ayam biying atau bulunya merah )
  • Caru Ananta Kusuma ( menggunakan ayam putih siyungan atau bulunya putih namun paruh dan kakinya kekuning-kuningan
  • Caru Bicaruka ( menggunakan ayam ireng mulus )

Penggunaan caru eka sata :


  1. Menyertai Piodalan
  2. Perombakan suatu tempat/hutan
  3. Pembongkaran atau peletakan batu pertama untuk suatu bangunan suci
  4. Permulaan menggunakan suatu bangunan seperti rumah, bale, banjar, pura dll

Tetandingan Ulam Caru Eka Sata ;

Tahap Mempersiapkan Olahan ayam

Sebelum menyembelih binatang korban untuk caru/tawur, didahului dengan mantra :
“ Om pasu pasa ya wihmane sira ceda ya dimahi, tanne jiwah pracodaya” 
Artinya, Om Hyang Widhi Wasa, hamba menyembelih hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.

Hewan tersebut dikuliti (dalam keadaan kering/jangan diseduh dg air panas) sehingga kepala. Sayap, kaki dan ekornya masih melekat dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya ( dibuat blulang ayam/walung malayang-layang)

Dagingnya diolah menjadi :

  1. Urab-uraban antara lain : urab barak, urab putih, gegecok. 
  2. Berbagai jenis sate, antaralain : lembat, asem, dan calon. Ketiga jenis sate dan urab-uraban disebut Trinayaka yaitu symbol jasmani binatang tersebut yang aksaranya Ang, Ung, Mang
Dari hasil urab-uraban dan sate tersebut diatur menjadi beberapa tetandingan, yaitu ;

Karangan caru eka sata


  • Alasnya : sebuah taledan
  • Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi dengan nasi sokan, berisi lekesan.
  • Sampyan : sampyan nagasari

Kawisan caru eka sata


  • Alasnya : sebuah taledan Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi dengan nasi pangkonan (setengah bundar dg dialasi daun ), berisi lekesan. Sampyan : canang genten c. Bayuhan Alasnya : sebuah taledan
  • Isinya : urab-uraban, sate tiap jenis 1 bh, dibuat tetandingannya sejumlah urip pangideran, nasinya menggunakan tumpeng danan 2 bh dengan warna dan jumlah set tumpeng danannya sesuai urip pengideran , dilengkapi garam dan sambal serta raka-raka.
  • Sampyan : sampyan metangga/peras

Ketengan / Datengan caru eka sata


  • Alas : taledan kecil berisi tangkih sejumlah urip pengiderannya
  • Isinya : nasi sasah sesuai dengan warna pengidernya dilengkapi dengan urab-uraban dan sate tiap jenis 1 bh.
  • Sampyan : canang genten

Tahap Tetandingan Caru Eka Sata banten tambahan :

Segehan cacahan

Sejumlah urip dan warna pengideran, dengan menggunakan alas taledan, dilengkapi ulam bawang jahe dan garam serta adeng, diatasnya dilengkapi canang genten

Cau danan

Bentuk jejahitannya seperti kapu-kapu, dibuat bergandengan sejumlah urip pengiderannya, masing-masing berisi nasi sesuai warna arah, dilengkapi dengan kacang-saur dengan sebuah sampyan plaus

Tulung sangkur

Alasnya ceper berisi tulung sangkur sejumlah urip pengiderannya, berisi nasi warna sesuai arah, dilengkapi dengan kacang-sauh, dilengkapi sampyan plaus

Api takep / Takep-takepan

Takep-takepan berisi tatukon (base tampelan,beras,benang,uang kepeng) sejumlah urip pengiderannya

Kalakat

Anyaman bamboo berbentuk bujursangkar sebagi alas laying-layang hewan korban

Daun talujungan

Ujung daun pisang yang digunakan pada sanggah cucuk, dan sebuah lagi diatas kelakat sebagai alas layang-layang

Sebuah kwangen

Yang berisi uang kepeng sesuai dengan jumlah urip pengiderannya

Sanggah pesaksi Sanggah Surya)

Dihias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan serta diisi beberapa banten

Sanggah cucuk

Dihias dengan janur pada pinggirnya secara berkeliling, lalu lamak, daun talunjungan, gantung-gantungan

Sengkwi

Dianyam sejumlah urip pengiderannya, dipakai sebagai alas caru

Kain berwarna

Warnanya sesui dengan pengiderannya, diletakkan diatas sanggah cucuk

Tetimpug

Terdiri atas 3 ruas bambu utuh lalu diikat menjadi satu, yang diletakkan nantinya diatas dapur darurat (3 bh bata tersusun) lalu dibakar agar mengeluarkan suara letusan 3 kali

Sapu / sampat

Sebagai alat pembersih

Tulud

Sebagai alat untuk mendorong-dorong sisa sampah


Tahap Tata cara Pengaturan Susunan Caru eka sata

Pada arah timur laut ditancapkan sanggah pasaksi, dimana hulunya menghadap timur laut.

  • Hias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan
  • Letakkan didalam sanggah beberapa banten yaitu; Suci, pejati
  • Letakkan dibawah pada depan sanggah berupa banten Gelar sanga

Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan sanggah cucuk yang sudah dihias dan dilengkapi dengan tikar kecil.

  • Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak, berem, tuak dan toya
  • Letakkan banten didalam sanggah cucuk antaralain : tumpeng danan, tadah sukla, canang lengawangi

Dibawah sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman 8 sebagai jumlah urip tengah, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan, ketengan, segehan cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan alas daun talujungan, laying-layang ayam brumbun, sebuah kwangen berisi uang sesari 8 kepeng dilengkapi nasi wong-wongan berwarna brumbun.

Disebelah-menyebelah diletakkan banten tumpeng dengan dilengkapi dengan rerasmen, raka-raka dan sampyan tumpeng yaitu :

  • Tumpeng putih 5 buah di timur
  • Tumpeng merah 9 buah diselatan
  • Tumpeng kuning 7 buah di barat
  • Tumpeng hitam 4 buah di utara

Pada bagian hulunya layang-layang diletakkan banten suci, daksina, peras Sedangkan banten caru lainnya yang menyertai diletakkan pada sekelilingnya berupa :

  • penyeneng, 
  • sorohan, 
  • sasayut pengambeyan, 
  • pangulapan, 
  • ajuman, 
  • tipat kelanan, 
  • sanggah urip, 
  • segehan agung

Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa, tirta caru, tirta pabyakalan. Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara

Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat
Artikel terkait dengan Banten Caru Ayam Brumbun Eka Sata:
  • Banten Caru Eka Sata  dan RsiGhana Alit

    Banten Caru Ayam Brumbun Eka Sata

    caru adalah bagian dari upacara Bhuta Yadnya (mungkin dapat disebut sebagai danhyangan dalam bhs jawa) sebagai salah satu bentuk usaha untuk menetralisir serta menyeimbangkan kekuatan alam semesta / Panca Maha Bhuta.

    banten caru ayam brumbun eka sata Sarana: Olahan ayam Brumbun (ayam yang bulunya ada minimal 4 warna) dengan bayang-bayangnya (blulang --bahasa Bali-red) dialasi sengkuwi dibagi lima tanding. Disertai dengan datengan, daksina, penyeneng dan canang (untuk semua jenis caru).

    Jenis-jenis caru eka sata :


    • Caru ayam brumbun/Pengruwak (berwarna putih-merah-kuning-hitam)
    • Caru Dengen ( menggunakan ayam putih nulus
    • Caru Preta ( menggunakan ayam biying atau bulunya merah )
    • Caru Ananta Kusuma ( menggunakan ayam putih siyungan atau bulunya putih namun paruh dan kakinya kekuning-kuningan
    • Caru Bicaruka ( menggunakan ayam ireng mulus )

    Penggunaan caru eka sata :


    1. Menyertai Piodalan
    2. Perombakan suatu tempat/hutan
    3. Pembongkaran atau peletakan batu pertama untuk suatu bangunan suci
    4. Permulaan menggunakan suatu bangunan seperti rumah, bale, banjar, pura dll

    Tetandingan Ulam Caru Eka Sata ;

    Tahap Mempersiapkan Olahan ayam

    Sebelum menyembelih binatang korban untuk caru/tawur, didahului dengan mantra :
    “ Om pasu pasa ya wihmane sira ceda ya dimahi, tanne jiwah pracodaya” 
    Artinya, Om Hyang Widhi Wasa, hamba menyembelih hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.

    Hewan tersebut dikuliti (dalam keadaan kering/jangan diseduh dg air panas) sehingga kepala. Sayap, kaki dan ekornya masih melekat dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya ( dibuat blulang ayam/walung malayang-layang)

    Dagingnya diolah menjadi :

    1. Urab-uraban antara lain : urab barak, urab putih, gegecok. 
    2. Berbagai jenis sate, antaralain : lembat, asem, dan calon. Ketiga jenis sate dan urab-uraban disebut Trinayaka yaitu symbol jasmani binatang tersebut yang aksaranya Ang, Ung, Mang
    Dari hasil urab-uraban dan sate tersebut diatur menjadi beberapa tetandingan, yaitu ;

    Karangan caru eka sata


    • Alasnya : sebuah taledan
    • Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi dengan nasi sokan, berisi lekesan.
    • Sampyan : sampyan nagasari

    Kawisan caru eka sata


    • Alasnya : sebuah taledan Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi dengan nasi pangkonan (setengah bundar dg dialasi daun ), berisi lekesan. Sampyan : canang genten c. Bayuhan Alasnya : sebuah taledan
    • Isinya : urab-uraban, sate tiap jenis 1 bh, dibuat tetandingannya sejumlah urip pangideran, nasinya menggunakan tumpeng danan 2 bh dengan warna dan jumlah set tumpeng danannya sesuai urip pengideran , dilengkapi garam dan sambal serta raka-raka.
    • Sampyan : sampyan metangga/peras

    Ketengan / Datengan caru eka sata


    • Alas : taledan kecil berisi tangkih sejumlah urip pengiderannya
    • Isinya : nasi sasah sesuai dengan warna pengidernya dilengkapi dengan urab-uraban dan sate tiap jenis 1 bh.
    • Sampyan : canang genten

    Tahap Tetandingan Caru Eka Sata banten tambahan :

    Segehan cacahan

    Sejumlah urip dan warna pengideran, dengan menggunakan alas taledan, dilengkapi ulam bawang jahe dan garam serta adeng, diatasnya dilengkapi canang genten

    Cau danan

    Bentuk jejahitannya seperti kapu-kapu, dibuat bergandengan sejumlah urip pengiderannya, masing-masing berisi nasi sesuai warna arah, dilengkapi dengan kacang-saur dengan sebuah sampyan plaus

    Tulung sangkur

    Alasnya ceper berisi tulung sangkur sejumlah urip pengiderannya, berisi nasi warna sesuai arah, dilengkapi dengan kacang-sauh, dilengkapi sampyan plaus

    Api takep / Takep-takepan

    Takep-takepan berisi tatukon (base tampelan,beras,benang,uang kepeng) sejumlah urip pengiderannya

    Kalakat

    Anyaman bamboo berbentuk bujursangkar sebagi alas laying-layang hewan korban

    Daun talujungan

    Ujung daun pisang yang digunakan pada sanggah cucuk, dan sebuah lagi diatas kelakat sebagai alas layang-layang

    Sebuah kwangen

    Yang berisi uang kepeng sesuai dengan jumlah urip pengiderannya

    Sanggah pesaksi Sanggah Surya)

    Dihias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan serta diisi beberapa banten

    Sanggah cucuk

    Dihias dengan janur pada pinggirnya secara berkeliling, lalu lamak, daun talunjungan, gantung-gantungan

    Sengkwi

    Dianyam sejumlah urip pengiderannya, dipakai sebagai alas caru

    Kain berwarna

    Warnanya sesui dengan pengiderannya, diletakkan diatas sanggah cucuk

    Tetimpug

    Terdiri atas 3 ruas bambu utuh lalu diikat menjadi satu, yang diletakkan nantinya diatas dapur darurat (3 bh bata tersusun) lalu dibakar agar mengeluarkan suara letusan 3 kali

    Sapu / sampat

    Sebagai alat pembersih

    Tulud

    Sebagai alat untuk mendorong-dorong sisa sampah


    Tahap Tata cara Pengaturan Susunan Caru eka sata

    Pada arah timur laut ditancapkan sanggah pasaksi, dimana hulunya menghadap timur laut.

    • Hias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan
    • Letakkan didalam sanggah beberapa banten yaitu; Suci, pejati
    • Letakkan dibawah pada depan sanggah berupa banten Gelar sanga

    Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan sanggah cucuk yang sudah dihias dan dilengkapi dengan tikar kecil.

    • Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak, berem, tuak dan toya
    • Letakkan banten didalam sanggah cucuk antaralain : tumpeng danan, tadah sukla, canang lengawangi

    Dibawah sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman 8 sebagai jumlah urip tengah, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan, ketengan, segehan cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan alas daun talujungan, laying-layang ayam brumbun, sebuah kwangen berisi uang sesari 8 kepeng dilengkapi nasi wong-wongan berwarna brumbun.

    Disebelah-menyebelah diletakkan banten tumpeng dengan dilengkapi dengan rerasmen, raka-raka dan sampyan tumpeng yaitu :

    • Tumpeng putih 5 buah di timur
    • Tumpeng merah 9 buah diselatan
    • Tumpeng kuning 7 buah di barat
    • Tumpeng hitam 4 buah di utara

    Pada bagian hulunya layang-layang diletakkan banten suci, daksina, peras Sedangkan banten caru lainnya yang menyertai diletakkan pada sekelilingnya berupa :

    • penyeneng, 
    • sorohan, 
    • sasayut pengambeyan, 
    • pangulapan, 
    • ajuman, 
    • tipat kelanan, 
    • sanggah urip, 
    • segehan agung

    Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa, tirta caru, tirta pabyakalan. Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara

    Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat. Demikian secara singkat penjelasan tentang Banten Caru Ayam Brumbun Eka Sata, semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar