Rabu, 04 Maret 2020

Umat Hindu memuja patung? Memuja batu? Memuja berhala dan menyekutukan Tuhan?

Umat Hindu memuja patung? Memuja batu? Memuja berhala dan menyekutukan Tuhan?
Ini adalah pertanyaan dari sekian banyak pertanyaan yang sering dilontarkan oleh saudara-saudara kita yang kebetulan memang kurang dan kering pengetahuannya. Mereka melihat umat hindu sembahyang di depan padmasana, melihat umat hindu sembahyang di depan arca/patung-patung Dewa/Tuhan, melihat tempat sembahnyang umat hindu dihiasi dengan berbagai ukiran binatang.

Umat Hindu di Bali berbeda dengan umat Hindu di daerah lain karena lebih banyak melaksanakan ajaran Karma Marga dan Bhakti Marga. Sebagian besar waktu umat Hindu di Bali dihabiskan untuk melaksanakan ritual-ritual suci keagamaan yang telah ada sejak dahulu kala. Dari pelaksanaan upacara itu, mencerminkan seni dan budaya Bali tetap dilestarikan oleh masyarakatnya. Warisan adi luhung itu, bahkan menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara saat ini. Sayangnya, tata cara pelaksanaan ritual umat Hindu di Bali dianggap berhala karena memuja patung, tumbuh-tumbuhan, bahkan setan.

Pemujaan yang dilakukan umat Hindu di Bali saat ritual keagamaan itu berlangsung bukanlah berhala, melainkan memuja Tuhan yang sering disebut dengan istilah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Umat Hindu dengan jiwa seni yang terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia menciptakan media untuk memusatkan pikirannya kepada Tuhan. Patung yang dianggap berhala itu adalah simbolik dari Tuhan yang abstrak. Berbagai jalan dapat ditempuh umat Hindu untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta, seperti yang dinyatakan dalam kitab Bhagawad Gita 4.11 dinyatakan bahwa:

ye yatha mam
prapadyante tams
tathaiva bhajamy aham,
mama vartmanuvartante
manusyah partha sarvauah

artinya:
Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku,
Aku memberinya anugerah setimpal.
Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan,
wahai putera Partha.

Apa benar Hindu pemuja binatang, berhala dan menyekutukan Tuhan?

Tentunya kita semua pernah melakukan upacara bendera bukan? Terlepas apapun suku, agama dan kedudukannya setiap orang melakukan penghormatan pada bendera dan diiringi dengan lagu kebangsaan. Pertanyaannya, kenapa mereka semua menghormati sebuah kain yang secara material harganya tidak lebih dari pakaian yang sedang kita pakai? Apakah mereka kurang waras? Jika anda mengatakan mereka kurang waras, maka sejujurnya andalah yang tidak waras. Kenapa? Pikiran anda sempit dan picik. Anda tidak bisa mengerti arti dari nilai intrinsik bendera tersebut. Kita hormat kepada bendera adalah sebagai wujud penghormatan kita pada bangsa dan negara yang abstak, sama sekali bukan karena kita memberhalakan kain yang dibentuk sedemikian rupa menjadi bendera tersebut.

Nah, sama halnya dalam hal spiritual. Tuhan adalah sosok yang abstak. Tidak semua orang memiliki kualifikasi untuk melihat Tuhan. Bahkan mungkin hampir semua orang tidak dapat melihat Tuhan secara langsung, kita hanya dapat merasakan keberadaan beliau melalui kebesaran-kebesaran ciptaannya. Oleh karena panca indra kita adalah panca indra material yang hanya bisa menangkap objek-objek material, maka kita perlu penghubung antara yang material ini dengan beliau, Tuhan yang spiritual melalui perantara suatu objek yang dapat dijadikan objek konsentrasi.

Sekarang kita tanya umat muslim, kenapa mereka sembahyang menghadap ke Ka’bah? Apakah mereka memuja Batu Ka’bah? Kenapa umat nasrani melakukan kebaktian menghadap altar yang disana terdapat tanda Salib dan patung Yesus/Bunda Maria? Apakah mereka memuja Salib atau Patung?

Tentunya mereka semua akan menjawab “Tidak” bukan? Terus kenapa mereka mencap Hindu memuja berhala sementara mereka mempraktekkan hal yang sama?

Harus kita maklumi kalau sebagian dari mereka masih sangat kurang dan kering pengetahuannya.

#tubaba@griyang bang#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar