EMPAT PILAR JAGABAYA DULANG MANGAP
Penulis: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S, M.Pd
Ptretisentana Panca Rsi-Sapta Rsi sebagai paiketan pasemetonan yang memiliki pasukan khusus dengan sebutan Jagabaya Dulang Mangap, yang disingkat dengan JDM.
Salah satu karakteristik JDM adalah kebesaran, keluasan dan kemajemukannya.
Untuk itu perlu konsepsi, kemauan dan kemampuan yang kuat dan memadai untuk menopang kebesaran, keluasan dan kemajemukan JDM dalam Pasemetonan Pretisentana Panca Rsi-Sapta Rsi.
Konsepsi Jagabaya Dulang Mangap tersebut disebut sebagai Empat Pilar Kehidupan dalam Pasemetonan.
Empat pilar JDM adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rasa pasemetonan tunggal akadang merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana.
Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh.
Empat pilar disebut juga fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan singghasana Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa, begitu pula Parhyangan Ida Bhatara Kawitan yang ada di pelosok Bali maupun senusantara.
Empat Pilar Kehidupan Jagabaya Dulang Mangap adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang harus dipahami seluruh warih pretisentana Panca Rsi-Sapta Rsi.
Dan menjadi panduan dalam kehidupan Pasemetonan untuk mewujudkan keadilab, kemakmuran, dan kesejahteraan sehingga bermartabat.
Adapun empat pilar JDM, yaitu:
1. Subhakti ring Kawitan
2. Setata eling ring Bhisama
3. Sregep ngayah ring Ida Sulinggih
4. Sutindih tur guyub Masemeton
Kempat pilar JDM ini sudah berdasarkan sesana PASEK (PAmikukuh SEsananing Kawitan) serta mengacu pada kekawin Ramayana;
"Prihen temen dharma dumaranang sarat,
saraga Sang sadhu sireka tutana,
tan artha tan kama pidonya tan yasa,
ya sakti sang sajjana dharma raksaka".
Artinya:
Tegakkan slalu dharma dalam kehidupan di dunia,
Orang-orang bijaksana hendaknya dijadikan panutan,
bukan harta, nafsu atau kemasyuran,
keberhasilan yang sungguh bijak adalah karena mampu memahami hakekat dharma.
Empat pilar JDM juga berhubungan dengan catur Purusa artha disebutkan tujuan hidup adalah Dharma, Artha, Kama, Moksha.
Dharma adalah sarana untuk mencapai Artha, Kama dan Moksa. Dalam upaya sebagai pasukan yang mengawal kePASEKan (PAmikukuh SEsananing Kawitan) juga membutuhkan sarana seperti harta, usaha keras / kama dan tujuan atau goal. Tapi tetap dalam jalur Dharma. Dharma dalam hal ini diartikan sebagai Agama.
Sebagai pasukan pasemetonan tidak baik sombong dan mementingkan diri sendiri, peka pada suara hati pasemetonan luas. Memperjuangkan kepentingan pasemetonan. Mengutamakan kesejahteraan semeton. Selalu belajar, terus meningkatkan diri seiring dengan persiangan yang semakin tajam. Mau menerima pendapat dan kritikan dari sang bijaksana/sulinghih, dan menjadikan masukan para bijaksana ini sebagai kebijakan bersama.
Keberhasilan seorang bijaksana / seorang sulinggih adalah karena mereka paham benar akan dharmanya. Dharma dalam hal ini berarti kewajiban / bidangnya. Dalam budaya Bali, ada sebuah nilai yang disebut “puputan”, artinya sampai selesai/mati. Untuk masa saat ini semangat ini bisa diarahkan untuk mengoptimalkan potensi diri (taksu) sampai pada titik maksimum yang mampu dieksplorasi. Sehingga setiap insan bisa memberikan kontribusi yang bermakna bagi kehidupan kePASEKan.
#tubaba@jdm//pamikukuh sesananing kawitan#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar