Rabu, 19 Februari 2020

Hormat Pada Sang Guru

Hormat Pada Sang Guru
Dalam sistem pendidikan terlibat beberapa unsur. Tujuan, sumber, materi, metode, media, evaluasi, dan pengembangan pendidikan merupakan unsur-unsur utama yang menjalin hubungan antara guru dan murid. Dalam sistem pendidikan konvensional peranan guru tidak dapat dihindarkan. Agama Hindu mengakui bahwa guru memegang peranan penting dalam sistem pendidikan.

Tiga ukuran yang digunakan untuk mengukur kesempurnaan pemahaman disebut dengan Tri Pramana. Bahwa pemahaman akan sempurna bila mendapat sentuhan guru (gurutah), di samping dengan membaca sastra (sastratah), dan pengalaman sendiri (swatah). Peranan guru identik dengan peranan pengembangan pikiran. Bahwa pemahaman akan sempurna bila ditempuh dengan pengembangan pikiran (logika), di samping dengan pembacaan ajaran suci (wedika), dan pengalaman batin (adhyatmika). Rumusan lain juga menyebutkan hal yang sama. Bahwa penyempurnaan pemahaman dapat ditempuh melalui pergulatan pikiran (anumana) di samping melalui pembacaan buku suci (agama), dan pengamatan langsung (pratyaksa).

Tidak mengherankan jika agama Hindu mengajarkan sikap hormat kepada guru di semua lingkungan pendidikan. Secara ideal diajarkan agar hormat kepada empat macam guru. Orang tua sebagai guru di rumah (guru rupaka/guru reka), guru di sekolah (guru pangajian), pemerintah (guru wisesa), dan Sang Hyang Widhi sebagai penentu takdir melalui pengalaman sendiri (guru swadhyaya). Sedangkan secara formal dan non formal diajarkan agar hormat kepada guru dalam bentuk taat kepada pemerintah (prabhu), orang tua (rama), dan orang suci (resi). Ketiga inilah yang dimuliakan sebagai guru formal dan non formal (tri kang sinanggah guru).

Tidak sedikit ceritera Hindu yang memuat ajaran tentang sikap hormat kepada guru (gurubhakti) yang diwujudkan dengan pengabdian kepada guru (guruyaga), dan pemberian kepada guru (gurudaksina). Seperti dalam ceritera Bhagawan Domya dengan tiga orang muridnya (Sang Arunika, Sang Utamanyu, dan Sang Weda); Bhagawan Weda dengan Sang Utangka; Bhagawan Sukra dengan Sang Kaca. Penghormatan kepada guru bukan hanya dilakukan dalam kehidupan melainkan juga pada kematian. Sehingga dalam upacara kematian (ati-wa-tiwa) muncul sesajen yang dinamakan pangguruyagan.

#tubaba@stata bhakti ring guru#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar