Jumat, 06 Maret 2020

APA, SIAPA DAN BAGAIMANA KELAPA atau NYUH ITU?

APA, SIAPA DAN BAGAIMANA KELAPA atau NYUH ITU?
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd 
Kelapa (atau juga disebut dengan Nyuh) dalam kontek sebagai kelengkapan sarana upacara yadnya yang sangat banyak digunakan mulai dari :

Buah (kelungah, bungkak, sambuk, serabut kelapa dan lain-lain)
Bungkak Nyuh Gading, sebagai sarana dalam Tirta Panglukatan, penyepuh ring raga.
Batok kelapa yang digunakan untuk kerajinan & manggang sate disebut dengan kaun bulu.
Penakar beras dari tempurung kelapa disebut dengan catu seperti halnya diceritakan dalam asal-usul bukit catu.

Daun (busung [daun yang muda], janur, slepan [daun yang tua], danyuh [daun kering] dan lain-lain) yang digunakan sebagai reringgitan bebantenan.
Anyaman dari daun kelapa tua yang pelepahnya masih utuh disebut dengan kelabang yang berfungsi sebagai proteksi dan menciptakan suatu kehidupan secara spiritual.

Sedangkan dalam daksina lambang Sapta Loka pada kelapa (bagian-bagian buah kelapa) meliputi: 
Epicarp atau kulit luar merupakan lapisan yang tipis, licin dan memiliki warna hijau, coklat, kuning atau kemerah-merahan (kulit kering sebagai lambang Mayapada).
Mesocarp atau sabut merupakan lapisan yang terdiri atas serabut dan daging buah. Serabut terdiri atas jaringan yang keras dan diantaranya ada jaringan lunak yang disebut sabut dengan ketebalan 3-5 cm (serat kering lambang alam halus bwah loka).
Endocarp atau tempurung merupakan lapisan yang sangat keras karena banyak mengandung silikat. Pada bagian pangkal tempurung terdapat ovule yang menjadi lubang tumbuhnya kecambah. Kecambah kelapa akan muncul dari lubang yang paling besar dengan permukaan yang lunak (Swarga Loka).
Kulit luar biji yaitu semua yang ada di bagian tempurung (lambanag Maha loka).
Putih lembaga (endosperm) yaitu bagian kelapa yang biasa diambil santannya. Biasanya memiliki ketebalan sekitar 8-10 mm, merupakan jaringan yang menyimpan cadangan makanan bagi lembaga (lambang Jnana loka).
Air kelapa terdiri atas 4% mineral dan 2% gula dalam bentuk glukosa, fruktosa dan sukrosa. Volume air dan kandungan gula ini tinggi ketika umur buah masih muda dan akan menurun seiring dengan peningkatan umur buah (Tapa loka).
Lembaga atau embrio yaitu titik tumbuh yang akan menjadi calon tanaman kelapa. Lembaga ini ketika masih kecil biasa disebut kentos yang menyerap makanan dari endosperm sehingga semakin lama endosperm akan semakin lunak dan tipis (Satya loka).

Sapta Loka adalah tujuh tingkatan alam atas yaitu alam Bwah Loka dan Swah Loka yang digabung jadi satu, sebagaimana dijelaskan dalam Tri Loka sebagai lapisan - lapisan Bhuwana Agung atau alam semesta.

Adapun ke 7 (tujuh) lapisan Alam Sapta Loka (diurut dari atas ke bawah) yang dimaksudkan adalah :
Satya Loka | lahir di alam ini menjadi maha sempurna untuk bisa menyatu dan manunggal dengan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa.
Tapa Loka | lahir di alam ini menjadi apa yang disebut kesadaran kosmik.Jana Loka | Sang jiwa bisa melanjutkan evolusi bathinnya dan menyelesaikan sisa putaran karmanya di lapisan alam ini juga. 
Maha Loka | banyak juga jiwa yang lahir di lapisan alam ini karena welas asih memutuskan untuk reinkarnasi kembali.
Svarga Loka | lahir di Svarga Loka ini belum menghentikan roda samsara, ada waktunya nanti sang jiwa harus kembali lahir ke dunia untuk melanjutkan evolusi bathinnya serta menyelesaikan sisa putaran karma wasananya sendiri.
Alam halus bvah loka | di alam ini keadaannya cukup mirip dengan di bumi ini, kita mengalami kerinduan akan keinginan-keinginan duniawi, serta mengalami kesedihan dan kebahagiaan yang sama seperti halnya di bumi.
Mayapada | lahir ke dunia ini sebenarnya disebutkan kesempatan yang sangat baik untuk merealisasi moksha.

Disebutkan pula bahwa banten pejati dan daksina juga sebagai kesucian dari sebuah yadnya yang didalamnya berisikan kelapa sebagai simbol pawitra (air keabadian / tirtha amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari 7 lapisan sapta loka juga.

Mitos adanya pohon kelapa yang berkembang saat ini disebutkan bermula dari kisah dari Dewa Brahma yang memiliki empat kepala Catur Muka yang dalam kutipan  ”Sivasiddhanta II" (makna banten-banten dan mantra banten) diceritakan sebagai berikut:
"Saat Dewa Siwa melepaskan panah untuk memotong satu di antara lima kepala Dewa Brahma sehingga Dewa Brahma menjadi berkepala empat. Dengan demikian Dewa Brahma pun disebut Pala Dewa Catur Mukha. 
Kepala Dewa Brahma yang putus itu jatuh kedunia. Dunia menjadi digoncang gempa akibat potongan kepala Dewa Brahma jatuh ke bumi. 
Namun Dewa Siwapun bertanggung jawab atas kejadian itu. Kepala Dewa Brahma diambilnya dan dibuangnya kelaut. Lautpun menjadi goncang pula. 
Akhirnya kepala Dewa Brahma itu diambil lagi oleh Dewa Siwa dan ditanam ditepi pantai. Lama kelamaan kepala Dewa Brahma yang ditanam itupun tumbuh menjadi kelapa. 
Semenjak itulah ada kelapa di dunia. Kelapa itulah yang sampai sekarang menjadi salah satu tumbuhan yang sangat berperan dalam penyelenggaraan upacara Yajna di kalangan Umat Hindu Dharma".  

Berbagai penggunaan kelapa sebagai perlengkapan upacara tersebut yang dalam aspek religi pertamanan di Bali disebutkan merupakan unsur terpenting dari berbagai jenis kelengkapan upakara seperti Padudusan, pecaruan Rsi Gana, labuh Gentuh dan pecaruan besar lainnya dimana jenis dan warna warninya disebutkan sebagai berikut :

Kelapa gading di barat untuk Dewa Mahadewa, 
Kelapa Bulan (warna putih) di timur untuk Dewa Iswara. 
Kelapa Gadang (hijau) di utara untuk Dewa Wisnu. 
Kelapa Udang di selatan untuk Dewa Brahma. 
Kelapa Sudamala (Wiswa warna, campuran keempat warna yang telah dikemukakan) di tengah untuk Siwa. 

Jenis kelapa yang lain dan juga digunakan dalam kelengkapan upakara yaitu kelapa Bojog, Rangda, Mulung, dan Julit. Penanamannya di luar “natah” dapat tumbuh disekitar dapur, areal pekarangan, tegalan.
Serabut kelapa dalam mabeakala yang berbelah tiga sebagai simbol dari Tri guna
Buah Kelapa dalam beberapa tetandingan banten disebutkan penggunaannya :
Kelapa dalam penggunaan hiasan sebuah penjor sebagai salah satu tanda terima kasih manusia atas kemakmuran yang dilimpahkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Kelapa dalam daksina sebagai buah serbaguna, yang juga simbol Pawitra (air keabadian/tirtha amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar.
Kelapa muda yang masih kecil, biasa disebut bungkak nyuh gading dalam penggunaan seperti kelengkapan pada prayascita, durmangala dll yang berfungsi untuk mensucikan pikiran dan menjauhkan dari segala macam masalah negatif, dan lain-lain.

Secara umum, penggunaan buah kelapa dalam Hindu sebagai kelengkapan upakara seperti dijabarkan oleh Ida Sinuhun Siwa Putri Parama Daksa Manuaba, (Griya Agung Bangkasa) disebutkan dapat dijelaskan dari dua sisi yaitu sisi struktur dan sisi jenis tirtha.
Kalau dari sisi struktur: 
Kelapa memiliki 7 lapisan-sehingga dijadikan simbol lapisan alam (Sapta Loka dan Sapta Patala.
Kalau dari sisi jenis tirtha: 
Air dalam kelapa tergolong: pawitra (tirta yang memberikan kemurnian), makanya saat ngantebang pejati, mantramnya: 
"Om Siva sutram yajna upavitam paramam pawitram…."
dan seterusnya. Makanya seusai pemujaan kelapa dibelah lalu airnya ditunas sebagai Tirtha Pawitra.

Sedangkan dari sisi kosmologi dan ethimologi Hindu, penggunaan buah kelapa juga dijelaskan sebagai berikut :
Kelapa dijadikan simbol Bhuwana Agung yang dalam Lontar Yadnya Prakerti dikatakan sebagai: Andha Bhuana (perwujudan alam) 
Kelapa dalam kelengkapan pada sebuah daksina (yang juga berarti selatan dalam pengider-ider, arah mata angin dimana Dewa Brahma sebagai pencipta berada disebelah selatan) yang dengan kelengkapan kelapa didalamnya disebutkan sebagai lambang dimana kesadaran akan adanya Tuhan pertama kali tumbuh.

Lalu apa filosofi pohon kelapa yang menjadi referensi dalam kehidupan sehari-hari masyrakat umum dan masyarakat Hindu. Adapun filosofi yang dari pohon kelapa adalah sebagai berikut:
Sebuah Filosofi kepribadian : 
Dimana umumnya yang terlihat baik akan memberikan kita penilaian baik atau yang terlihat buruk pun akan memberi penilain buruk kepada kita. Sementara itu dari pohon kelapa kita mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih mendalam. Cara pandang kita dalam menilai kepribadian seseorang bagaikan seperti buah kelapa yang menunjukan kematangan cara berpikir dan berprilaku. Dalam kemantangan buah kelapa didalamnya terdapat air yang kemurniannya tetap terjaga serta memberikan kehidupan untuk tunas tunas baru yang akan tumbuh kembali.
Sementara itu, batang dari pohon kelapa menunjukan akan kedewasaan, ini tercermin ketika dewasa atau besar pohon kelapa berbuah untuk dijaga sampai matang dan jatuh sesuai dengan alur kehidupan manusia harus mengikuti tahapan sesuai dengan Catur asrama yaitu :
1) Brahmacari Asrama, tingkat kehidupan menuntut ilmu
2) Grehasta Asrama, tingkat kehidupan berumahtangga
3)Wanaprastha Asrama tingkat kehidupan dengan menjauhkan diri dari nafsu- nafsu keduniawian
4) Sanyasin atau Bhiksuka Asrama sebuah tingkat kehidupan dimana pengaruh dunia sama sekali dilepaskan.
Filosofi tentang kelahiran , perlindungan dan kematian yaitu: 
Kelahiran, perlindungan dan kematian merupakan konsep tri murti yang sering kita kenal dalam agama Hindu. Dalam pohon kelapa juga mencerminkan hal itu. Sebelum buah itu tumbuh terlebih dahulu batang sebagai perlindung disediakan oleh pohon kelapa sendiri sehingga nantinya buah kelapa akan mendapatkan perlindungan ketika dia tumbuh, dan selalu dijaga agar tetap berada dalam perlindungan dahannya. Begitu juga manusia, dalam agama Hindu manusia lahir secara sekala dan niskala. Sisi sekala itu manusia dilindungi oleh orang tua dan sisi niskala manusia dilindungi oleh kanda 4 (empat saudara yang selalu menemani waktu lahir sampai kita tiada nantinya). Selain itu, manusia dalam menjalani kehidupannya disediakan kebutuhannya agar bisa melanjutkan hidup.
Filosofi tentang kematian dimana manusia yang hidup akan selalu menunggu mati. 
Lahir, hidup dan mati adalah hal yang harus dijalani sebagai manusia. Dimana kematian itu sendiri adalah hal tetap menjadi misteri akhir perjalanan hidup manusia. Pohon kelapa menjawab mengenai sifat akan kematian, seperti yang terjadi pada pohon kelapa, karena bukan hanya kelapa tua saja yang akan jatuh dari pohonnya, namun kelapa yang masih kecil atau bungsilnya pun bisa jatuh dari pohonnya. Ini menggambarakan kematian itu tidak hanya dialami oleh yang sudah berusia lanjut, namun yang masih muda atau kecilpun akan mengalami hal yang sama. Selain itu, buah kelapa yang tua juga bisa bertahan di pohonnya sampai bertunas kembali, hal ini menggambarkan usia manusia bisa berlanjut.

Sebuah filosofi tentang kesederhanaan. Kesederhanaan merupakan suatu perasaan yang mampu menerima apa adanya dan berprilaku seperti biasanya. Pohon kelapa juga memiliki prinsip kesederhanaan ini, dimana tempat hidup yang dapat menyesuaikan terhadap jenis tanahnya. Kesederhanaan pohon kelapa ini juga masuk dalam prinsip agama Hindu. Kelapa yang kelihatannya tidak menarik namum memberikan manfaat yang luar biasa.

Alkisah di Bali ada 11 kelapa dimuliakan sebagai perwujudan Cahaya Agung itu. Karena manusia tidak bisa membayangkan langsung Sumber Cahaya Agung itu, maka para leluhur cendikiawan dan para guru spirtual Bali di masa lalu mengajari orang Bali bagaimana mesti merawat dan menanam kelapa-kelapa itu, yang tak lain adalah 11 wajah Tuhan dalam bentuk kelapa.
Kesebelas kelapa itu dikumpulkan dan dirangkai dalam berbagai upakara dan ritual suci, sebagai sarana bersyukur dan kembali merenungin Sumber Cahaya Agung itu. Itulah sebab kenapa upakara-upakara besar, seperti PEDUDUSAN AGUNG, kelapa dijadikan media dan sarana renungan, sebagai pintu melihat kembali ‘wajah’ Sang Sumber Cahaya Agung itu.
Kelapa disusun sedemikian rupa menjadi semacam kelopak-kelopak mata angin, seirama dengan NAWASANGA.

NYUH = KELAPA.
1. UTARA — Nyuh Gadang (hijau tua) untuk Dewa Wisnu/
2. TIMUR LAUT — Nyuh Bejulit (biru) untuk Dewa Sambhu.
3. TIMUR — Nyuh Bulan warna putih letaknya di timur untuk Dewa Iswara.
4. TENGGARA — Nyuh Surya (dadu) untuk Dewa Maheswara.
5. SELATAN — Nyuh Udang (merah) untuk Dewa Brahma.
6. BARAT DAYA — Nyuh Bojog (jingga) untuk Dewa Rudra.
7. BARAT — Nyuh Gading (kuning) untuk Dewa Mahadewa.
8. BARAT LAUT — Nyuh Bingin  (hijau) untuk Dewa Sangkara.
9. TENGAH — Nyuh Sudamala (warna campuran) untuk Dewa Siwa.
10. ATAS — Nyuh Ancak untuk Parama Siwa
11. BAWAH — Nyuh Rangda untuk Sada Siwa


FUNGSI KELAPA
Sebagai orang Hindu tentunya kelapa merupan hal yang sering dilihat ketika upacara di pura-pura atau tempat lainya. Karena setiap banten di Bali hampir selalu menggunakan kelapa.
Bahkan kelapa menjadi suatu bagian penting/utama dari upakara di Bali. Sebab kelapa bisa digunakan sebagai daksina, sebagai sarana pemglukatan, pemrayascita, sebagai simbol-simbol dewa-dewa, simbul bumi.
Salah satu kelapa yang paling sering digunakan dalam upacara yakni kepa gading atau Bungkak Nyuh gading. Kelapa ini memiliki filosofi yang sangat besar untuk Umat Hindu. 
Adapun filosofinya yakni:
Bungkak nyuh gading sebagai simbol untuk nyomya kekuatan Sad Ripu atau sifat keraksasaan.
Bungkak nyuh gading sebagai simbol kekuatan toya (air) sukla.
Bungkak nyuh gading sebagai simbol kekuatan Tirtha Mahamerta (Tirta Dewa Siwa).
Bungkak nyuh gading sebagai simbul atau niasa kekuatan Dewa Wisnu.
Melihat dari filosofis diatas dapat disimpulkan bahwa kelapa adalah simbul dari para Dewa. Kelapa bungkak nyuh gading biasanya digunakan dalam upacara seperti:
Upacara Manusa Yadnya terutama pada banten Durmanggala, pada saat upacara metatah sebagai tempat potongan gigi. Bungkak nyuh gading dipakai sebagai sarana melukat sebab seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa bungkak nyuh gading sudah dipercayai sebagai simbol atau lambang kekuatan suci Ida Bhatara Wisnu, bahkan diyakini sebagai kekuatan tirtha Mahamerta (Siwa Titha).
Upacara Rsi Yadnya terutama pada banten Prayascita.
Upacara Pitra yadnya terutama pada adegan saat upacara ngaben, banten Diyus kamaligi.
Upacara Dewa yadnya, diantanya pada upakara/banten prayascita, banten mulang dasar bale dan mulang dasar bangunan suci. 

Bungkak nyuh gading bermakna : 
Sebagai linggih kekuatan suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa tatkala mulang dasar bangunan rumah, merajan dan sebagainya. 
Sebagai sarana penglukatan atau penyucian.
Sebagai lambang Tri Loka, yaitu alam bawah (Bhur Loka), alam tengah (Bwah Loka), alam atas (Swah Loka).
Sebagai perantara (jalaran) mengembalikan Panca Mahabhuta ke asalnya, sebagai contoh pada waktu nganyud adegan ke sungai atau ke laut. 

Fungsi nyuh gading dan nyuh bulan pada satu sisi ada kesamaannya terutama minyaknya sama-sama dipakai sebagai perlengkapan pada banten catur. Pada sisi yang lain bisa berbeda yakni nyuh bulan jarang dipakai dalam yadnya sedangkan nyuh gading sangat banyak dipakai dalam yadnya.

JENIS-JENIS KELAPA YANG SERING DIGUNAKAN DALAM UPACARA HINDU 

Selain memiliki makana tersendiri tentunya jenis kelapa yang digunakan dallam upacara sering berbeda dari yang satu dengan yang lain. Adapun kelapa tertentu yang memiliki fungsi khusus dalam sebuah upacara Hindu yakni:
Nyuh Gading berwarna kuning kemerahan, sebagai simbol dari Sang Hyang Mahadewa, letaknya di bagian barat dari rangkaian kelapa-kelapa tersebut, sebagai sarana memohon Tirtha Kundalini.
Nyuh Bulan berwarna putih kekuningan, sebagai simbol dari Sanghyang Iswara letaknya di timur, sebagai sarana memohon Tirtha Sanjiwani.
Nyuh Gadang atau kelapa hijau sebagai simbol dari Sanghyang Wisnu, letaknya di utara, sebagai sarana memohon Tirtha Kamandalu.
Nyuh Udang berwarna merah, Sebagai simbol Sanghyang Brahma, letaknya di selatan, sebagai sarana memohon Tirtha Pawitra.
Nyuh Sudamala sebagai simbol Dewa Siwa, letaknya di tengah, sebagai sarana memohon Tirtha mahamerta.

Inilah salah satu peran dari kelapa dalam upacara Hindu. Dan kalau dikaitkan dengan dunia magis mistik, maka kelapa sangat memiliki makna magis dan mistik. Karena secara tidak langsung kelapa-kelapa yang telah melewati sebuah rangkaian upacara telah mengalami berbagai macam penyucian, penyupatan, dan pasupati, sehingga memiliki kekuatan dewata atau energi positif.
Inilah yang menyebabkan para kalangan usadawan atau balian kerapkali menggunakan kelapa ini sebagai sarana untuk pengobatan, karena diyakini kelapa tersebut telah diberkati para Dewa serta memiliki kemampuan untuk mengusir kekuatan negatif, apalagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh ilmu hitam. Karena akan mengalami penyupatan dari kekuatan dewata yang ada pada nyuh bekas upacara tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar