PDDS
(Paiketan Daksa Dharma Sadhu)
PDDS merupakan ikatan pasemetonan yang tidak mempermasalahkan perbedaan.
PDDS memiliki ciri khas sebagai salah satu golongan yang paling toleran karena tiadanya skisma meskipun ada kemajemukan tradisi yang bernaung di bawah simbol-simbol PDDS.
Dalam tubuh PDDS, perbedaan pada setiap tradisi bahkan pada golongan lain tidak untuk diperkarakan, karena ada keyakinan bahwa setiap orang memuja Tuhan yang sama dengan nama yang berbeda, entah disadari atau tidak oleh kelompok bersangkutan.
PDDS memandang seluruh manusia sebagai suatu keluarga besar yang mengagungkan satu kebenaran yang sama (WASU DEWA KUTUMBAKAM) , sehingga PDDS tersebut menghargai segala bentuk keyakinan dan tidak mempersoalkan perbedaan. Maka dari itu, PDDS tidak mengakui konsep lebih tinggi/diagungkan, murtad, bidah, dan penghujatan.
IDA SINUHUN SIWA PUTRA PRAMA DAKSA Griya Agung Bangkasa, Banjar Pengembungan, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal-Badung-Bali, sebagai pelopor Paiketan Daksa Darma Sadhu, menyatakan bahwa; PDDS bersifat mendukung pluralisme agama maupun ikatan pasemetonan dan lebih menekankan harmoni dalam kehidupan antar-umat beragama ataupun pasemetonan yang ada, dengan tetap mengindahkan bahwa tiap agama dan ikatan pasemetonan memiliki perbedaan mutlak yang tak patut diperselisihkan. Menurut tokoh spiritual Hindu ini, setiap orang tidak hanya patut menghargai paiketan pasemetonan lain, namun juga merangkulnya dengan pikiran yang baik, dan kebenaran itulah yang merupakan dasar bagi setiap agama. Oleh sebab pemikiran itulah IDA SINUHUN mendirikan sebuah organisasi PDDS yang sifatnya mendunia dan menjalin tali persaudaraan lintas pasemetonan dengan tetap menjaga nama baik Pasemetonan Antar-Inter Umat Beragama.
Dalam PDDS, toleransi beragama tidak hanya ditujukan pada umat agama lain, namun juga pada umat Hindu sendiri. Hal ini terkait dengan keberadaan beragam tradisi dalam tubuh Hinduisme. Dibawah naungan Yayasan Widya Daksa Dharma, Griya Agung Bangkasa PDDS memberikan jaminan kebebasan bagi para penganutnya untuk memilih suatu pemahaman dan melakukan tata cara persembahyangan tertentu. Sebuah sloka dalam Bhagawadgita sering dikutip untuk mendukung pernyataan tersebut:
Ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah.
Arti: Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku, Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan, wahai Arjuna (Bhagawadgita, IV:11)
Dalam tetap mengajegkan tali pesemetonan tersebut IDA SINUHUN juga mengutip suatu ayat yang menyatakan bahwa setiap orang menempuh jalan yang berbeda-beda dalam memuja Tuhan, sebagaimana berbagai aliran sungai pada akhirnya menyatu di lautan.
#tubaba.PDDS lintas pasemetonan#
#wasudewa kutumbakam#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar