WIWAHA SAMSKARA
Grbhnāmi te saubhagatvāya hastam,
Mayā patyā jaradastir yathāsah,
Bhago aryamā savitā puramdhir,
Mahyam tvādurgārhapatyāya devāh.
(Rgveda : X.85.36)
Artinya:
Dalam sebuah pernikahan kalian disatukan demi
sebuah kebahagiaan dengan janji hati untuk saling
membahagiakan. Bersamaku engkau akan hidup
selamanya karena Tuhan pasti akan memberikan
karunia sebagai pelindung dan saksi dalam
pernikahan ini. Untuk itulah kalian dipersatukan dalam satu keluarga.
Ihaiva stam mā vi yaustam,
Visvām āyur vyasnutam.
Krindantau putrair naptrbhih,
Modamānau sve grhe.
(Rgveda : X.85.42)
Artinya:
Wahai pasangan suami-isteri, semoga kalian tetap bersatu dan
tidak pernah terpisahkan. Semoga kalian mencapai hidup penuh
kebahagiaan, tinggal di rumah yang penuh kegembiraan bersama
seluruh keturunanmu.
Anyonyasyawyabhicaro,
Bhawedamaranantikah.
Esa dharmah samasena,
Jneyah stripumsayoh parah.
(Weda Smrthi : IX.101)
Artinya:
Hendaknya hubungan suami-isteri dilandasi oleh kesetiaan dan berlangsung hingga selamanya.
Singkatnya kesetiaanlah yang menjadi hukum yang tertinggi dalam membina keharmonisan sebuah
keluarga.
Tatha nityam yateyatam,
Stripumsau tu kritakriyau,
Jatha nabhicaretam tau,
Wiyuktawitaretaram.
(Weda Smrthi : IX.102)
Artinya:
Hendaknya laki-laki dan perempuan yang terikat dalam sebuah perkawinan, mengusahakan dengan
tiada henti-hentinya untuk menjaga keutuhan keluarga dan jangan hendaknya melanggar kesetiaan
antara satu dengan yang lain
Anvārabhethām anusam-rabhethām,
Etam lokam srad-dadhānāh sacante.
(Atharvaveda : VI.122.3)
Artinya:
Wahai pasangan suami-isteri, kembangkanlah cinta kasih di dalam dirimu, tekun dan tetaplah
berkarma dalam menggapai kebahagiaan. Karena hanya orang yang bersungguh-sungguhlah
mendapatkan keberhasilan dalam berkeluarga.
Iha-imāv-indra sam nuda
Cakravākeva dampati.
(Atharvaveda : XIV.2.64)
Artinya :
Ya Tuhan, karuniailah kepada pasangan ini untuk memiliki cinta kasih yang tulus dalam membina
kehidupan berumah tangga.
Pernikahan atau wiwaha
dalam Agama Hindu merupakan
yadnya dan perbuatan dharma.
Wiwaha (pernikahan) merupakan
momentum awal dari Grahasta
Ashram yaitu tahapan kehidupan
berumah tangga. Dalam adat Hindu di
Bali merupakan upaya untuk
mewujudkan hidup Grhasta Asmara,
tugas pokoknya menurut lontar
Agastya Parwa adalah mewujudkan
suatu kehidupan yang disebut “Yatha
sakti Kayika Dharma“ yang artinya
dengan kemampuan sendiri
melaksanakan Dharma. Jadi seorang
Grhasta harus benar-benar mampu mandiri mewujudkan Dharma secara profesional haruslah
dipersiapkan oleh seorang Hindu yang ingin menempuh jenjang perkawinan. Grahasta
Ashram secara sah dimulai pada saat seorang lelaki dan seorang wanita mengangkat sumpah untuk
hidup bersama dengan direstui dan disaksikan oleh kedua orang tua/wali, diberkati dengan mantra
suci Weda oleh pinandita, dan dicatat oleh Parisadha Hindu Dharma.
Weda mengatakan bahwa
pernikahan dalam Hindu adalah suatu
perbuatan suci. Ada dua maksud utama di
dalamnya. Pertama, Tuhan memberkati
lelaki dan perempuan untuk saling
mencintai sebagaimana Dewa Smara (sama
seperti dengan Adam) dan Dewi Ratih
(sama seperti Hawa). Kedua, manusia
diberi kesempatan untuk bereinkarnasi
melalui keturunan yang dihasilkan oleh
sepasang lelaki dan perempuan. Itulah
sebabnya mengapa melahirkan keturunan
masuk dalam prioritas pernikahan bagi
masyarakat Hindu di Bali.
TUGAS DAN KEWAJIBAN SUAMI
Dalam Atharvaveda XIV.1.52 disebutkan bahwa :
“Mameyam astu posyaa,
mahyam tvaadaad brhaspatih,
mayaa patyaa prajaavati,
sam jiiva saradah satam”
“Engkau istriku, yang dianugrahkan Hyang Widhi kepadaku,
aku akan mendukung dan melindungimu. Semoga engkau
hidup berbahagia bersamaku dan anak keturunan kita
sepanjang masa”.
Suami hendaknya berusaha tanpa henti untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi
keluarganya, menafkahi istri secara lahir dan batin,
merencanakan jumlah keluarga, menjadi pelindung keluarga
dan figur yang dihormati dan ditauladani oleh istri dan anak-
anaknya.
TUGAS DAN KEWAJIBAN ISTRI
Dalam Rgveda X.85.46 disebutkan bahwa :
“Samraajni svasure bhava,
samraajni svasrvam bhava,
nanandari samraajni bhava,
samraajni adhi devrsu”
“Wahai mempelai wanita, jadilah
nyonya rumah tangga yang
sesungguhnya, dampingilah (dengan
baik) ayah ibu mertuamu, dampingilah
(dengan baik) saudara saudari iparmu”.
Dalam Yajurveda XIV.22 disebutkan
bahwa:
“Yantri raad yantri asi yamani,
dhruvaa asi dharitrii”
“Wahai wanita jadilah pengawas keluarga yang cemerlang, tegakkanlah aturan keluarga, dan jadilah
penopang keluarga”.
Dalam Regveda X.85.43 disebutkan bahwa:
“Viirasuup devakaamaa syonaa,
sam no bhava dvipade, sam catuspade”
“Wahai wanita, lahirkanlah keturunan yang cerdas, gagah, dan berani, pujalah selalu Hyang Widhi,
jadilah insan yang ramah dan menyenangkan kepada semua orang, dan peliharalah dengan baik
hewan peliharaan keluarga”.
Seorang istri hendaknya selalu
setia kepada suami, rajin dan taat dalam
menjalankan puja bhakti kepada Hyang
Widhi, melahirkan dan memelihara anak-
anak agar cerdas gagah dan berani, selalu
menopang keluarga dan menjalankan
aturan dengan baik, berbicara dengan
lemah lembut kepada semua orang,
menghormati keluarga mertua, menjaga
dan mengatur harta keluarga, tanaman,
dan hewan peliharaan milik keluarga
dengan baik. Bila demikian, niscaya
keluarganya akan bahagia dan sejahtera
selalu.
“Om Awignam Astu,
Sam Jaaspatyam Suyaman Astu Devah”
Ya Hyang Widhi Semoga Kehidupan Perkawinan Kami Berbahagia
dan Tenteran ( Rg Veda X.85-23)
Lelaki dan wanita adalah belahan jiwa, yang melalui
ikatan pernikahan dipersatukan kembali agar menjadi manusi
yang seutuhnya karena diantara keduanya dapat saling mengisi
dan melengkapi. Semoga ikatan pernikahan kami langgeng, setia
dan tidak terpisahkan.
#tubaba&ema@manggayuh//kasampurnaning//urip, swaha#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar